"Aku tidak butuh uangmu, Pak. Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" tekan wanita itu dengan buliran air mata jatuh di kedua pipinya.
"Maaf, aku tidak bisa!" Lelaki itu tak kalah tegas dengan pendiriannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal mula
Dengan jantung berdebar sofia memasuki ruangan penyidik yang berpangkat Ajun komisaris polisi itu. Sebagai seorang cleaning servis, ini adalah kesempatan baginya untuk bicara dengan lelaki yang beberapa bulan lalu telah merenggut kesuciannya.
Malam kelam itu telah meninggalkan trauma dalam hidup Sofia. Yang mana ia di p3rkosa oleh lelaki yang bernama Axelino. Lelaki itu melakukannya memang dalam keadaan terpaksa, karena ia di jebak oleh salah satu rekan bisnisnya. Selain bertugas sebagai polisi, Axel juga seorang pebisnis. Ia memiliki beberapa coffeshop dan punya cabang di beberapa daerah lainnya. Saat itu Axel sedang bertugas malam, ia merasa ada yang aneh pada tubuhnya, saat hendak masuk kedalam ruangannya, ia melihat Sofia melintas di hadapannya, maka h4sratnya seketika naik. Axel beralasan meminta Sofia untuk membersihkan meja kerjanya. Tentu saja gadis lugu itu tidak menolak, karena itu memang pekerjaannya sebagai seorang cs di kantor Polda tersebut.
Malam naas itu terjadi saat Axel tak mampu mengendalikan dirinya. Sofia tak berdaya di bawah kungkungan Axel. Namun, lelaki itu minta maaf dan berjanji akan bertanggung jawab. Hal itu sedikit membuat Sofia lebih lega.
Sofia tak menyangka kejadian malam itu menghadirkan janin di rahimnya. Tentu saja ia tak bisa menerimanya sendirian, ia harus meminta tanggung jawab yang pernah di janjikan oleh Axel padanya.
Tok! Tok!
"Masuk!" terdengar suara yang begitu familiar mempersilahkan masuk.
Sofia membuka kenop pintu ruangan itu dengan jantung tak karuan. Sungguh ia begitu gugup saat netranya bertemu pandang pada sosok lelaki yang sudah beberapa Minggu ini sengaja menghindar darinya.
Axel yang tengah fokus menatap layar laptopnya, atensinya teralihkan saat Sofia berdiri di ambang pintu.
"Silahkan di bersihkan!" titahnya kembali fokus menatap layar tipis yang ada di hadapannya.
Sofia mengangguk seraya membawa peralatan kebersihannya masuk. Ia tak lantas melakukan tugasnya, tetapi berjalan menghampiri polisi itu.
"Maaf Pak, saya ingin bicara dengan bapak," ucapnya dengan hati-hati.
Axel menghentikan ketikannya sejenak, lalu menatap wanita yang berdiri di hadapannya.
"Kamu mau bicara apa?" tanyanya datar.
"S-saya mau minta pertanggungjawaban bapak," sahut Sofia sedikit gugup.
Axel mengerutkan keningnya dengan seringai. "Kamu minta tanggung jawabku?"
"Ya Pak, karena saat ini saya sedang hamil."
"Apa, hamil? Kamu hamil anak siapa? Kenapa kamu minta tanggung jawab padaku?"
Degh!
Jantung Sofia berasa berhenti berdetak mendengar kata-kata Axel yang rasanya sangat menyakitkan.
"Apa maksud pertanyaan bapak seperti itu? Tentu saja saya yakin anak ini adalah anak bapak!" Tekan Sofia lantang.
"Turunkan nada bicaramu, Sofia!" bentak Axel menatap geram. "Apakah kamu tidak sadar dengan siapa kamu bicara?"
Sofia tersenyum getir. "Ya, saya sadar dengan siapa saya bicara saat ini. Yaitu dengan Bapak polisi yang terhormat. Tetapi saya disini hanya ingin memperjuangkan hak anak saya!" tekannya.
Axel terdiam sejenak. Otaknya sedang berpikir, apa yang harus ia lakukan sekarang? Mana mungkin ia menikahi wanita yang derajatnya sangat jauh darinya. Ia memiliki pangkat yang cukup tinggi di kepolisian, masa harus menikah dengan seorang gadis yang banyak bekerja sebagai cs di kantornya. Mau letak di mana mukanya? Apa kata orang-orang di luar sana?
Axel berdiri dari tempat duduknya, lalu membuka laci meja kerjanya. Dua ikat uang kertas berwarna merah ia ambil dari laci tersebut.
Axel berjalan menghampiri Sofia yang masih berdiri disana sembari menahan rasa sakit di hatinya oleh kata-kata yang di lontarkan oleh Axel.
"Ambil uang ini, dan pergilah dari kehidupanku!" ucap Axel meraih tangan Sofia, lalu meletakkan uang tersebut di tangannya.
Lagi-lagi sikap dan ucapan Axel membuat dada Sofia terasa semakin sesak. Netranya mulai berkabut karena genangan air mata. Boleh nggak sih nampol mulut penyidik ini satu kali saja, biar dia tahu rasa sakit oleh perkataannya itu.
Sofia menatap uang itu dengan senyum tipis.
BUGH!
"Aku tidak butuh uang kamu, Pak! Aku hanya butuh tanggung jawabmu sebagai ayah dari bayi yang aku kandung!" Tegas Sofia sembari melemparkan uang itu tepat di dada Axel.
"Aku tidak bisa menikah denganmu. Berapapun uang yang kamu minta akan aku berikan, tetapi jika kamu masih berharap aku akan menikahimu, maka aku tetap pada pendirianku!"
Sofia tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya. Kenapa dia begitu tega dan tak memiliki rasa tanggung jawab pada daerah dagingnya.
"Kenapa bapak mengingkari janji bapak padaku? Bukankah bapak sudah berjanji akan bertanggung jawab?"
"Karena setelah aku pikir-pikir, kamu tidak pantas menjadi istriku. Mana mungkin aku harus menikah dengan wanita yang tak memiliki pendidikan tinggi, dan hanya bekerja sebagai cleaning service," ungkap Axel begitu jelas.
Sofia terdiam dengan perasaan hancur. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bagaimana dengan janin ini? Apa kata orang-orang bila ia hamil tanpa suami?
Bersambung....
Hai all, jumpa lagi dengan novel baru aku. semoga suka dengan jalan cerita selanjutnya ya. jangan lupa tinggalkan komen ya. terimakasih.