NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 - Segalanya (3)

Melihat tubuhku sendiri tanpa busana, bertubuh pria tanpa pedang suci diantara paha-paha, dengan kesal aku membentak bayanganku sendiri.

“Bahkan ini lebih parah dari meme jomok di fesnuk!”

Lantang suara bergetar di tanah kosong, sedikit jauh dari kediaman. Agoy hanya menimpalinya sederhana dengan bentuk bayangan diri.

“Y-ya maafkan aku sih...”

Raut wajahku memerah, kesal sekaligus menahan malu.

“Kalo tahu begini, kenapa gak bilang sedari awal!”

Situasi seperti ini sangat menggambarkan aku seperti pria transgender dengan gangguan jiwa, sedang memarahi bayangan diri sendiri.

Lima belas menit berselang, tubuhku menyusut, raut wajahku berubah, tatapan yang tadinya tajam perlahan berganti dengan tatapan sayu berbulu mata lentik.

Tubuhku melemas.

“A-apa lagi sekarang?” gumamku setengah memejamkan mata.

Pandangan sekitarku menjadi sunyi, kabur, dan menggelap.

Brukk!

Sekejap tubuhku tergeletak pada rerumputan pendek yang aku pijaki. Kurang lebih lima menit aku tergeletak lalu tersadar. Agoy kembali bergumam.

“Ahh akhirnya kamu sadar.”

Baru saja mataku terbuka, suara pertama yang kudengar adalah Agoy, bayangan diri.

“Ahh aku paham, jadi efek sampingnya seperti itu.”

Tubuhku kembali menjadi Lala Rosalia berusia empat tahun, namun tanpa busana. Kemudian aku melanjutkan ucapanku.

“Kalo telanjang begini sebaiknya jangan pernah digunakan.” ujarku cepat pada Agoy.

Agoy menjawab, selalu dengan nada santainya.

“Ya kamu benar, tapi ada satu hal yang bisa kulakukan lagi.”

Sontak mataku membelalak, rasa curiga kembali timbul.

“Satu hal aneh lagi maksudmu?!” Sinisku memeluk tubuh sendiri tanpa sehelai kain ditubuh.

“Bukanlah.” timpal Agoy terdengar kesal dengan nada khasnya. Lanjut ia berucap “Aku bisa menyimpan barang tanpa batasan kapasitas, namun tak bisa menyimpan makhluk hidup yang bernyawa.”

“Menarik, lanjutkan saja, jangan berbuat hal yang konyol lagi.” seruku meminta Agoy melanjutkan semua yang ia ingin jelaskan.

“Mode dewasa itu bukan hanya tubuh dewasa kita saja, namun mode dewasa Lala bisa kita gunakan.”

“Dan bahan yang tersimpan dalam bayangan, maksudku dalam diriku, bisa dikeluarkan kapan saja.”

“Keunggulan kita adalah kegelapan, semakin banyak bayangan yang menyatu dengan kita, semakin besar kekuatan kita, namun satu batasan Mana dirimu sekarang mustahil untuk menggunakan potensi penuh kekuatan.”

“Satu hal lagi, janji kamu gak marah?”

Jelasnya panjang namun dapat kupahami dengan mudah, kepribadian Agoy, sangat berbeda saat di alam baka dengan dirinya saat ini, bukan hanya itu—ucapan akhirnya membuatku semakin penasaran.

“Apa maksudmu gak boleh marah? Jelaskan saja!”

Lantang suaraku, menyeru.

“Jika kamu memasukan pakaian dewasa, saat bertransformasi menjadi dewasa, pakaian itu akan langsung terpakai oleh dirimu.”

“Dan sebenarnya, pakaian anak-anak Lala tidak hancur, aku menyimpannya dalam bayanganku.”

Hening.

Seketika diriku membeku, bagai patung tak bernyawa.

Amarahku sedikit demi sedikit memuncak.

“KENAPA GAK BILANG?! KAMU SENGAJA MENJAHILIKU HAH?!” Emosiku membeludak, namun tak bisa kupukul sebuah bayangan, suaraku keras dengan nada anak berusia empat tahun.

“Hahahaha reaksi seperti itu yang ku mau.” tawa jelek Agoy, tanpa wajah hanya sebuah bayangan, aku tahu dirinya sangat puas dengan hal ini.

Aku menatap langit, berketus pada Dewi di ranah surga.

“Ya Mulya... Kenapa nasibku begini.” terdengar sedih, sindiran kecil untuk Agoy.

“Hei! Aku jadi seperti penjahat yang menyakitimu tahu! Padahal cuman dijahilin biasa.” Ujar Agoy cepat menimpali keluhanku.

