NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 1

Nama ku Rio Adikara.

Kepala chef di sebuah hotel bintang lima, di mana setiap hari saya hidup berdampingan dengan api, aroma mentega yang meleleh, dan ritme pisau yang menari di atas talenan. Hidup ku disiplin, rapi, teratur.

Karier ku mapan.

Hidup ku stabil.

Namun satu hal tetap kosong:

Hati ku

Saya sering bercanda pada tim dapur,

“Kalau jodoh saya sedang membaca cerita ini, tolong kontak saya ya.”

Tertawa mereka memenuhi dapur, namun entah mengapa saya merasa serius ketika mengatakannya.

---

✦ Benih Kecil yang Muncul Tanpa Sengaja

Sore itu seharusnya sederhana. aku hanya ingin pulang, melepas lelah. Tapi langkah ku terhenti saat seorang wanita masuk ke hotel.

Ada sesuatu darinya yang… tenang. Namun kecantikannya mencuri perhatian tanpa perlu usaha. Gerakannya lembut, penuh percaya diri yang tak dibuat-buat.

aku tak bermaksud mengikuti.

Bahkan aku sempat memalingkan wajah.

Namun ketika ia melirik ke arah bar—dan tersenyum pada seseorang—aku justru terpaku. Ada wanita lain di sana, berpenampilan tomboy, duduk santai seolah dunia tak pernah menyakitinya. Keduanya terlihat dekat. Terlalu dekat untuk sekadar teman.

Saya tidak tahu kenapa kaki saya melangkah mengikuti mereka keluar.

Mungkin rasa ingin tahu.

Mungkin saya hanya manusia bodoh yang kalah oleh rasa penasaran.

Mobil mereka berhenti di depan apartemen mewah. aku berniat putar balik, namun…

Mereka berciuman.

Bukan adegan dramatis.

Bukan ciuman penuh gairah.

Hanya ciuman pendek tapi penuh pengertian—seolah mereka sudah lama terbiasa melakukannya.

aku berdiri diam.

Tidak sakit. Tidak kecewa.

Hanya… diam.

Ada sesuatu dalam diri aku yang mengalir pelan.

Rasa ingin tahu berubah menjadi rasa asing yang tidak aku pahami.

Saat wanita itu—yang belakangan saya tahu bernama Alana—turun dari mobil, ia merapikan blouse-nya tanpa terburu-buru. Pergerakan kecil yang entah mengapa membuat saya menahan napas.

Ketukan keras di kaca mobil ku membuat aku tersentak.

aku menurunkan kaca perlahan.

“Kenapa kamu mengikuti kami?” Suaranya tenang, tanpa emosi, namun ada ketajaman halus di ujung setiap kata.

aku tidak berbohong.

“Karena aku… penasaran,” jawab ku jujur. “Dan mungkin… tertarik.”

Ia mengangkat alis.

Bukan marah.

Lebih seperti menimbang-nimbang saya.

“Begitu?”

aku mengangguk. “Kamu… mencolok. Dalam cara yang sulit dijelaskan.”

Ia tertawa kecil—pendek, terdengar seperti ejekan halus—dan tiba-tiba tasnya mendarat di wajah saya.

“Mesum.”

aku mengusap pipi. “Aku cuma jujur.”

Ia mengulurkan tangan. “Tas aku.”

“Nomor dulu,” kata ku, lebih sebagai refleks daripada keberanian.

Alana menatap lama, seolah mencari sesuatu di mata ku. Mungkin keseriusan. Mungkin kebodohan.

aku tidak tahu.

Tapi ia menyebutkan nomornya.

Dan pergi tanpa menoleh.

---

✦ Rasa yang Muncul Seperti Api Kecil di Sudut Dapur

Di rumah, setelah mandi, aku mengirim pesan sederhana.

Rio: Ini aku. Rio.

Alana: Pria yang mengikuti orang tanpa izin.

Rio: Kamu mengingatku. Itu sudah kemajuan.

Tidak ada balasan.

Hanya tiga titik yang muncul… lalu hilang.

Beberapa menit kemudian,aku mencoba menelepon. aku tidak berharap ia mengangkat. Tapi ia mengangkat—tanpa wajah antusias, tanpa senyum. Hanya Alana yang tampak lelah, dengan baju tidur sederhana dan rambut yang tak sempat ia rapikan.

“Kenapa telepon?”

“Suaraku lebih jujur daripada chat,” kata ku.

Ia memandang aku lama.

Tidak marah.

