NovelToon NovelToon
KEKUATAN 9 BATU BINTANG

KEKUATAN 9 BATU BINTANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sunardy Pemalang

***

Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.

Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?

**kita lanjut dari bab satu yuk...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~THANTANA JATUH DARI AIR TERJUN~

**Desa Bukit Jingga, pagi hari.

Angin bertiup tak terarah, terkadang lembut semilir namun tiba tiba kencang seperti ingin menumbangkan pepohonan yang begitu banyak di desa itu. Desa Bukit Jingga, di mana Thantana di lahirkan dan di besarkan. Desa yang baru muncul setelah seratus tahun fenomena batu bintang. Kenapa saya katakan baru muncul, sedang ayah Thantana saja sudah berada di desa itu sebelumnya. Sebab desa tersebut, sebelumnya hanya tempat beristirahat para penebang hutan saja dan tidak bernama. Baru setelah beberapa orang memutuskan untuk tinggal di tempat itu, kemudian berkembang, akhirnya di beri nama. Dan pemberian nama desa tersebut kurang lebih setelah seratus tahun fenomena itu terjadi.

Desa Bukit Jingga ini terletak di sebuah bukit yang di kelilingi hutan belantara, jauh dari keramaian kota, juga kerajaan. Di namakan Desa Bukit Jingga, sebab bukit, di mana desa itu berada, sesekali waktu terlihat menjadi Jingga jika di lihat dari kejauhan. Di desa ini terdapat sebuah sungai yang sangat besar yang alirannya mengarah ke air terjun yang sangat dalam. Dan di bawah air terjun yang tinggi itu terdapat sungai lanjutan yang mengarah ke desa desa di bawahnya.

Pagi ini Thantana beserta ayahnya, berangkat ke sungai tersebut, seperti yang telah ayah Thantana janjikan sebelumnya. Mereka hendak menangkap ikan untuk makan mereka hari ini.

Terlihat Thantana beserta ayahnya berjalan menyusuri jalan setapak dari desanya menuju arah sungai. Sesekali ayah Thantana membabat ranting ranting yang menghalangi jalan mereka, serta menggendong Thantana jika menemukan jalan yang licin, agar anaknya yang baru berusia 12 tahun itu tidak terpelesat.

Selang beberapa saat kemudian, pada akhirnya mereka sampai juga di pinggir sungai yang di maksud. Setelah itu, ayah Thantana turun ke dalam sungai untuk menangkap ikan dengan cara menombaknya, dengan tombak kayu yang ujungnya sudah di runcingkan sedemikian rupa, hingga sangat lancip dan tajam.

Sementara Thantana di suruh menunggu di atas sungai oleh ayahnya, sembari mengumpulkan ikan dari hasil tombakan ayahnya tersebut. Tidak butuh waktu lama, ayah Thantana sudah banyak menghasilan ikan dengan tombaknya. Dan Thantana dengan kegirangan mengambil dan mengumpulkan ikan ikan itu, lalu memasukkannya ke dalam kantong bawaan ayahnya.

Namun, karena kegirangannya. Saat Thantana hendak mengangkat ikan yang cukup besar yang ayahnya letakkan di pinggiran sungai, kaki Thantana terpeleset karena menginjak batu yang licin, di pinggir sungai tersebut. Akibatnya, tubuh Thantana limbung ke arah sungai, kemudian tercebur ke sungai itu.

"Byurrr... "

Mendengar bunyi tersebut, ayah Thantana yang posisinya sudah di tengah sungai menengok kearah asal bunyi itu. Dan alangkah terkejutnya ayah Thantana, melihat anak semata wayangnya sudah tidak ada di tempatnya lagi, dan sedang timbul tenggelam di bawah arus sungai.

"Ayaahhhh...!" teriak Thantana, ketika kepalanya tersembul dari dalam arus air yang menyeretnya.

"Thantanaaaa.. .!" jawab ayahnya itu, sembari menceburkan badannya, berenang mengejar Thantana yang sudah cukup jauh dari dirinya.

Dengan sekuat tenaga ayah Thantana berenang mengejar anaknya itu, yang kini semakin jauh terbawa arus sungai yang sangat deras menuju ke ujung sungai di mana air terjun itu berada. Peluh yang seharusnya tidak muncul di dalam air, tidak berlaku pada diri ayah Thantana saat ini. Ayah Thantana Justru berkeringat dingin di pelipis serta keningnya. Usaha berenangnya mengejar Thantana sia sia, kini ia menuju ke pinggir sungai kemudian naik ke darat dan berlari menyusuri pinggiran sungai itu.

Sedangkan Thantana yang baru berumur 12 tahun itu, sedang di gulung dan di timbul tenggelamkan oleh arus air yang sangat deras. Dan pada akhirnya dirinya sampai di ujung sungai yang mengalir ke bawah menjadi air terjun.

Di detik tubuh Thantana hendak jatuh bersama air terjun, ayah Thantana melihatnya. Namun hanya suara teriakan yang sanggup ia lontarkan...?

"Thantanaaaa....!"

