Isabelle Madelein, seorang model yang baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 27 tahun mengalami kecelakaan saat akan pulang. Ia dinyatakan meninggal oleh kepolisian tidak lama setelah kejadian.
Tiba-tiba Isabelle terbangun dan merasakan tubuhnya sakit semua. Tapi yang mengejutkan adalah ia terbangun bukan ditubuhnya. Melainkan tubuh orang lain.
Seorang wanita cantik tapi lemah yang mempunyai dua orang anak. Ia bernama Adelle Josephine.
Adelle hidup tersisih dalam keluarga suaminya. Ia diperlakukan semena-mena bahkan suaminya sendiri tidak terlalu memperdulikannya.
Suami Adelle lebih memperhatikan Kakak Ipar dan anak-anaknya dari pada istri dan anak-anaknya sendiri.
Isabelle bertekad akan merubah jalan hidup Adelle dan kedua anaknya.
Ia juga akan mencari tau tentang kecelakaan yang menimpanya. Apa ada seseorang yang dengan sengaja ingin melenyapkannya.
Bisakah Isabelle menjalankan rencananya ?
Othor minta tolong support nya banyak-banyak ya teman-teman 🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ingat
Pagi hari Dimitri terbangun dan melihat Adelle tidur disebelah nya hanya dengan memakai dalaman saja berada dibawah selimut yang sama dengan nya.
Ia melihat dirinya sendiri yang masih telanjang seperti ingatan terakhir nya.
"Adelle..." Dimitri mengguncang pelan bahu Adelle. Dan melihat Dimitri yang sudah bangun, Adelle segera membuka matanya.
"Apa ?" Katanya ketus.
"Apa yang terjadi semalam ? Aku tidak ingat apa-apa ?" Kata Dimitri sambil memijat kepalanya yang terasa berat.
"Jadi kau sekarang pura-pura lupa setelah meniduri ku semalaman penuh. Sekarang merasa tidak terjadi apa-apa kemudian setelah ini kau memintanya lagi. Begitu ?" Kata Adelle berkata dengan ketus lagi. Tidak ada kelembutan dalam setiap ucapannya.
"Bukan begitu. Aku cuma bertanya karena tidak ingat apapun". Dimitri berucap pelan.
Adelle menatapnya sinis. "Sudah sana mandilah supaya kau ingat semuanya. Aku mau tidur lagi. Rasanya tubuh ku remuk semua". Kata Adelle membelakangi Dimitri dan menutupi semua tubuhnya.
Adelle merasa ranjang disebelah nya bergerak. Mungkin saja Dimitri turun dari ranjang dan Adelle segera membuka selimutnya.
Ia kira Dimitri sudah masuk kamar mandi. Tapi rupanya pria itu berdiri di depan cermin di sudut ruangan.
"Hei, kau gila ? Apa yang kau lakukan ? Pakailah rasa malu mu sedikit. Bercermin di dalam kamar mandi sana". Teriak Adelle saat melihat Dimitri yang masih polos tanpa sehelai benangpun.
"Kau jadi ganas ya, Sayang. Sampai mencakar dadaku". Kata Dimitri tersenyum melihat banyak sekali bekas cakaran di dada dan pundaknya.
Adelle melihat ekspresi Dimitri yang tertawa tidak jelas semakin jijik saja. Mungkin ia sedang membayangkan hal yang iya-iya.
Ia memasukkan kepalanya lagi ke dalam selimut dan melanjutkan tidur.
Rasanya kepalanya berat setelah semalaman begadang mengotak-atik ponsel Dimitri.
Dan yang ia temukan adalah sebuah kejutan. Rupanya banyak sekali video Nichole sedang melakukan sesuatu yang menjijikkan seorang diri dan mengirimkannya pada Dimitri.
Adelle mengirim semua video itu ke dalam ponselnya. Ia merasa malam tadi keberuntungan nya karena bisa membuka ponsel Dimitri menggunakan sidik jari. Tentu saja Adelle tidak takut Dimitri terbangun sebab pria itu masih dalam pengaruh obat bius yang diberikan Adelle dalam bentuk tisu basah.
Saat Dimitri selesai mandi, Adelle sudah tertidur lagi. Dimitri hanya melihatnya tanpa mau mengganggu. Mungkin benar, tadi malam ia bermain dengan buas sampai membuat Adelle lelah.
Ia juga sempat mengkonsumsi minuman beralkohol sebelum makan malam. Jadi ia menganggap sedang mabuk sedikit sebab tak ingat apa-apa.
Setelah rapi, Dimitri menuju meja makan. Disana sudah ada orang tuanya, anak-anaknya yang sedang dibantu oleh Esme, juga Nichole bersama Chloe dan Hugo.
"Dimana Nyonya mu yang pemalas itu ?" Tanya Nyonya Marline pada Esme.
"Maaf Nyonya besar, Nyonya Adelle sedang tidak enak badan". Jawab Esme sambil menunduk dan melanjutkan menyiapkan makanan untuk Eloise dan Darrel.
"Dimi, istrimu sungguh bukan ibu yang baik. Menyerahkan pengasuhan anak-anaknya pada orang lain. Tidak seperti Nichole yang merawat anak-anaknya sendiri. Sungguh aku muak melihat nya". Kata Nyonya Marline saat melihat Dimitri mendekat.
Dimitri yang baru datang tidak terlalu mendengarkan ucapan Mommy nya. Ia menuju kearah Eloise dan Darrel kemudian melabuhkan ciuman di kening masing-masing.
