Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Yang Ditunggu
Hari-hari Nezha lalui dengan begitu cepat, tetapi akhir-akhir ini juga Nezha tidak seperti biasanya, ia merasa ada yang kurang.
Gelenino, sudah hampir satu minggu mamanya hanya mengirimkan pesan saja. Bahkan setiap kali Nezha menanyakan tentang Galen atau mencoba menghubungi melalui sambungan vidio call, selalu saja gagal, entah apa yang membuat mamanya seakan menjauhkan Nezha dengan Galen. Maksud Nezha dalam artian sikap mamanya akhir-akhir ini seakan menghindar. Sedikit berubah.
"Cantik," puji tante Arin menatap pantulan Nezha di depan cermin.
Nezha menoleh, lalu tersenyum tipis, harusnya ini hari bahagianya, tetapi karena beberapa hari ini ia tidak mendapat kabar tentang Galenino, Nezha seperti merasa ada yang kurang, bagian dalam hidupnya tiba-tiba tidak ada kabar.
"Tan, Galen baik-baik aja kan?" Nezha mendongak, menatap tante Arin lamat.
"Kamu tenang aja Zha, Galen baik-baik aja."
Nezha mengangguk, karena setiap kali ia bertanya dengan Om Davi ataupun tante Arin jawabannya akan tetap sama.
"Ayo, semua sudah menunggu," ajak beliau menuntun Nezha.
Tidak ada tamu undangan banyak karena memang hanya kerabat dekat saja, bahkan teman-teman Nezha pun tidak ada yang tahu jika hari ini ia akan menikah dengan Elian.
Saat Nezha mulai memasuki ruangan yang sudah disulap sedemikian rupa, ia tertegun sejenak, menatap Elian dengan balutan baju yang senada dengan dirinya, di depan Elian sudah ada bapak penghulu yang akan mengijab kabulkan keduanya hari ini. Lalu pandangan Nezha beralih kepada kedua orang tua Elian yang duduk tidak jauh dari Elian, baik Luna ataupun Johan sama-sama menebar senyum untuknya.
Terakhir mata Nezha beralih ke arah Elian yang ternyata juga sedang memandanginya. Untuk yang pertama kali Nezha merasakan debaran yang sama seperti 2 tahun lalu untuk Elian. Sebelum tragedi di antara dirinya dan Elian terjadi. Ia menelan ludahnya kasar, lalu melangkah pelan mendekati Elian kini berada.
"Zha, senyum."
Nezha menoleh ke asal suara, di sana sudah berdiri Kairo yang siap dengan jepretan pada kameranya. Cukup kaget dengan keberadaan Kairo di sana, itu berati Kairo tahu pernikahannya dengan Elian sekarang, karena hanya Kairo saja yang terlihat, atau jangan-jangan Kairo tahu lebih dari sekedar pernikahan mereka hari ini.
"Sayang, duduk sini," ujar Luna menuntun Nezha untuk duduk di sebelah Elian.
Kembali sadar dengan keadaannya sekarang, Nezha menatap Elian yang kini duduk di sebelahnya. Cowok tampan yang memiliki cukup banyak penggemar di sekolah itu kini akan menjadi suaminya. Rasanya seperti mimpi bagi Nezha bisa berada di titik sekarang ini.
"Maaf, saya sendiri yang aka menikahkan anak saya."
Suara itu?
Seketika Nezha menoleh ke asal suara. Matanya membulat dengan sempurna mendapati papanya datang dengan senyum sempurna.
"Papa," lirih Nezha saat pak Arka tiba di depannya.
Beliau duduk di sebelah penghulu, lalu dengan sangat mantab menjabat tangan Elian.
Ini seperti kejutan yang tidak pernah Nezha bayangkan sebelumnya. Papanya akan datang dan menjadi wali nikahnya.
"Maaf, papa hampir saja telat Zha," ujar beliau tersenyum hanga. Lalu tatapan yang beliau layangkan kepada Elian tegas, namun juga tetap hangat.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Raden Elian Shankara dengan putri saya Anezha Sherapina binti Arka Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Anezha Sherapina binti Arka Sanjaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Dengan sekali tarikan napas, Elian bisa menyebutkannya secara lancar.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah," kompak semua orang dibarangi dangan ucapan syukur.
"Selamat, sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri, silahkan tanda tangan di buku nikah ini."
Semua rangkaian yang penghulu katakan sudah mereka lakukan, dan kini Nezha juga Elian saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya Nezha mengambil tangan Elian untuk ia cium.
Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantung Elian di dalam sana, saat bibir Nezha menyentuh permukaan kulit tangannya, rasanya ia tidak bisa mengendalikan getaran dalam tubuhnya. Ada sengatan yang ia rasakan karena tindakan itu.