Tidak tersipu.

Hanya… bingung.

“Kamu terlihat capek,” ujarku berkata.

“Aku selalu capek,” jawabnya datar. “Jadi?”

aku tersenyum kecil. “Entah kenapa… aku ingin mengenalmu.”

Alana memiringkan kepala sedikit.

Bukan romantis, bukan menggoda.

Lebih seperti seseorang yang sedang mencoba memahami teka-teki aneh.

“Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku.”

“Belum,” jawab ku pelan. “Tapi aku ingin tahu.”

Ia terdiam.

Lama.

Sampai aku hampir mengira panggilan terputus.

“Jangan jatuh cinta padaku,” katanya akhirnya. Suaranya datar, tapi matanya… tidak.

“Kenapa?”

“Karena aku tidak sedang mencari siapa pun.”

aku menelan napas. “Aku juga tidak. Tapi lihat kita sekarang.”

Wajahnya melembut sesaat—hanya sekilas—sebelum ia mengembalikan dinding itu.

“Gombal,” katanya pelan, lalu menutup telepon.

aku tetap memandang layar ponsel yang gelap. Ada sesuatu yang mengambang di dada ku. Sesuatu yang perlahan tumbuh.

Tidak membakar.

Tidak menyala-nyala.

Hanya… hangat.

Seperti api kecil di sudut dapur yang diam-diam menunggu waktunya membesar.

POV ALANA

Aku tidak pernah suka diperhatikan.

Bukan karena aku tidak percaya diri—aku hanya tahu bahwa perhatian sering kali berubah menjadi tuntutan, lalu keterikatan, lalu… patah hati.

Aku sudah pernah ada di sana.

Dan aku tidak berniat kembali.

Sore itu aku datang ke hotel untuk menemui seseorang yang sudah lama membuat hariku terasa lebih ringan—walaupun hubungan kami jauh dari kata normal. Wanita tomboy itu… satu-satunya tempat aku bisa menjadi diriku tanpa berpura-pura.

Tapi hari itu berbeda.

Ada sesuatu yang membuat kulitku merinding begitu aku masuk lobi.

Tatapan seorang pria.

Tajam, intens, dan terlalu jujur.

Aku tidak perlu menengok untuk tahu: dia memperhatikan aku dari ujung ruangan.

Kebanyakan pria melihatku dengan cara yang membuatku ingin pergi. Tapi pria ini… tatapannya tidak seperti itu.

Bukan menguasai. Bukan menuntut.

Lebih seperti mencoba memahami.

Dan itu jauh lebih berbahaya.

---

Ketika aku berciuman dengan temanku di depan apartemen, aku sudah lupa tentang pria itu.

Lupa… sampai aku mendengar suara mobil berhenti tidak jauh dari kami.

Saat aku melihatnya—masih di sana, menatap kami seperti seseorang yang tidak tahu harus merasa apa—aku marah.

Atau… mungkin lebih tepatnya, panik.

Kenapa dia mengikuti?

Apa maunya?

Dan kenapa aku peduli?

Aku mengetuk kaca mobilnya. Keras. Tanpa basa-basi.

Ketika ia membuka kaca, aku bisa melihat sesuatu yang jarang muncul di wajah pria mana pun:

Kejujuran mentah.

Aku membenci itu.

Karena itu membuatku ingin mempercayai seseorang lagi.

“Kenapa kamu mengikuti kami?” tanyaku, dingin.

Dia tidak defensif. Tidak mengelak.

Ia menatapku dengan tenang dan berkata:

“Karena aku penasaran. Dan… tertarik.”

Jantungku berdetak sedikit lebih cepat.

Sedikit saja—tapi cukup untuk membuatku panik.

Aku menutupinya dengan tas. Menampar wajahnya cukup keras.

“Mesum.”

Tapi ketika ia mengusap pipi sambil tersenyum kecil—bukan geli, bukan nakal, tapi… tulus—aku tahu masalahku baru saja dimulai.

pria asing yang cukup berani dan tertarik dengan wanita seperti ku,wanita kotor yang jika ia tahu ia akan membenciku daripada menyukai aku.

Maka dari itu aku tak pernah menyukai seorang pria,aku lebih nyaman berpacaran dengan seorang wanita.

Apalagi Rey cukup memanjakan ku dalam hal apapun.walaupun terkadang Rey cukup menyebalkan.

Rey gadis tomboy yang tanpa make up dan selalu nyaman dengan hodie kebesarannya.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!