( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 308
Di dalam Taman Bambu Puncak Tertinggi, keheningan menyelimuti keempat sosok agung itu. Han Xue berdiri diam di bayang-bayang, masih memproses pemusnahan dua Jenderal Iblis yang baru saja ia saksikan. Tian Feng berdiri diam, menatap titik cahaya perak yang rapuh sisa terakhir dari jiwa Mo Chen yang melayang lembut di telapak tangannya.
"Kakek Lin," ulang Tian Feng, suaranya pelan, ditujukan pada Lin Hao (Dou Sheng 9 Puncak).
"Bisakah... kita menyelamatkannya?"
Lin Hao menatap pecahan jiwa itu dengan ekspresi rumit. Ia menghela napas panjang, sebuah desahan yang seolah membawa beban ribuan tahun. "Sulit," katanya pelan. "Ini hanyalah gema. Gema dari penyesalan terakhirnya. Jiwa utuhnya, kesadarannya, ingatannya... sebagian besar telah dilahap habis oleh Gu Yao selama tiga tahun terakhir."
"Kura-kura Tua benar," tambah Xu Zhao (Dou Sheng 1), nada sombongnya kini digantikan oleh keseriusan seorang Jenderal Naga kuno. "Memaksanya kembali ke dalam tubuh baru hanya akan menciptakan cangkang kosong yang tersiksa. Itu bukan kehidupan, Tuan Muda. Itu adalah kutukan yang lebih buruk dari kematian."
Tian Feng menatap titik cahaya itu. Ia teringat kristal memori yang dikirimkan Mo Chen padanya. Pilihan yang dipaksakan di Alam Mistik. Pengorbanan untuk menyelamatkan Feng Xuan, Han Xue, dan Ling Yue...
Kebencian yang telah ia pelihara selama bertahun-tahun kini terasa hampa. Yang tersisa hanyalah tragedi.
Ia tidak bisa menyelamatkan Mo Chen. Tapi ia bisa membebaskannya.
Perlahan, Tian Feng mengangkat tangannya. Api Naga Surgawi berwarna merah keemasan menyala di telapaknya. Api itu tidak panas membakar, melainkan hangat dan lembut. Api pemurnian.
"Pergilah," bisik Tian Feng. "Hutangmu telah lunas. Pengkhianatanmu... telah kubayar lunas."
Api emas itu dengan lembut menyelimuti fragmen jiwa perak itu. Titik cahaya itu berdenyut sekali, seolah mengucapkan terima kasih, sebelum akhirnya larut menjadi ketiadaan, kembali ke siklus reinkarnasi yang agung, akhirnya bebas dari cengkeraman Aula Jiwa Bayangan.
Tian Feng menutup matanya sejenak, sebuah beban besar terangkat dari jiwanya. Satu babak dalam hidupnya telah resmi ditutup.
"Baiklah," katanya, membuka matanya yang kini kembali tajam dan fokus. Ia menatap benda lain di tangannya: Inti Dou Sheng Puncak yang telah dimurnikan milik Tetua Pertama. "Itu sudah beres. Sekarang, urusan yang mendesak."
Xu Zhao menyeringai, matanya tertuju pada inti yang berdenyut itu. "Tepat sekali, Tuan Muda. Dantian Ban Sheng Puncak-mu itu masih sekosong gurun. Benda itu adalah bahan bakar terbaik yang bisa kau harapkan. Kau harus segera menyerapnya."
Lin Hao mengangguk setuju. "Jenderalmu benar. Kau telah membunuh Tetua Pertama dan Tetua Kesepuluh dalam satu hari. Master Aula (Dou Di Puncak) yang tersegel di Penjara Nether Abadi itu pasti telah merasakannya. Delapan Jenderal Iblis lainnya yang tersebar di benua ini akan segera bergerak. Mereka akan memburumu dengan kegilaan."
"Kau tidak punya banyak waktu untuk bersantai," lanjut Lin Hao. "Kau harus mengkonsolidasikan kekuatanmu. Mengisi lautan Dou Qi-mu."
Tian Feng menatap inti Dou Sheng itu. Ia tahu mereka benar. Kekuatan Fisik Dou Di-nya memang tak tertandingi dalam pertahanan, tetapi untuk melepaskan serangan yang benar-benar bisa merobek dunia untuk menggunakan Pedang Naga Langit dengan benar, atau untuk menghadapi delapan Dou Sheng lainnya ia membutuhkan Dou Qi yang setara.
Ia menoleh ke Han Xue. "Kembalilah ke paviliun. Beritahu Feng Xuan dan Jian Wuchen apa yang terjadi. Katakan pada mereka... aku akan memasuki pengasingan tertutup terakhir. Tugas kalian adalah mengawasi setiap pergerakan Aula Jiwa Bayangan di benua ini. Aku ingin lokasi kedelapan jenderal lainnya di atas mejaku saat aku keluar."
Han Xue mengangguk sekali, sosoknya melebur ke dalam bayang-bayang, lenyap dari taman bambu.
Tian Feng berbalik menghadap Lin Hao dan Xu Zhao. "Aku akan kembali ke Puncak Yin-Yang. Energi di sana paling stabil."
Xu Zhao mengangguk. "Pilihan bagus. Tapi berhati-hatilah. Menyerap inti Dou Sheng Puncak saat kau 'hanya' Ban Sheng... bahkan dengan fisik Dou Di-mu... jika kau gagal mengendalikannya," ia menyeringai, "kau akan menjadi kembang api paling mahal dalam sejarah benua ini."
Tian Feng hanya tersenyum tipis. "Aku sudah mati sebelumnya. Aku tidak takut."
Dengan satu langkah, ia merobek ruang dan menghilang, menuju Kolam Roh Yin-Yang yang kini telah diperbaiki oleh Lin Hao, siap untuk mengambil lompatan kekuatan terbesarnya.