NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Aruna tertegun sejenak membaca pesan singkat itu. Ia hampir kehilangan keseimbangannya terhuyung menyentuh pria itu. Julian membuka matanya perlahan, lalu beringsut duduk.

"Kau kenapa?" tanyanya melihat Aruna hampir jatuh.

Wanita itu segera menetralkan rasa paniknya dengan mengembuskan nafas beberapa kali, lalu duduk ke kursi. "Tidak apa-apa," jawabnya dengan wajah datar.

Merasa ada yang aneh, pria itu terus mengamati Aruna. Ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Entah kenapa firasatnya mengatakan kalau wanita itu sudah melihat ponselnya.

Saat menggulir layar ponsel Julian, pun terkejut hingga ponselnya jatuh begitu saja ke lantai, lalu mengambilnya. Ia duduk di tepi ranjang memandangi Aruna. Pasti Aruna sudah membaca pesan dari ayahnya.

"Maaf, aku tidak tahu menahu tentang apa yang direncanakan Papa," ucapnya dengan nada sedikit bergetar.

"Tidak perlu minta maaf, Kau pulang saja!" ucapnya ketus. Ia tidak tahu kenapa, tapi perasaannya sakit. kemarin pria itu baru saja mengatakan ingin memulai hidup baru dengannya, tapi hari ini orang tuanya sudah menyiapkan pernikahannya dengan wanita lain. Ia merasa di permainkan.

Julian menatap Aruna sejenak, lalu membiarkannya sendiri. Ia keluar dari rumah itu, tanpa mengatakan apa, pun kepada wanita itu. Bermaksud membiarkannya menenangkan diri.

Perlakuan Julian yang seperti itu justru membuat Aruna salah paham dan mengira pria itu akan menikah dengan Celine. Tapi ia jadi bingung sendiri dengan perasaannya. Kenapa kemarin ia harus menolaknya. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Ia merebahkan diri di samping Raven.

Julian berlari ke arah mobil, lalu masuk. Ia menepuk pundak Vincent yang masih fokus dengan ponselnya. Namun, anak buahnya itu malah memberi isyarat untuk diam. "Sekarang kau yang memerintahku?" tanyanya heran.

Vincent menoleh ke belakang. "Lihat ini, Tuan," Ia menyodorkan ponselnya ke arah belakang dengan cepat Julian mengambilnya.

"Video apa ini? " tanya Julian bingung, kenapa ia malah dikasih sebuah video apakah itu penting?

"Buka saja, Tuan, nanti kau akan tahu. Tapi jangan marah," ucap Vincent, takut pria itu akan mengamuk.

Tanpa basa-basi Julian menekan tombol play pada ponsel itu ia mengamati dengan seksama video tersebut yang menunjukkan bukti perselingkuhan Celine dengan pria lain. "Tepat waktu,"

Vincent mengerutkan keningnya, "Kenapa tepat waktu, "

"Hari ini kita langsung bertolak ke bandara tidak perlu ke hotel. Kita akan pulang ke kota dan menunjukkan bukti ini kepada Papa dia menyuruhku pulang besok untuk melaksanakan pernikahan dengan Celine. Namun, kalau Papa melihat video itu, pernikahanku mungkin tidak akan terjadi," jelas Julian kepada anak buahnya itu.

Vincent memandangi Julian seakan tak percaya, bisa-bisanya seorang Hans Maverick bisa menyuruh anaknya menikah dengan wanita munafik seperti itu. Ya, semua itu mungkin bisa saja terjadi karena urusan bisnis. Ia segera melajukan mobilnya ke arah bandara dengan kecepatan tinggi berhubung jalannya sudah sepi.

Setelah sampai di bandara Julian dan Vincent turun, lalu memesan tiket untuk ke kota. setelah mendapatkan tiket mereka akan terbang pada pukul 21.00 malam ini. Beruntung mereka hanya menunggu satu jam lagi.

Setelah menunggu satu jam lebih sedikit, akhirnya mereka terbang ke kota. Julian merasa senang akhirnya bisa membongkar rahasia Celine di depan ayahnya dan ia bisa terlepas dari wanita itu secepatnya.

"Omong-omong, dari mana kau mendapatkan video itu? " tanyanya penasaran.

"Kenzo yang memberikannya kepadaku, sebelumnya dia menelponmu beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban," jawab Vincent.

Julian tersenyum sinis ia sangat puas dengan kinerja Kenzo tidak sia-sia dulu ia memungut anak buahnya itu dari jalanan. "Kau bisa diandalkan Kenzo. jemput aku sekarang di bandara." tulisnya mengirim pesan singkat kepada Kenzo.

Setelah hampir 2 jam penerbangan mereka akhirnya sampai di kota. Kenzo menjemput mereka di bandara. Pertama kali bertemu anak buahnya itu, Julian mengacungkan dua jempol. "Berkat kau Kenzo hari ini aku bisa pulang dengan bukti-bukti yang sudah kau kirimkan di ponsel Vincent." Iya menepuk pundak anak buahnya itu.

"Terima kasih, Tuhan mari kita pulang. Tuan Hans sudah menunggu di ruang keluarga untuk berdiskusi," ucap Kenzo, lalu membukakan pintu mobil.

"Bagus, kalau bisa sekarang kau mencari bukti-bukti yang lain biarkan Vincent yang menyetir," perintah Julian kepada anak buahnya itu.