Tapi Eloise dan Darrel tidak terpengaruh. Mereka tetap fokus pada makanan di depannya.
Dimitri melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang. Kedua anaknya masih marah padanya.
"Dimitri, duduklah. Aku akan menyiapkan makan untuk mu sebab Adelle tidak ada". Kata Nichole.
"Ya Tuhan, kau baik sekali Nichole. Tidak seperti istrinya Dimitri yang tidak berguna". Cibir Nyonya Marline seakan tidak ada habisnya kata-kata buruk untuk Adelle.
"Mommy, sudahlah. Jangan menjelekkan Adelle di depan anak-anak". Kata Dimitri sambil melihat kearah Eloise dan Darrel yang sama-sama melihat kearah Nyonya Marline.
"Memangnya kenapa ? Betul kan ibu mereka adalah wanita tidak berguna. Aku menyesal membiarkan mu menikahi nya dulu. Wanita rendahan yang bermimpi menjadi keluarga bangsawan"
"Marline, diamlah. Fokus saja pada makanan mu". Tegur Tuan Robert yang mulai merasa telinga nya panas mendengar ocehan tidak bermutu istrinya.
"Sekarang kau juga membela nya ? Tumben sekali ? Ada apa suamiku ? Apa kau menyukainya ?" Tanya Nyonya Marline dengan lembut tapi tatapan matanya sangat tajam.
Ia benar-benar tidak suka ada orang yang membela Adelle saat ia meluapkan ketidaksukaan nya.
"Bicara apa kau, Marline ?" Tuan Robert berkata dengan dingin. Nyonya Marline yang mendengarnya sedikit takut.
Ia yang tadinya meledak-ledak saat membicarakan Adelle sekarang tidak berkutik.
Lalu semuanya terdiam dan fokus makan. Nichole tersenyum genit kearah Dimitri. Ia juga menjilat bibirnya sendiri seolah memberi kode.
Dan Dimitri yang melihat itu hanya bisa mengalihkan pandangannya kearah lain. Perasaan nya mendadak resah.
"Eloise, Darrel.. Karena Mommy sakit, jadi hari ini Daddy akan mengantar kalian". Kata Dimitri.
"Tidak perlu, Daddy. Kami akan berangkat diantar Kak Esme. Daddy antar saja Chloe dan Hugo seperti biasanya". Kata Eloise dan diangguki oleh Darrel.
Dimitri terdiam mendengar ucapan putrinya. Hatinya sedikit tercubit mendengar penolakan dari anak-anaknya.
"Kenapa tidak dengan Daddy saja ?" Tanya Dimitri masih berusaha.
"Karena Daddy akan mengantar kami saat Mommy sakit saja. Tapi nanti setelah Mommy sembuh, Daddy pasti tidak mengantar lagi. Jadi daripada kami hanya sekali diantar Daddy lebih baik tidak usah". Jawab Eloise.
Semua yang mendengarnya hanya melihat kearah Eloise.
"Waktu itu saat di rumah lama aku pernah meminta Daddy untuk mengantar ku. Tapi Daddy memilih mengantar Chloe dan Hugo dan meninggalkan ku yang menangis mengejar mobil Daddy. Bahkan aku sempat terjatuh. Ini bekasnya masih ada di lutut ku". Kata Darrel menimpali.
Dimitri yang mendengar itu merasa hatinya berdenyut nyeri. Benarkah ia bersikap tidak adil pada anak-anak nya selama ini ?
"Jadi kalian iri kepada Chloe dan Hugo karena Daddy kalian menyayangi mereka ? Dasar anak-anak nakal. Bagaimana cara Mommy kalian mendidik kalian. Kenapa tidak merasa kasihan pada sepupu kalian. Daddy nya Chloe dan Hugo sedang sakit, jadi wajar kalau Daddy kalian menyayangi mereka". Kata Nyonya Marline mengejek ucapan Eloise dan Darrel.
"Grandma, tolong jangan selalu menyalahkan Mommy". Kata Eloise pelan. Ia tidak tahan lagi ada yang mengolok-olok Mommy.
"Memangnya kenapa ? Mommy mu memang wanita tidak berguna..."
Sebelum Nyonya Marline sempat menyelesaikan ucapannya, ia merasakan rasa basah dan manis di wajahnya.
Darrel sudah naik keatas kursi dan memegang gelas susu kosong. Sebab isinya sudah ia siramkan kearah Nyonya Marline.
"Anak sialan. Apa yang kau lakukan". Nyonya Marline berteriak dan menatap Darrel dengan tajam.
Tuan Robert dan Dimitri yang melihat keadaan Nyonya Marline hanya menahan senyum.
"Kenapa kalian diam saja. Dimitri, anak mu sungguh keterlaluan". Bentak Nyonya Marline.
"Makanya Mom, besok lagi jangan menjelekkan Adelle. Tentu mereka tidak terima jika Mommy nya dibicarakan seperti itu". Bela Dimitri.
"Tapi Dimitri, tindikan Darrel tidak benar. Ia....." Nichole ingin menambahkan.
"Diamlah". Kata Dimitri mengintimidasi. Jadi Nichole kembali diam dan menutup rapat mulutnya.
"Cucu-cucu Grandpa, apa kalian mau diantar oleh Grandpa ?" Tanya Tuan Robert.
Eloise dan Darrel saling bertatapan dan kemudian mengangguk bersama.
Kemudian mereka meninggalkan ruang makan diikuti Esme yang masih melipat bibirnya agak tidak tercetak senyumannya.