Sequel dari Nikah Muda....
Siapa yang tidak mengenal keluarga konglomerat dan nomor satu yang mendunia..
Alicia Margaretha Erlangga, putri kedua dari pasangan suami Istri, Alvarez Narendra Erlangga dan Nayla Kinanti Aurora, seorang gadis bar - bar yang selalu suka semaunya sendiri, tidak pernah mau mendengarkan orang tua, membuat orang tuanya merasa kesal dengan kelakuan anak keduanya. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk menikahi Alicia dengan seorang pria bernama Angga Fredy Widiatama, anak dari sahabat baik orang tuanya yang selalu menjadi budak nya di sekolah. Karena paksaan Alicia pun menerima perjodohan itu tetapi suatu hari, saat Alicia mulai membuka hatinya untuk Angga, Ia baru mengetahui bahwa Angga adalah pria yang di cintai oleh adek nya, Ayesha. Tetapi Angga sudah lama mencintai Alicia, jauh sebelum pernikahan mereka terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda Sakhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Tak Terduga!
Setibanya di apartemen Naya, gadis itu langsung menatap Stela dengan tajam. Dia menghujani Stela dengan banyak pertanyaan. Tampak dari Stela sendiri hanya menunjukkan wajah tak berdosanya. Naya memang sudah tau jika Stela ingin melanjutkan pendidikan nya di Indonesia tapi dia tidak pernah tau jika Stela akan datang tanpa sepengetahuan nya. Apa lagi Istri dari paman nya (orang tua Stela) mengatakan jika Stela kabur dari rumah hanya meninggalkan secarik surat.
Awal nya Naya terkejut dan syok, dia takut jika Stela kenapa - kenapa. Tapi melihat gadis itu ada di hadapan nya, percuma saja dia khawatir.
"Apartemen Lo bagus ya?" Stela melihat interior yang sangat elegan, memang apartemen Naya terbilang tidak terlalu mewah karena dia membeli itu menggunakan uang nya sendiri selama bekerja di restoran.
"Gak usah mengalihkan pembicaraan, Gue tanya sama Lo, kenapa Lo ada disini? Lo tau gak seberapa panik nya Bibi Arena pas Lo gak ada, Bibi bahkan minta Gue buat ngirim foto Lo ke Bibi," Naya memberitahu dengan perasaan kesal.
"Foto?" Stela mengangkat satu alis, bingung."Emang Lo punya foto Gue?"
"Ada, satu, dan itupun sama Gue. Waktu di ulang tahun Clara, pas Gue maksa Lo buat foto berdua itu." Serunya dengan bibir yang di majukan beberapa centi.
Stela hanya ber-oh saja, dia duduk sambil meregangkan otot - otot nya."Gue terpaksa tau gak,"Akhirnya Arena menyerah dan memberitahu."Mereka mungkin ngizinin Gue buat tinggal di Indonesia, tapi kalo buat numpang sama sahabat mereka. Gue ogah."
"Loh, kenapa?Bukan nya malah enak ya?" Tanya Naya bingung.
"Enak apaan, Lo gak tau aja Bokap sama Nyokap Gue kaya gimana. Mereka pasti titipin Gue ke sahabat mereka supaya mereka bisa ngawasin Gue. Sementara Lo sendiri tau kalo Gue paling anti di awasi atau di jaga. Makanya Gue kabur."
Naya menggelengkan kepalanya, dia pusing menghadapi tingkah sepupunya."Ya tapi gak harus kabur juga kali, emang Lo gak kasihan sama Nyokap Lo yang khawatir banget sama Lo?"
Stela mengangkat bahu acuh."Ngapain kasihan, mereka aja gak kasihan sama Gue. Masa Gue mau di jodohin sama anak sabahat mereka. Dan Gue yakin banget, tujuan utama mereka minta Gue buat tinggal sama sahabat mereka, pasti supaya Gue bisa deket sama cowok itu. Dan Lo tau sendiri kan, kalo Gue belum kepikiran buat nikah, model Gue aja masih kaya gini, masa iya Gue harus jadi Ibu rumah tangga. Kalo di bandingkan Gue harus kerja atau ngurus keluarga, mending Gue kerja aja deh. Secara Gue gak bisa masak."Naya terkekeh dengan perkataan sepupunya, Stela memang terbilang cewek bar - bar tapi dia memiliki hati yang lembut.
"Terus sekarang mau Lo apa?" Tanya Naya, jangan sampai paman nya memarahi dirinya habis - habisan karena di anggap menculik putri kesayangan nya.
"Gue bakal tinggal disini sama Lo dan kuliah di kampus yang sama dengan Lo," Naya melotot kan matanya."Jangan khawatir, Gue juga bakal cari kerja kok, nanti Gue bayar deh sewanya."
Naya di buat pusing sendiri, dia garuk - garuk kepalanya saking frustasi nya."Gini ya Zara ku sayang. Bukan nya aku gak mau ngizinin kamu tinggal disini. Tapi kalo misalnya paman tau, taruhan nya bisa kepala Gue,"
"Tenang aja," Stela berbicara santai."Mereka gak akan tau kalo Lo gak bilang, percaya sama Gue, masa Lo tega biarin Gue tidur di jalanan."Stela mengatupkan tangan nya, memasang wajah memelas.
