NovelToon NovelToon
Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Istrimu Aku, Bukan Adik Iparmu

Status: tamat
Genre:CEO / Selingkuh / Keluarga / Angst / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Tamat
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Caca Lavender

Yujin hanya ingin keluarga utuh dengan suami yang tidak selingkuh dengan iparnya sendiri.

Jisung hanya ingin mempertahankan putrinya dan melepas istri yang tega berkhianat dengan kakak kandungnya sendiri.

Yumin hanya ingin melindungi mama dan adiknya dari luka yang ditorehkan oleh sang papa dan tante.

Yewon hanya ingin menjalani kehidupan kecil tanpa harus dibayangi pengkhianatan mamanya dengan sang paman.
______

Ketika keluarga besar Kim dihancurkan oleh nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Kehancuran (Yewon)

POV: Kim Yewon

Di usiaku yang ke-5 ini, aku senang bisa berkumpul dengan keluarga besar di rumah nenek Chungyeon. Waktu Chuseok selalu jadi waktu yang paling aku tunggu-tunggu. Aku suka semuanya, mulai dari wangi tteok panggang, Hangatnya pelukan nenek Chungyeon, hingga suara gemerincing hanbok saat orang-orang berjalan di rumah besar peninggalan kakek. Rumah itu luas dengan lantai kayu khas rumah tradisional Korea. Semuanya tampak sempurna. Tapi kenapa Chuseok tahun ini ... terasa berbeda?

Bukan dari makanannya. Songpyeon buatan tante Yujin masih enak seperti biasanya. Bukan juga dari orang-orangnya, semuanya hadir lengkap, kecuali kakek yang hampir tidak aku ingat wajahnya. Tapi suasananya aneh. Aku tidak nyaman.

Aku sedang duduk di pangkuan mama saat keluarga besar menonton video lama yang diputar di ruang tengah. Aku menyandarkan pipi ke bahu nyaman mama sambil menikmati suara tawa orang-orang dewasa dan jerit kegirangan anak-anak dalam video. Itu video ulang tahun Kak Sumin waktu dia umur sembilan tahun. Tubuhnya masih kecil dan gemuk dengan topi kerucut miring di kepalanya.

“Lucu sekali dia waktu kecil,” kata Paman Jihoon sambil tertawa, “dia menangis cuma karena balon meletus.”

“Tapi sekarang Sumin sudah tumbuh tinggi,” timpal Papa Jisung sambil terkekeh pelan.

Semua orang tertawa membuatku ikut tersenyum kecil. Tapi saat aku mengangkat kepala dan menoleh ke arah Paman Jihoon, mataku menangkap sesuatu.

Paman sedang menatapku. Eh, bukan. Ia menatap mama yang sedang memangkuku.

Dan mama menatap balik.

Pandangan itu bertahan lebih lama dari yang seharusnya. Tidak ada senyum yang terpaksa. Tidak ada kesadaran bahwa orang lain sedang memperhatikan. Seperti hanya mereka berdua di dunia ini.

Aku menelan ludah dengan perasaan tidak nyaman.

“Wonnie mau minum” cicitku.

“Wonnie mau minum? Bisa ambil sendiri, kan? Seperti yang mama ajarkan,” ucap mama yang aku balas dengan anggukan, “hati-hati ya, Sayang.”

Aku pun mengangguk kecil, lalu melompat turun dari pangkuan mama. Aku berjalan ke dapur dan menuang air sendiri. Mama selalu mengajarkan supaya aku menjadi anak yang mandiri, meski usiaku masih terlalu dini. Tanganku gemetar sedikit saat menuang air ke gelas. Aku diam sejenak di sana, lalu mengintip ke ruang tengah lagi. Mama dan Paman Jihoon sekarang duduk berseberangan, tapi ... mereka masih curi-curi pandang.

‘kenapa mereka bersikap aneh?’ batinku bingung.

...----------------...

Saat sore tiba, aku dan Sunghan bermain di halaman belakang. Tante Yujin sedang beristirahat di kamar bersama nenek dan Kak Sumin, sementara para lelaki dewasa sibuk ngobrol di ruang tamu. Aku dan Sunghan bermain lempar bola sambil berlarian mengelilingi taman kecil yang ditanami pohon jeruk.

“Kita pura-pura jadi pemain sepak bola!” kata Sunghan.

“Kamu pasti jadi penjaga gawang yang selalu jatuh,” ejekku pada sepupuku.

Sunghan cemberut, tapi kemudian kami tertawa. Kami bermain cukup lama sampai napas kami terengah dan pipi merah karena udara dingin. Saat Sunghan bilang ingin ke toilet, aku pun memutuskan menendang bola sendirian ke dinding batu. Huft, aku menendang terlalu jauh. Dan aku harus mengambil bola itu.

Saat itulah, aku melihatnya.

