"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Bersama?
Arian menatap perempuan yang sekarang berada dalam gendongannya. Wajah yang memerah karena efek mabuk, membuatnya sedikit merasa gemas. Apalagi ketika dia selalu bergumam tidak jelas.
Arian membawanya ke Apartemen, menidurkan Regina di tempat tidurnya. Menatapnya dengan menggelengkan kepala pelan.
"Sudah mabuk begini, bagaimana bisa dia berniat pulang sendiri dengan mengendarai mobil. Benar-benar perempuan keras kepala"
Arian membuka sepatu hak tinggi yang di pakai Regina, melihat beberapa bagian kakinya merah karena lecet. "Ck, bahkan kau masih bisa memaksakan menggunakan sepatu ini di saat kakimu terluka begini"
Arian menoleh kembali ke arah wajah Regina, hanya bisa menghela napas melihat kelakuannya ini. Arian berdiri dan ingin pergi ke ruang ganti, tapi tangannya di tahan.
"Jangan pergi, apa kamu tidak suka bersamaku?"
Arina menatap wajah Regina yang memerah, matanya sedikit terbuka dan dia tersenyum. Seketika itu membuat jantung Arian berdebar tak karuan. Apalagi ketika Regina mengerucutkan bibirnya, itu terlihat ... sangat mengemaskan di mata Arian.
"Kau menghilang selama satu tahun ini, sama sekali tidak menghubungiku. Apa tidak merindukanku? Ah sial, sepertinya hanya aku yang merindukanmu dan terus memikirkanmu"
Arian terdiam, detak jantungnya semakin kencang, melihat wajah yang memerah, bibir yang cemberut dan yang terus mengoceh mengatakan dia yang merindukannya.
Sial, apa ini? Dia bisa membunuhku.
Arina memegang dadanya yang berdebar, tangan satunya masih di pegang erat oleh Regina. Bahkan gadis itu memeluk tangan Arian di dadanya, mengecupnya seolah dia memang sedang memeluk boneka.
"Kamu tidak merindukanku, hanya aku yang merindukanmu"
Kalimat itu terus berulang-ulang terucap di bibirnya yang cemberut. Arian mendongak dan menghembuskan napas berat, memejamkan matanya sejenak. Tapi, sepertinya itu tidak mempan. Apalagi ketika Regina mengecup jemari tangannya dan menggigitnya. Meski gigitan itu tidak berarti apa-apa bagi Arian.
"Kau yang mulai ya"
Arian naik ke atas tempat tidur, mengukung tubuh Regina. Gadis itu membuka matanya, dia tersenyum melihat wajah Arian yang berada dekat dengannya. Regina menangkup wajah pria itu dan tersenyum padanya dengan sedikit meneliti wajah Arian.
"Kamu merindukanku juga? Tidak hanya aku yang merindukanmu 'kan?"
Cup... Regina yang memulai, ini benar-benar dia yang memulai. Mengecup bibir Arian membuat pria itu tidak bisa lagi menahannya. Langsung memberikan ciuman yang cukup menuntut untuk Regina. Tangannya mulai memberikan sentuhan seringan bulu di tubuh Regina. Mulai membuka tali pita gaun yang di pakai oleh gadis ini.
Kecupan mulai turun ke arah leher dan dadanya, meninggalkan beberapa bekas kemerahan disana. Menunjukan tanda kepemilikan. Regina sedikit meringis dan mengeluarkan suara saat Arian memberikan kecupan keras di lehernya. Dan itu cukup membuat Arian semakin bergairah.
Semua pakaian mulai terlempar satu persatu, berserak di atas lantai. Suasana menjadi semakin panas, meski pendingin ruangan tetap menyala. Tangan Regina mencengkram seprei dengan begitu kuat, hampir menjerit kesakitan saat bibirnya di tutup oleh bibir Arian. Air mata tidak sadar mengalir di sudut pipinya, menahan sakit yang baru pertama kali dia rasakan.
"Tenang, aku akan melakukan dengan pelan" bisik Arian.