Vincent segera memposisikan diri di depan setir, sementara Kenzo duduk di belakang di samping Julian. Hanya mereka berdua anak buah yang bisa dipercaya oleh Julian mereka hampir tidak pernah mengecewakannya.

"Saat ini kalian berdua adalah orang yang sangat aku percayai sebisa mungkin kalian harus tutup mulut dengan apapun, yang ada sangkut pautnya denganku," ucap Julian memperingatkan, sementara anak buahnya itu hanya mengangguk.

Julian sudah tidak sabar lagi bagaimana reaksi ayahnya ketika mengetahui calon menantunya itu adalah wanita b@ ji Ng an yang penuh manipulatif.

Kebetulan jarak ke rumah Julian dari bandara tidak jauh, hanya memerlukan waktu selama 30 menit. Akhirnya mereka telah sampai di rumah dan benar saja di rumah itu sudah ramai orang-orang berdatangan mungkin untuk mengurus pesta pernikahannya besok.

Dengan langkah penuh keyakinan Julian masuk menuju rumah itu, seraya tersenyum dan menyapa beberapa orang yang dijumpainya.

"Tuhan muda sudah hadir, Tuan muda sudah sampai," bisik beberapa pelayan di rumah itu.

"Selamat malam Papa tercinta," ucap Julian lalu memeluk Hans.

Pria itu tertawa bahagia, "selamat datang anakku, ternyata kau benar-benar pulang. apakah kau tidak sabar untuk besok? "tanya Hans kepada putranya itu.

Julian terkekeh "Tidak, Papa, Aku bukan tidak sabar tentang hal itu. Tapi tentang ini." Ia menyodorkan ponselnya ke arah ayahnya.

Hans menarik tubuhnya ke belakang sedikit, lalu mengerutkan kening, "Apa maksudnya ini? "tanyanya bingung.

"Silakan Papa lihat sendiri. Apakah Papa masih antusias menjodohkan ku dengan wanita itu atau tidak," ucapnya, dengan senyuman penuh arti.

Hans mulai menekan tombol play pada layar ponsel Julian. Ia tidak berbicara apapun semakin lama nafasnya semakin memburu, matanya merah dikuasai amarah. Pria setengah baya itu memegangi dadanya. "Astaga, apakah semua ini nyata? "

"Tenangkan dirimu, Papa. Memang kenyataannya seperti itu, jika Papa masih kurang bukti aku mempunyai banyak bukti untuk ditunjukkan,"

Hans membelalakkan matanya. "Jadi dia tidak hanya melakukan ini kepadamu?" tanyanya.

Julian menggelengkan kepalanya. "Tidak, Pa, banyak hal yang dilakukannya termasuk merugikan perusahaan, karena ia menggelapkan dana untuk biaya pribadinya berkencan dengan pria itu."

"Astaga tidak dapat dipercaya. Papa tidak akan melarangmu lagi menikah dengan siapapun yang kau sukai,"

Tiba-tiba Lina muncul entah dari mana ikut andil dalam, percakapan mereka. "Jangan-jangan rekaman itu palsu, Papa. Kau tidak boleh percaya begitu saja kepada anakmu ini, kau tidak ingat dia selalu berusaha menggagalkan rencana pernikahan ini," ucapnya dengan nada nyinyir.

Hans mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada wanita itu untuk diam. "Kali ini aku percaya, beberapa hari yang lalu perusahaan sempat didemo oleh karyawan,"

Lina tampak berpikir, entah memikirkan apa yang pasti Julian tidak perduli dengan itu. Beruntung ayahnya percaya dan rencananya kali ini berhasil. Ia bisa lepas dari wanita itu tanpa menimbulkan konflik apapun di dalam keluarganya

"Papa aku mempunyai rencana yang bagus, tetap laksanakan acara pernikahan ini dan aku akan memberinya kejutan besok," ucap Julian, lalu tersenyum sinis.

Hans menganggukkan kepalanya. "Atur saja sesuai rencanamu. Papa percaya padamu."

Julian tersenyum lalu menatap ayahnya. "Papa aku ingin kita bicara empat mata, boleh?" tanyanya agak ragu.

Hans menganggukkan kepalanya. mereka berjalan ke lantai atas menuju rooftop di salah satu ruangan rahasia yang hanya diketahui oleh Hans dan juga Julian.

"Papa, setelah Aku mengakui perbuatanku. Aku berharap Papa tidak membenciku dan mendukungku,"

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan sepertinya sangat penting?" tanya Hans, mendengar ucapan putranya sangat serius.

"Penting, Pa ini menyangkut masa depanku dan keluarga Maverick. Papa tahu kejadian 5 tahun yang lalu saat seorang wanita mencariku?"

"Papa tidak terlalu mengingatnya sepertinya ibu tirimu yang sudah menerima tamu itu dan menceritakannya kepadaku. Jangan-jangan—" Hans tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Ya, Papa aku telah menghamilinya dan dia mengandung anakku, melahirkan anakku, membesarkan anakku, sendirian di luar sana dengan susah payah. anakku sekarang sudah tumbuh menjadi anak yang ceria pintar dan sangat sopan. Dia mirip sekali denganku, wajah kita bak pinang dibelah dua. Cucu Papa itu laki-laki seperti yang Papa dambakan selama ini, ingin mempunyai cucu laki-laki."

"Kau keterlaluan Julian, Papa kecewa denganmu,"

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!