“Baiklah aku akan membuatmu berpakaian lagi.”

Lanjut Agoy, bayangan keluar dari tanah kembali menyelimuti diriku, setelah bersatu, perlahan bayangan turun.

“Sekarang kamu sudah berpakaian lagi.” Agoy kembali berketus.

“Baguslah....” Jawabku pelan.

Setelah kejadian konyol yang cukup membuatku merasa lelah, aku menyimpulkan diriku dengan Agoy, sifat kami berbalik, rasanya seperti tidak percaya bahwa Agoy adalah diriku di dimensi bumi yang berbeda.

Kami bercengkrama sejenak ditanah lapang dekat kediaman, bukan tanah lapang yang biasa aku dan para protagonis bermain.

“Masalahnya tubuh ini kembali menjadi bocah empat tahun, sedangkan tubuh ini belum cukup kuat untuk ke Gunung Lunagen.”

“Apalagi Litch yang bertransmigrasi dari dunia asalmu itu.”

Keluhku terduduk nyaman diatas rerumputan.

“Ahh sepertinya aku belum menjelaskan semuanya ya.” Agoy menjawab dan meneruskan. “Litch itu bukan dari duniaku, namun dari bumi fiktif novel ini, villain itu berasal dari kisah novel yang aku tulis.”

Sontak ku menoleh pelan pada bayangan.

“Bisa-bisanya kamu buat plot twist begitu...” sedikit nadaku panjang bernapas.

“Hah... Aku juga heran.” keluh Agoy padaku.

Dibawah matahari bersinar langsung pada tubuh Lala, aku menyusun rencana bersama Agoy.

Pertama, kembali berlatih Mana dalam tubuh. Kali ini dengan pengetahuan yang mumpuni.

Kedua, mempelajari skill Tamer.

“Kita harus bertemu Silvanna secepatnya, aku rindu dia.”

Ketiga, bertambah kuat untuk enam tahun mendatang, dimana Larasati tersandra bandit.

Keempat, walau enam tahun mendatang, perkiraan kekuatan tubuh anak kecil melawan villain utama novel Pe and Kob terdengar mustahil, namun setidaknya memperkecil kemungkinan bendera kematian.

Kelima, Daun Sirih Perawan tetap menjadi prioritas.

Setelah menyusun rencana yang sudah matang kami diskusikan, aku terpikirkan satu hal.

“Menara Babel, haruskah kita kesana diusia yang sekarang?” Ujarku cepat bertanya pada Agoy.

“Mustahil, pikirkan Dave dan Liria.” Jawab Agoy dengan cepat juga. Kemudian meneruskan “Namun skill Tamer itu penting, mari memperbanyak pet, mungkin juga roh suci.”

Aku memukul kedua tanganku sendiri, kebuntuan kembali menemukan jalan pintas.

“Ya kita harus menyebarkan seluruh binatang jinak untuk informasi, itu bagus.” namun dibenakku kembali tersentuh sebuah masalah yang lain. “Minusnya skill ini keterbatasan, kita tidak bisa berbahasa hewan dan monster.”

Agoy kembali berucap.

“Sebab itulah Menara Babel penting untuk kita jelajahi, untuk sekarang kita lakukan saja yang kita bisa.”

Setelah bercengkrama cukup panjang langkah kaki Lala kembali menuju kediaman.

Dunia ini terlalu nyata, tidak ada yang instan, semua perlu kerja keras, tidak ada plot armor, terlalu nyata untuk disebut dunia novel, segalanya memiliki perhitungan yang nyata.

Sebab dan akibat, sihir, fisik, alam, memiliki perhitungannya masing-masing. Ini membukakan cara berpikirku tentang dunia.

Dunia yang kuanggap belum jadi sedari awal prolog, ternyata dunia novel berbeda dari dimensi yang lain bumi tempatku berasal.

Lembaran baru kini terbuka, kali ini tanpa kegagalan.

Demi mencapai Bab Satu yang tak pernah tercapai, demi keberlangsungan hidup.

Demi Dave dan Liria, dan segala hal yang harus aku hadapi saat ini, maupun hal yang belum tentu terjadi.

Segalanya harus dipikirkan.

“Takdir sialan, kali ini aku akan meludahi dirimu.”

“Aku takkan kalah, jika harus merobek semua bab novel yang ada.”

“Kisahku bukan kisah yang ditulis.”

“Bab Satu, sungguh sial, mengapa sulit untuk menuju outline bab paling awal.

“Namun aku takkan menyerah, demi menghajar semua realita dunia dalam novel ini.

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!