Tangisnya pecah. Penyesalan yang sangat dalam mulai datang menggerogoti pikirannya. Tangannya ia pukul pukulkan di atas tanah di hadapannya, sembari meraung dengan histeris. "Tidak, aku tidak boleh berhenti di sini. Anakku pasti masih hidup. Aku harus mengejar dan mencarinya!" pikirnya dalam hati. Kemudian bergerak melangkah menuju air terjun itu berada.

Namun apa yang bisa ia lakukan, air terjun itu begitu dalam, dan dinding dinding di sekitarnya sangatlah licin. Tidak mungkin ia dapat merayap kebawah melalui dinding itu.

"Thantana... Thantana...!"

Kembali ayah Thantana itu mencoba memanggil anaknya. Namun yang terdengar hanya bunyi derasnya air yang meluncur terjun, lalu menghantam bebatuan di bawahnya. Kesadaran ayah Thantana bekerja kembali, kini ia berlari sekuat tenaga menuju ke desa. Kemudian, setelah ia sampai di desa, ia melaporkan perihal Thantana yang hilang terbawa arus sungai, terhadap kepala desa serta warga. Supaya mereka mau membantu mencari anaknya itu di sungai bawah air terjun.

Sementara itu Thantana yang jatuh bersama air terjun, tubuhnya tersangkut tonjolan batu dari dinding yang ada di tengah tengah air terjun tersebut. Kondisi anak umur 12 tahun itu saat ini sedang tidak sadarkan diri, sehingga saat ayahnya memanggilnya dari atas tebing air terjun, ia tidak bisa mendengarnya.

Tidak lama kemudian, akibat dari hantaman air yang terus menurus di tubuhnya, membuat Thantana tersadar dari pingsannya. "Ughh..? gumam bocah kecil itu begitu tersadar. Lalu setelah mengumpulkan sisa sisa tenaganya, Thantana berusaha berdiri di atas tonjolan batu yang membuatnya tersangkut. Tidak ada rengekan atau tangisan seperti layaknya anak kecil pada umumnya, hanya saja ia sangat ketakutan dan kesakitan, akibat terbawa air terjun dan nyangkut di batu.

Dengan sekuat tenaga Thantana menerjang air yang terjun menghantamnya, untuk berdiri di atas tonjolan batu itu. Sebab Ia melihat ada celah lubang yang cukup besar di dinding tepat di atas tonjolan batu yang ia pijak sekarang. Dan berencana masuk ke dalam lubang tersebut.

"Aku harus bisa masuk ke lubang itu, jika tidak ingin jatuh ke bawah dan menghantam batu yang ada di dasar air terjun ini?" pikir Thantana dalam hatinya. Lalu dengan sisa sisa tenaganya ia menggapai lubang kecil tersebut yang ternyata cukup besar untuk tubuhnya, setelah ia berhasil masuk ke dalamnya.

Setelah dirinya di dalam lubang, Thantana langsung merebahkan tubuhnya di lantai lobang yang sepertinya sebuah goa tersebut. "Aggrrr...! erang Thantana, atas rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya itu. Kini Thantana baru benar benar ingin menangis. Rasa sakit dan takutnya berkumpul jadi satu ke titik di mana air itu menetes dari matanya.

"Ayah...?" gumamnya, sembari kedua tangannya mendekap tubuhnya sendiri. "Aku tidak boleh cengeng! Aku harus mencari jalan keluar dari sini?" pikirnya kemudian. sembari berusaha bangkit dari rebahnya, lalu merangkak masuk makin dalam ke lubang tersebut.

"Gelap sekali! Apa benar ada jalan keluar di dalam sana?" Thantana mulai ragu dengan keputusannya masuk ke dalam lubang itu. "Tapi bagaimanapun juga, tidak mungkin aku melompat dari air terjun itu, cari mati namanya?" pikirnya lagi dalam hatinya. Dan akhirnya ia memilih untuk meneruskan merangkak masuk, meski dalam kegelapan.

Tiba tiba, setelah sudah cukup jauh masuk ke dalam lubang itu. Dalam pandangan matanya yang kelelahan, ia melihat seberkas cahaya memantul dari arah dalam lubang tersebut. Dan itu membantu pencahayaan baginya, untuk terus masuk ke dalam. Dan semakin dalam dirinya masuk, semakin terang pula cahaya itu memantul. Hingga memperlihatkan seluruh ruang lubang tersebut.

"Cahaya apa yang terang ini? Apa ini pantulan cahaya matahari dan itu artinya, ini beneran jalan keluar?" gumam Thantana menduga duga, dengan harapan dugaannya benar. Sampai pada akhirnya ia melihat sumber dari cahaya tersebut. Dan.....?

*****Bersambung*****

1
Naomi Leon
Gak bisa berhenti scroll halaman, ceritanya seru banget!
Sunardy Pemalang: Hai naomi, terimakasih atas support dan dukungannya ya di cerita aku..
Sunardy Pemalang: Makasih banyak ya, atas supportnya.. nantikan cerita selanjutnya ya.. 🙏
total 2 replies
Devan Wijaya
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Sunardy Pemalang: Hai devan, terimakasih atas support dan dukungannya di cerita aku ya..
Sunardy Pemalang: Terimakasih ya.. oke,, saya akan segera menerbitkan bab selanjutnya.. di tunggu ya..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!