Sejenak hanya memberikan ciuman pada Regina agar membuatnya kembali rileks. Setelah di rasa cukup, Arian mulai bergerak dan itu menimbulkan suara memalukan di dalam kamar ini. Udara di sekitarnya seolah berubah menjadi sangat panas. Keringat bercucuran di tubuh keduanya, saling bersatu. Pergerakan yang membuat tempat tidur ikut bergoyang di iringi suara memalukan yang semakin keras memenuhi ruangan. (Udah ah, aku tidak sanggup lagi)
*
Suara ponsel membangun seseorang yang bergelung di bawah selimut tebal. Matanya masih terpejam, tapi tangannya meraba-raba atas nakas untuk mencari ponsel yang berdering itu. Mendapatkannya, dan tanpa melihat siapa yang menelepon, langsung menekan ikon hijau dan menempelkan di telinga.
"Hallo, Arian kau dimana? Pagi ini kau ada meeting penting. Kenapa kau tidak datang? Kakek yang harus datang menggantikanmu. Dimana kau sekarang?!"
Seketika bola mata Regina langsung terbuka, rasa kantuk lenyap seketika. Mendengar suara seseorang di seberang sana, membuatnya terkejut. Lalu, Regina menatap ponsel di tangannya, baru sadar jika itu bukanlah miliknya.
Apa yang terjadi? Regina masih merasa linglung, dia menundukan pandangan dan menyadari jika tubuhnya dalam keadaan polos. Segera menarik selimut sampai ke dada dan Regina masih mengerjap kaget. Apa ini mimpi? Apa yang terjadi dengannya?
"Hallo, Arian!" teriakan dari seseorang yang masih tersambung ke telepon, membuat Regina tersadar dari keterkejutan. Dia menoleh dan melihat seseorang tidur disampingnya. Matanya langsung terbelalak, hampir berteriak jika tidak langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangannya. Sadar jika masih ada seseorang yang menelepon.
Kenapa ini? Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tidur dengan Arian? Ya Tuhan.
Ketika Regina masih merasa terkejut, dia menyadari Arian sudah bangun dan mengambil ponsel dari tangannya ketika Arian sadar jika ponsel di tangan Regina adalah miliknya.
Arian bangun dan duduk bersandar, membiarkan dada polosnya terpampang nyata di depan Regina sekarang. Sementara gadis itu masih begitu terkejut dengan situasi ini, dia menarik selimut untuk menutupi wajahnya sendiri. Mendengarkan percakapan Arian dengan seseorang di telepon.
"Aku ada urusan, Kakek bantu aku di Perusahaan untuk hari ini. Sudah dulu ya Kek, aku tutup teleponnya"
Arian langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menghiraukan Kakeknya yang pasti sekarang sedang menggerutu kesal karena ulahnya ini.
Arian menyimpan ponsel, menoleh dan menatap gadis yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Hanya ujung kepalanya yang terlihat. Arian tersenyum, dia kembali berbaring dan memeluk Regina yang terbalut selimut tebal.
Regina terbelalak, dia langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya. Melihat Arian yang menatapnya dari jarak begitu dekat sambil tersenyum.
"Aku juga merindukanmu"
"Hah?" Regina terdiam dengan bingung, kenapa Arian tiba-tiba mengatakan jika dia juga merindukannya. Tapi sesaat kemudian, wajah bingung itu berubah merah dan malu. Regina baru mengingat apa yang terjadi semalam. Apa yang telah dai lakukan pada Arian, dia mengingatnya sekarang.
"Apa kita semalam telah..." Regina bahkan malu untuk mengatakannya. Dia menarik kembali selimut untuk menutupi wajahnya.
Arian terkekeh lucu, dia membuka selimut yang menutupi wajah Regina. Mengecup keningnya. Hal itu membuat Regina semakin merasa malu. Kenapa juga Arian tiba-tiba mengecup keningnya tanpa berkata apapun dan menjawab ucapan Regina barusan.
"Telah apa?" tanya Arian dengan tatapan mengejek.
Regina terdiam, tidak berani menatap mata Arian karena cukup malu dengan situasi saat ini.
"Terus gimana?"
Arian mengerutkan keningnya, merasa lucu dengan ucapan Regina dan wajah bingungnya. "Gimana apanya? Kita hanya melakukan malam bersama, bukankah itu biasa? Apalagi semalam kita sama-sama mabuk"
Tidak, Arian tidak begitu mabuk hingga dia masih sadar seutuhnya. Apalagi dia adalah pria yang cukup kuat minum.
Hanya melakukan malam bersama? Dan itu biasa?
Bersambung
Hanya malam bersama dia kata? Dih, Arian benar-benar ya!
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari