NovelToon NovelToon
SYSTEM TUKANG OJEK PART II

SYSTEM TUKANG OJEK PART II

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Alijapul

Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Misi Kedua dan Ketiga Juga Misi Tak Terduga

Hari Selasa pagi di SMA Budi Kasih, Iyan memasuki gerbang sekolah dengan semangat baru. Setiap langkahnya terasa lebih ringan setelah misi pertama yang sukses. "Oke, Sistem Tukang Ojek! Apa misi keduaku hari ini?" pikirnya.

“Selamat pagi, Iyan! Misi kedua hari ini adalah membantu Encep dengan tugas fisika, dan kamu akan mendapatkan 200 ribu jika berhasil!” suara sistem terdengar penuh semangat.

“Wah, 200 ribu! Baiklah, tugas fisik Encep ini pasti dikeluarkan dari film horor, deh,” Iyan menjawab sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. “Encep pasti bingung, ya?”

Di kelas, Iyan melihat Encep duduk sendirian dengan wajah kusut. Di depannya, ada tumpukan buku setinggi gunung. “Eh, Encep! Berhenti sakit kepala. Ada bantuan dari Tukang Ojek yang siap menyelamatkanmu!” Iyan berlari menghampiri.

“Bohong! Mana ada tukang ojek bisa bantu tugas fisika?” Encep skeptis, sambil menggeser buku-buku tebal itu.

“Tunggu dulu! Misi ini bisa bikin aku kaya, Iyan bercanda!,Jadi, mau minta bantuan atau mau nulis skrip film horor pake bukumu ini?” ledek Iyan.

Encep mendesah dan menyerah. “Oke oke, apa yang harus aku kerjakan?”

Iyan pun mulai menjelaskan dengan gaya yang berlebihan. “Jadi gini, Encep. Dalam fisika, jika mobilmu bergerak dengan kecepatan 60 km/jam dan harus berhenti mendadak kerana kamu melihat mantanmu, berapa jarak yang diperlukan untuk berhenti? Jawabnya, buka kelas pemrograman di internet!”

“Buka kelas pemrograman? Itu bukan fisika, Iyan!” Encep hampir saja tertawa terpingkal-pingkal, namun cepat-cepat menahan agar tidak terlihat.

Tiba-tiba, Mira dan Sari lewat dan mendengar percakapan mereka. “Kalian lagi ngomongin fisika? Coba, Iyan, ajarin aku juga! Pasti ada cara mudah biar aku bisa lulus!” Sari ikut nimbrung.

“Misi 3! Bantu Sari dan Mira dalam 10 soal, dan dapatkan 300 ribu!” sistem suara itu kembali beroperasi.

“Wah, jadi aku bisa dapat 500 ribu tanpa keluar keringat, ya? Seru!” Iyan bersemangat.

“Iyan, apakah kamu yakin bisa membantu kita semua? Atau kamu cuma menggoda kami?” Mira menatap curiga.

“Hahaha, aku ini tukang ojek yang multi-talenta! Bisa mengantar, membantu belajar, dan memberikan tawa!” jawab Iyan, sambil melambai-lambaikan tangannya seperti pemandu wisata.

Setelah sesi belajar yang penuh tawa dan kebingungan, bel masuk berbunyi. Saat kelas dimulai, Iyan sudah mempersiapkan semua jawaban dalam catatan kecil, seperti agen rahasia yang siap menjalankan misi.

Namun, ketika pelajaran berlanjut, Iyan tiba-tiba mendengar suara misterius. “Iyan! Kamu lupa kasih tahu Encep tentang jari-jari lingkaran dalam fisika? Dia bisa dapat prestasi tercepat!”

“Ugh, sistem, jangan ganggu! Ini sudah cukup kacau!” jawab Iyan dalam hati, berusaha tetap fokus.

Setelah kelas selesai, Iyan berlari menuju mereka. “Encep! Jari-jari lingkaran itu penting! Sebelum nyerah, lihat lagi tugasmu!”

Beberapa menit kemudian, Iyan, Encep, Mira, dan Sari berlari ke kantin sambil tertawa. Iyan merasa seperti raja, mengumpulkan uang hasil bantuan dan humor.

Sementara di luar sekolah, Joko dan Udin sedang menunggu dengan curiga. “Kenapa Iyan selalu ceria belakangan ini? Pasti dia punya rahasia!” ujar Udin.

“Ah, jangan khawatir. Mungkin dia cuma ketemu jodoh di sudut kelas! Haha!” Joko tertawa sambil mengacungkan jari.

Ketika Iyan kembali ke pangkalan ojek sepulang sekolah, suara sistem itu kembali terdengar. “Selamat, Iyan! Kamu telah menyelesaikan misi kedua dan ketiga! Uang 500 ribu telah ditransfer!”

Iyan hampir melompat kegirangan, “Terima kasih! Sekarang bisa nyicil buat bayar hutang ayahku.

Hari Rabu datang dan suasana di kelas SMA Budi Kasih terasa lebih ceria. Iyan sudah tidak sabar menanti apa misi berikutnya dari Sistem Tukang Ojek. “Oke, sistem! Apa misi hari ini?” pikirnya, membayangkan hadiah yang mungkin akan didapat.

“Selamat pagi, Iyan! Misi hari ini adalah mengerjakan tugas seni bersama Joko dan membawa dua lukisan dalam waktu satu jam ke pameran sekolah. Hadiah 500 ribu!”

“500 ribu? Wow! Misi ini gampang!” Iyan tertegun dan langsung bergegas ke kelas seni di lantai atas.

Di kelas seni, Joko sedang asyik mencampur cat dengan ekspresi serius. “Iyan! Kamu datang tepat waktu! Bantu aku lukis ini, biar kita bisa dapat juara!”

“Aku bisa bantu, Jadi Nara Sumber saja! Tapi, apa yang harus aku lukis?” tanyanya dengan senyum lebar.

“Bikin lukisan alam, deh! Yang baper gitu! Untuk menarik perhatian orang!” jawab Joko bersemangat.

“Baper? Kayaknya kita mau bikin lukisan, bukan bikin orang baper terus nangis?!” Iyan menjawab lucu.

Saat Iyan mulai menciptakan karya seni yang berani, Udin dan Mira muncul. “Eh, Iyan! Kamu kenapa seperti pakai jubah superhero? Kapan mau kembali ke bumi?” Udin menggelengkan kepala sambil tertawa.

“Dia lagi berjuang untuk bisa beli kue di kantin! Jadi perlu menghasilkan uang banyak!” jawab Joko sambil tersenyum nakal.

“Ugh, jangan ganggu! Ini seni, galak!” Iyan menggerakkan kuasnya dengan dramatis, namun tanpa sengaja menempelkan cat ke wajah Joko. “Eh, maaf! Itu efek seni, jadi berwarna!”

Beberapa menit berlalu, dan Iyan berhasil membuat lukisan yang menurutnya sangat artistik. “Nah, lihat! Ini pemandangan indah di desa kita dengan tradisi petani. Macam lukisan pemenang Nobel!”

“Apanya yang Nobel! Itu lebih kayak pemandangan horror!” Mira tertawa. Namun, tanpa mereka sadari, semua lukisan yang dikerjakan Iyan dan Joko mulai menarik perhatian teman-teman sekelas.

Dengan semangat, mereka berdua menggandeng lukisan menuju pintu keluar. “Ayo! Kita harus cepat!” Iyan berteriak, dan mereka berlari.

Namun, di lorong, mereka tiba-tiba bertemu Encep, yang sedang mendorong troli penuh makanan. “Mau lewat, tidak bisa! Dulu, pengemudi juga lewat sambil ngebut, sekarang apalagi!” teriak Encep dengan frustasi.

“Encep! Kami mau pameran lukisan!” Iyan berusaha melewati troli itu, tetapi tanpa sengaja, cat merah yang mereka bawa tumpah ke troli setengah isi makanan Encep.

“NOOOO! Itu makanan reservasi untuk acara pengganti kalau kami tidak dapat juara!”

“Sabar! Kita bisa coba lagi!” jawab Iyan. “Tapi kita harus cepat! Kita sudah menghancurkan harapan, kita tidak bisa menghancurkan perutmu!”

Saat mereka akhirnya berhasil keluar dari lorong itu, Iyan merasa panik. “Aduh, kita sudah terlambat! Bagaimana ini? Sistem! Bantuan!”

“Ayo, Iyan! Kamu masih punya 30 menit! Ayo jalan cepat!” suara sistem membangkitkan semangatnya.

Mereka berlari menuju ruang pameran, dan saat tiba, teman-teman mereka sudah berkerumun di luar. “Akhirnya! Kalian di mana? Tapi… kenapa wajahmu kayak pelukis horror?” Sari menunjuk wajah Joko yang berantakan cat.

“Ini adalah karya seni! Suprame! Momen puncak kegembiraan!” Joko menjawab penuh percaya diri.

Iyan dan Joko berhasil memasukkan lukisan tepat sebelum waktu habis. Beruntung, pameran berjalan lancar dan tetap ramai. Orang-orang datang melihat dan tertawa, menarik perhatian juri.

Setelah semua berakhir, Iyan kembali berkumpul dengan teman-temannya. “Kalian semua dapat lihat, kan? Kita bukan sekedar pelukis yang polos!” kata Iyan dengan rasa bangga.

“Tapi kamu lebih seperti pelukis cat yang tumpah, Iyan,” Udin menjawab dengan senyum lebar.

“Itu strategi! Supaya dapat perhatian lebih!”

Bersambung...

1
Nino Ndut
Hmm, kayak bukan ngomong ma sistem yak.. mirip kayak ma orang biasa..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!