Dari tempatku berdiri saat ini, aku bisa melihat balkon di lantai dua. Balkon kecil itu berada di kamar tamu. Aku melihat mama berdiri di sana. Awalnya, aku pikir mama sedang menelepon seseorang, tapi lalu Paman Jihoon muncul dari balik pintu. Ia bergabung berdiri di sebelah Mama. Mereka berbicara pelan, dan tentu saja aku tidak bisa dengar kata-katanya, tapi gerakan tubuh mereka terlalu dekat.

Mama menunduk dan tertawa kecil. Paman Jihoon menyentuh punggung tangannya. Hanya sebentar. Tapi cukup lama bagiku untuk melihat bahwa itu bukan sentuhan biasa. Hingga paman membawa telapak tangan mama untuk dicium.

Aku mematung.

Perutku terasa mual tiba-tiba. Aku tidak tahu mengapa, tapi dadaku terasa sesak, seperti saat aku ketahuan memecahkan vas bunga milik mama tapi tak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Campuran rasa bersalah dan bingung itu kembali menghantam sekarang, padahal aku tidak melakukan apa pun.

Aku tidak tahu apa yang anak berusia 5 tahun sepertiku lakukan jika berada di posisi ini. Apakah harus berteriak atau memanggil papa? Tapi mulutku seperti terkunci, jadi aku memilih mundur, melangkah perlahan ke dalam rumah lewat pintu belakang.

...----------------...

Aku berjalan mengendap masuk ke dalam rumah. Di dapur, aku melihat tante Yujin sedang berdiri sendiri di lorong sambil memegang gelas teh yang belum sempat diminum. Matanya kosong. Wajahnya pucat. Saat ia tidak sengaja melihatku, ia tersentak sedikit, tapi buru-buru memasang senyum.

“Tante Yujin?” panggilku pelan.

Tante Yujin berusaha tersenyum lagi, “Wonnie … sudah selesai mainnya?”

“Iya,” jawabku ragu-ragu.

Tante Yujin sudah seperti mama kedua untukku. Dia sangat baik. Aku merasa nyaman di dekat tante. Jadi, aku pikir, mungkin tidak akan menjadi masalah kalau aku bertanya padanya.

“Tante Yujin, boleh tanya sesuatu?” cicitku.

“Tentu saja, sayang,” ucap tante Yujin sambil mengusap kepalaku dengan lembut.

“Kalau … dua orang saling pandang terus sambil tersenyum … itu artinya mereka suka satu sama lain, ya?”

Aku bisa melihat tante Yujin terdiam sesaat. Wajahnya tidak menunjukkan keterkejutan, tapi ada sesuatu di matanya yang berubah.

“Kadang, iya,” jawabnya pelan, “tapi kadang juga cuma bentuk ramah tamah. Memangnya kenapa, sayang?”

Aku menggeleng cepat, “oh, tidak, Tante. Cuma tanya aja…”

Tante Yujin menunduk, lalu mengusap kepalaku dengan sorot mata prihatin, “kalau Wonnie lihat sesuatu yang bikin Wonnie tidak nyaman, Wonnie boleh cerita sama tante. Wonnie tidak perlu takut.”

Aku menggigit bibir menahan tangis. Aku ingin bercerita. Aku tidak kuat menahan sesak ini sendirian. Tapi kalau benar … kalau memang mama menyukai Paman Jihoon … kalau itu membuat papa sedih … aku tidak mau keluarga kami rusak. Jadi yang bisa aku lakukan hanya memeluk perut besar Tante Yujin.

“Wonnie sayang sama tante Yujin.”

Tante Yujin tertawa pelan dengan mata berkaca, “tante juga sayang sama Wonnie.”

...----------------...

Setelah menginap semalam, kami pun pulang. Papa menyetir mobil sambil bersiul pelan. Mama duduk di sebelahnya dengan diam. Sedangkan aku duduk di kursi belakang sambil berpikir. Entah apa yang aku pikirkan. Aku tidak tahu. Kepalaku penuh.

“Mama,” panggilku dengan suara pelan, “mama sayang Wonnie?”

Mama menoleh cepat, lalu tersenyum, “tentu saja, sayang. Wonnie putri kesayangan mama.”

“Mama juga sayang papa?” tanyaku lagi.

Mama terkekeh pelan, “tentu saja. Kenapa Wonnie tanya begitu?”

Aku menunduk sambil meremat baju, “kalau mama sayang papa … kenapa mama lebih sering senyum ke Paman Jihoon kemarin daripada ke papa?”

Siulan papa berhenti.

Mobil tiba-tiba terasa sunyi.

Mama tertawa pelan, suara tawanya terdengar canggung, “paman Jihoon banyak cerita lucu, jadi mama sering tersenyum.”

“Oh…” jawabku tidak bersemangat.

Aku memilih untuk menatap ke luar jendela. Apa mama pikir aku mudah dibohongi karena masih kecil? Mama pikir aku tidak tahu kalau itu bukan cuma lelucon?

Aku akan mengingat semuanya.

Karena kadang, anak kecil melihat lebih banyak dari yang disangka orang dewasa.

...🥀🥀🥀🥀🥀...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!