Ia menatap lamat Nezha, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya mencium kening Nezha dengan cukup lama. Lalu mengusap pucuk kepala Nezha yang terdapat hiasan pengantin.
"Elian, saya titip Nezha ya? Jaga dan sayangi dia seperti saya menyayanginya."
Elian mengangguk dengan mantab. "Pasti pa."
Arka tersenyum bangga, menepuk pundak Elian beberapa kali. "Papa tahu, kamu bisa membahagiakan mereka."
"Pa," lirih Nezha rasanya dadanya semakin sesak saja. Antara sedih dan terharu.
"Mi-mi-mi."
Tubuh Nezha menegang, suara anak kecil itu seperti nyata, atau ia sedang halu karena merindukan malaikat kecilnya.
"Mi-mi-mi."
Lagi, suara yang sama kembali Nezha dengar, bahkan sekarang terdengar jauh lebih jelas. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi saat sebuah tangan kecil menarik gaun pengantinnya. Nezha menoleh, mendapati bayi tampan yang kini tersenyum lebar, memperlihatkan 4 giginya atas dan bawah.
Tubuh Nezha lemas rasanya, ia langsung membawa bayi tampan itu ke dalam pelukannya, menciumnya beberapa kali sampai membuat Galenino yang sudah bisa meronta meminta dilepaskan.
"Sayangnya mami, Galen." Nezha mengurai pelukannya. Menatap wajah tampan di depannya, lalu kembali menciumnya.
Galen meringis, berdiri di pangkuan Nezha dengan tangan yang meraba-raba wajah Nezha, lalu kembali tersenyum, seakan tahu jika Nezha teramat menyayanginya.
Elian yang melihat itu langsung bergetar hatinya. Bayi tampan yang sekarang berada di depannya adalah anaknya, darah dagingnya, meski kehadiran Galen tidak direncanakan, tetapi hati Elian sudah merasakan sayang untuk bayi yang baru pertama bisa ia lihat sekarang. Elian akan menebus waktu Nezha dan Galnino ketika tanpa keberadaan dirinya di sisi mereka.
"Mereka keluarga lo bro," bisik Kairo menepuk pundak Elian. Lalu menjauh dan kembali mengambil jepretan disaat momen yang pas seperti sekarang.
"Galen," ujar Elian seketika membuat bayi tampan itu menoleh ketika disebutkan namanya, lalu tersenyum menggemaskan yang membuat hati Elian semakin berdebar, tetapi hanya sekilas saja karena Galen kembali menghadap ke arah Nezha, bermain dengan riasan pada kepala Nezha.
Elian ikut tersenyum, Galen tidak menangis ketika melihatnya saja itu sudah lebih dari cukup, Elian perlu pendekatan terlebih dahulu mengingat wajahnya terlalu asing untuk Galen. Tetapi ia juga percaya, jika ada ikatan batin antara anak dan ibu, maka antara anak dan ayah pun ada.
"Gue boleh gendong dia?" lirih Elian seketika membuat Nezha menoleh, lalu mengangguk pelan.
"Alen sama papi ya? Ini papi," ujar Nezha semakin menghangatkan dada Elian.
Galen menatap Nezha lalu tertawa kecil, tawa yang terdengar sangat menggemaskan. Lihat saja bahkan disaat Elian belum jadi menggendong Galen, Luna dan Johan sudah mendekat, dan kemungkinan siap-siap akan merayu agar bayi tampan itu mau dengan opa dan omanya yang baru dilihat.
"Galen, ini oma Luna sayang, kalau ini opa Johan." Luna dengan jurus andalan ibu-ibu sudah membawakan mainan untuk merayu cucunya. Sangat direncanakan memang.
"Ma, Galen belum kenal papinya."
"Mama tau El, tapi kalian kan juga butuh waktu berdua untuk nanti malam, Galen biar sama mama-papa dulu."
Elian syok mendengar ucapan mamanya, begitu juga dengan Nezha yang tampak tidak nyaman. Apa itu artinya keduanya disuruh melakukan malam pertama?
"Kita masih sekolah ma."
"Kenapa emang? Buktinya ini, udah jadi satu kan."
Elian mendesah frustasi, sementara Nezha meremat gaun pengantinnya, ia sangat malu sekali, tetapi juga senang karena ternyata Elian dan orang tuanya menerima Galen, bahkan terlihat sangat menyayangi Galen, ketakutan Nezha selama ini ternyata tidak terbukti.
"Gimana sayang? Percaya sama mama sekarang?" bisik Mita seketika membuat nezh menoleh.
Wanita cantik itu memeluk dan mencium pipi Nezha dengan sayang. "Selamat atas pernikahannya."
next up kak
bahagia slalu kaliannn
gemusshh dgn bayik lucu galen
nezha itu kehidupan nya elian