Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.
Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?
Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. Pertemuan.
Bab 1. Pertemuan.
Sial! Gara-gara para bajingan itu aku jadi terlambat pulang! kata seorang pemuda bersungut-sungut karena marah.
Pemuda itu bernama Jaka. Seorang siswa kelas 10 di SMA Negeri Nusantara. Atau juga bisa disebut kelas 1 SMA.
Jaka berjalan sambil tertatih-tatih. Merasa nyeri di sekujur tubuhnya, ia kembali mengumpat.
Sialan! Sakit sekali! Rasanya tulang-tulangku seperti mau patah, keluhnya.
Ya... Jaka bisa terlambat pulang karena dia ditindas oleh teman-temannya yang merupakan anak orang kaya. Ada satu orang yang sering mengganggunya di sekolah, nama Beni. Dia ditindas hanya karena satu alasan, yaitu "siswa miskin" yang berhasil masuk sekolah tersebut karena beasiswa di bidang olahraga.
Kebetulan SMA Negeri Nusantara adalah sekolah favorit di kota tempat ia tinggal. Nama kota tersebut adalah Blue Star. Atau para orang-orang yang lebih tua lebih sering menamainya dengan sebutan kota Bintang Biru.
Kembali ke cerita.
Tepat saat jam pulang sekolah berdering, Jaka diseret oleh anak buah Beni ke gudang belakang sekolah. Di sana dia dihajar dan dipukuli oleh sekitar lima orang. Berusaha melawan mati-matian, namun pada akhirnya dirinya tetap babak belur karena ketidakseimbangan, yaitu satu lawan lima.
Jaka mengepalkan tangannya erat-erat. Dia teringat dengan jelas hinaan yang dilontarkan oleh Beni padanya.
Flashback On.
"Hahaha! Dasar sampah. Jika kau tidak terima dan ingin marah, salahkan saja orang tuamu karena kau terlahir dari keluarga miskin," ucapnya dengan nada mencibir.
Mendengar itu, mata Jaka langsung memancarkan kebencian yang begitu dalam.
Dengan keras dia meraung bahkan meludahi wajah Beni.
"Dasar brengsek! Cuih! Kau boleh menghinaku tapi jangan pernah menghina keluargaku, bangsat!" umpatnya.
Mendapati dirinya diludahi, amarah Beni langsung naik ke ubun-ubun.
"Brengsek! Sialan kau!"
"BUGH!"
Sebuah tinju yang sangat keras menghantam perut Jaka. Saat itu ia sedang dipegangi oleh dua orang.
"Argh! Uhuk-uhuk!"
Seketika rasa sakit yang begitu tajam langsung mengaduk perutnya, membuatnya memuntahkan air.
Dengan tatapan penuh kekejaman, Beni memberikan perintah kepada anak buahnya.
"Kalian semua pukuli anjing ini sampai dia tak berdaya!" kata Beni sambil berbalik pergi.
Akhirnya pukulan demi pukulan pun diterima oleh Jaka tanpa bisa melakukan perlawanan. Tenaganya sudah habis dan dia sudah sangat lemas karena seluruh kekuatannya ia gunakan untuk melakukan pertahanan diri dan membalas di awal.
Setengah jam kemudian, para anak buah Beni sudah capek memukulinya sehingga mereka membiarkannya tergeletak begitu saja seperti ikan mati.
Untuk beberapa saat Jaka tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Setelah beristirahat seperempat jam, dia memaksakan tubuhnya untuk bangun dan melangkah dengan gontai. Langkahnya tertatih bahkan sedikit terseok karena rasa nyeri yang merajam tubuhnya dari segala sisi.
Penjaga sekolah yang melihatnya hanya bisa memandang dengan prihatin. Ingin sekali ia membantu, tetapi ia sendiri sangat paham seperti apa hierarki yang ada di sekolah yang dipenuhi oleh orang-orang kaya ini.
Flashback Off.
Masih terus berjalan, tiba-tiba cuaca mendadak berubah. Awan di langit mulai menggelap dan tidak lama kemudian hujan pun turun dengan lebat.
"Dras! Dras! Dras! Dras!"
Air hujan itu langsung mengguyur tubuh Jaka. Mengenai tubuhnya yang terluka dan kulitnya yang robek, seketika rintihan langsung terdengar. Bahkan sesekali terdengar suara gelegar petir bersahut-sahutan.
"Argh! Ah, sialan! Perih sekali rasanya."