Jika sudah seperti ini, Naya hanya bisa mengangguk pasrah."Tapi kalo Lo dapet masalah jangan bawa - bawa Gue. Hidup Gue udah ribet sama Bokap Gue, jangan Lo tambah."
"Siap!" Stela berdiri tegak dengan tangan memberi hormat ala - ala militer."Jangan khawatir, Gue gak akan biarin sepupu kesayangan Gue tertimpa masalah. Thank you."Stela memeluk Naya dengan erat.
~~~
Di tempat lain, Ayesha tersenyum penuh kemenangan. Permainan Survive Or Die telah di hapuskan dari sekolah SMA Smith Academy High School. Sebenarnya Ayesha sedikit penasaran dengan permainan itu, tapi Caca pernah mengirimkan sebuah video tentang permainan itu yang langsung membuat Ayesha bergidik ngeri karena hukuman nya bisa menjatuhkan mental yang lemah.
"Tapi ya, aku heran deh! Kok bisa sih permainan ini di hapuskan begitu saja?" Tanya Doni dengan mulut penuh makanan. Saat ini mereka berada di kantin.
"Gak tau," Sahut Caca mengangkat bahu sekilas."Banyak kasta tertinggi yang protes, tapi mereka gak bisa melakukan apa - apa karena keputusan nya ada di tangan Non Alicia, aku denger dia yang bubarin permainan ini."
"Iya juga ya, tapi kenapa Non Alicia baru menghapus permainan nya sekarang, kenapa gak dari dulu aja?" Bingung Doni.
Caca menatap Ayesha dengan mata menyipit." Sha, Gue boleh nanya sesuatu gak?
Ayesha yang sedang asik dengan ponsel nya, pun mengalihkan tatapan nya ke arah Caca."Tanya apa?Ngomong aja?"
"Lo ada hubungan apa sama Non Alicia?"Ayesha mematung dengan pertanyaan itu." Tadi pagi Gue gak sengaja lihat Lo keluar dari mobil Lamborghini, dan pas Gue cek, ternyata Non Alicia juga ada di mobil itu."
Ayesha menelan ludah dengan kasar. Tadi pagi memang mereka berangkat bersama, tetapi tidak sampai masuk ke dalam sekolah karena Ayesha memutuskan untuk jalan kaki di dekat perempatan jalan yang dekat dari sekolah. Karena Ayesha tetap tidak mau identitas nya terbongkar.
"Kamu salah lihat kali," Ayesha memalingkan wajah nya."Mana mungkin aku ada hubungan sama Non Alicia, meskipun ada, palingan juga cuma pembantu."
"Kamu bohong ya?" Caca tidak mudah percaya."Gue yakin berakhir nya permainan ini pasti ada hubungan nya sama Lo."
Ayesha kembali gugup, itu memang benar! Bahkan Ayesha harus mengancam Kakak nya dulu baru dia menghentikan permainan ini.
Balik ke beberapa jam yang lalu saat mereka masih ada di dalam mobil.
"Kak," Alicia hanya berdehem dengan mata terpejam. Dia sangat mengantuk hingga malas membuka mata."Aku denger nilai Kakak bagus beberapa bulan terakhir?"
Mendapatkan pertanyaan itu, Alicia membuka matanya, menoleh ke arah Ayesha yang sedang menyetir mobil."Kenapa Lo tanya - tanya itu? Tumben, jangan bilang Lo iri sama Gue."Tunjuk Alicia dengan curiga.
"Ck, gak mungkin aku iri sama Kakak, secara nilai aku di atas Kakak," Alicia mendengus, kesal dengan adeknya itu."Tapi aku juga denger, kalo Kakak nyuruh orang buat ngerjain semua tugas Kakak."
Alicia yang tadinya mengantuk, langsung tertegun dan mendelik tajam ke samping."S-siapa yang bilang? Enggak kok."Alicia mengelak, bisa mampus dia kalo Daddy nya sampai tau.
"Masa sih, tapi aku kok percaya ya, secara Kakak itu jarang banget belajar di rumah." Alicia semakin kesal, Ayesha tersenyum penuh kemenangan."Udahlah, Kakak gak usah bohong, aku tau kok, kira - kira kalo aku kasih tau Daddy bakal jadi perang gak ya?"
Alicia mengusap wajah kasar, jika saja Ayesha bukan adek nya, sudah lama dia tendang. Bahkan jika dia bisa meminta, lebih baik adek nya di tukar saja."Mau Lo apa? Lo pasti ada maunya kan? "
Ayesha bersorak dalam hati."Gampang, aku mau Kakak menghapus permainan konyol itu, aku denger mantan Kakak yang buat permainan itu."
"Kalo Gue gak mau?" Tantang Alicia.
"Kalo gak mau, tinggal bilang sama Daddy dan clear masalah nya. Paling - paling hukuman nya di suruh bersihin Mansion."Seru nya dengan tertawa kecil.
Alicia menggeram kesal."Lo ngancam Gue?" Tunjuk Alicia pada diri sendiri.
"Bisa di bilang begitu,"
"Kok Lo jadi ngeselin sih?"
"Kan Kakak yang ngajarin aku."Jawab Ayesha dengan berani, meskipun hatinya sedikit takut menatap wajah sang Kakak yang seperti harimau kelaparan.
"Lagian apa penting nya sih buat Lo, kalo Lo takut jadi korban, Lo tenang aja, Gue bakal jagain Lo."
"Apa Kak Alicia gak pernah memikirkan korban yang terkena dampak dari permainan ini. Ini gak ada untung nya dan banyak merugikan mereka yang lemah. Pokoknya aku mau mainan ini di hapuskan. Kalo Nggak, siap - siap aja kena marah Daddy." Tekan Ayesha, jika sudah mode tegas, bahkan Alicia pun tidak bisa berkutik.
"Cihh, iya - iya, nanti gak akan ada permainan nya, puas Lo." Ayesha kembali merasa menang melawan Kakak nya, Alicia hanya geleng - geleng kepala saja. Sifat lembut Ayesha terkadang membuat Alicia takut jika adek nya akan di manfaatkan oleh orang lain. Tapi Ayesha juga memiliki sifat yang tegas.
"Awas Lo kasih tau Daddy." Ancam Alicia sambil menunjuk Ayesha.
"Tenang Kak, rahasia Kakak aman sama aku, kalo Kakak mau, aku juga bisa bantu Kakak ngerjain semua tugas Kakak." Ayesha menaik turunkan alisnya, sementara Alicia hanya memutar bola matanya malas.
Kembali ke saat ini...
Ayesha menghela nafas, tapi saat dia akan berbicara, dirinya melihat sosok pria yang sangat dia kenali di sekolah itu, Ayesha langsung berdiri dengan kasar, matanya memanas, perasaan aneh masuk ke dalam dadanya. Rasa rindu dan takut menjadi satu. "Kak Fredy!"
Tanpa pikir panjang, Ayesha langsung berlari mengejar sosok pria yang memiliki wajah serupa dengan pria yang dia rindukan. Doni dan Caca sempat saling pandang dengan mengangkat bahu sekilas.
"Aku gak salah, itu Kak Fredy?" Ayesha berlari tak tentu arah, dia tidak peduli meski banyak pasang mata yang menatap nya berbeda. Ada yang sinis, ada yang aneh dan entahlah. Ayesha tidak memikirkan itu, dia terus berlari menelusuri koridor sekolah.
Hingga sampai, tanpa sengaja kaki Ayesha tergelincir dan hampir jatuh, jika saja tidak ada tangan besar yang menangkap nya, mungkin tubuh nya sudah mencium lantai. Ayesha memejamkan matanya, aroma parfum yang sangat dia kenali masuk ke indra penciuman nya. Secara perlahan dia membuka matanya.
Wajah pria yang sangat dia rindukan, berada di depan nya. Meski tertutup kaca mata bulat, tapi dia tidak mungkin salah mengenali wajah pria itu.
"Hei Sister." Suara ini, ya, suara orang yang sama. Tanpa berpikir panjang, Ayesha langsung memeluk tubuh kekar pemuda yang dia rindukan.
"Kak Fredy." Ayesha menangis dalam pelukan itu. Pria itu sempat tertegun, merasakan tubuh Ayesha yang bergetar.
Sementara dari arah depan mereka, Alicia berjalan dengan pikiran yang terus mengarah pada momen first kiss nya. Dia seperti orang gila yang ingin merasakan nya lagi.
"Gila, kenapa Gue gak bisa ngelupain Angga sih?" Alicia mengacak rambut nya geram. Sampai sorot matanya menangkap pemandangan yang menyesakkan dadanya.
Saat mata Angga bertemu dengan mata Alicia, dengan posisi Angga berada di dalam pelukan seorang gadis, membuat tubuh Alicia bergetar, matanya memanas karena marah. Di saat pria itu mencuri ciuman pertamanya, dia malah berpelukan dengan gadis lain yang dia sendiri saja tidak tau, karena gadis itu memunggungi nya. Wajah nya tidak terlihat.
Alicia tidak tau kenapa dia marah, seharusnya perasaan nya biasa saja, tapi kenapa melihatnya berpelukan dengan gadis lain membuat hatinya terasa di tusuk ribuan tombak, terasa sakit tapi tidak berdarah.
"Ck, baru kemaren nembak Gue, sekarang malah peluk cewek lain. Emang dasarnya cowok gak bisa hidup hanya dengan satu wanita." Alicia mengepalkan tangan dengan kuat, bahkan kukunya yang panjang sampai tertekuk.
Dengan perasaan emosi yang tertahan Alicia berjalan dengan anggun seolah dia tidak peduli pria itu berpelukan dengan gadis manapun. Tenang Alicia, tenang. Tunjukin sama dia kalo Lo gak punya perasaan apapun sama dia. Lo gak suka, Lo gak sayang dan Lo gak cinta sama dia. Alicia meyakinkan dirinya dalam hati. Dia melewati kedua pasangan itu begitu saja tanpa menoleh dan melihat.