Mencoba bertahan sambil menahan rasa sakit dan perih yang kian menyengat, matanya menatap sekeliling mencoba untuk mencari tempat berteduh. Beruntungnya, tidak jauh di tempat ia berjalan ada warung nasi pecel.
Ah, mungkin aku bisa berteduh di sana sebentar, gumam Jaka dalam hati.
Namun, baru selangkah ia menggerakkan kakinya, tiba-tiba...
"ZRRT... DUAR!"
Sebuah petir yang sangat dahsyat langsung menghantam tubuhnya! Seketika peristiwa itu membuat geger orang-orang yang ada di sekitarnya. Beberapa orang yang melihat langsung menelpon pihak rumah sakit terdekat.
Jaka yang menjadi korban, tubuhnya langsung ambruk dan pingsan di tempat. Orang-orang tidak berani menyentuhnya atau memindahkan tubuhnya. Mereka takut kalau-kalau ada cedera parah yang mereka tidak ketahui akan memperparah keadaannya.
Keributan terus bertambah saat orang-orang yang berkumpul menjadi semakin banyak. Sementara orang-orang itu terus berkerumun dan bercerita, kesadaran Jaka yang sedang pingsan benar-benar tertarik sepenuhnya ke sebuah tempat yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Dirinya ditarik ke sebuah tempat yang sepenuhnya sunyi dan putih. Ya... itu benar-benar putih sejauh mata Jaka memandang.
Dilanda kebingungan, dirinya mematung.
"Hah! Di mana aku?"
"Tempat apa ini? Apakah ini alam setelah kematian?" Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk di dalam pikirannya.
Saat ia masih tenggelam dalam kebingungan, tiba-tiba terdengar suara yang menggema. Suara tersebut tidak keras namun begitu jernih, halus, dan lembut. Seperti suara lantunan musik surgawi yang mengalir lembut di telinganya.
"Selamat datang, anak muda. Kamu belum mati, ini adalah dunia jiwa yang terbentuk di dalam alam bawah sadarmu," ucapnya lembut.
Tanpa sadar tubuh Jaka berbalik. Dan saat itu tiba-tiba tubuhnya membeku. Karena yang berdiri di hadapannya adalah seorang wanita dengan kecantikan seperti dewi yang turun dari sembilan surga. Kulitnya halus dan lembut, putih bersih seperti susu vanila. Rambutnya hitam legam, dan matanya, itu sangat jernih seperti embun pagi.
Melihat pemuda yang ada di depannya linglung, wanita cantik itu terkekeh kecil.
"Apakah kamu sudah puas memandangku?" ucapnya dengan suara yang merdu.
Mendengar itu, seketika Jaka langsung tersadar dari linglungnya. Detik berikutnya wajahnya langsung memerah karena malu. Bagaimanapun, ini adalah pertama kalinya dia melihat seorang wanita yang sangat cantik. Bahkan kecantikan Miss Universe yang sering ia lihat di televisi tidak sebanding dengan kecantikannya.
"S-siapa kamu?" tanya Jaka dengan bibir yang bergetar.
Wanita itu langsung menghela napas panjang. Dan kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar sesuatu yang tidak pernah diduga oleh Jaka.
"Maaf. Perkenalkan, namaku Amira. Aku bukan berasal dari planet ini. Melainkan berasal dari planet yang sangat jauh bernama Planet Silver Moon. Aku terlempar kemari oleh badai ruang spasial karena di tempat planetku berada sedang ada perang besar melawan para monster," ucapnya.
Seketika Jaka langsung tercengang. Mulutnya melongo, otaknya kosong seolah sedang error. Bahkan dirinya tidak tahu harus merespons bagaimana.
"Apa-apaan ini? Ruang spasial? Planet lain? Silver Moon?" Ia benar-benar tidak paham apa yang dibicarakan oleh wanita cantik yang ada di depannya, terutama pada bagian terakhir yaitu perang besar melawan monster.
Melihat kebingungan di wajah Jaka, Amira sekali lagi menghela napas. Matanya dipenuhi oleh rasa bersalah dan juga perasaan tak berdaya. Jika pun bisa, sebenarnya dia juga tidak ingin melakukan ini.
Namun apalah dayanya. Para orang-orang terdekatnya berjuang keras merobek celah spesial agar dirinya bisa melarikan diri dan menyelamatkan nyawanya. Pada akhirnya dia pun berhasil masuk ke dalam celah ruang.
Akan tetapi setelah memasuki celah ruang pun ia harus mengalami badai kekacauan yang dipenuhi oleh distorsi hukum ruang dan waktu. Berusaha keras menembus dimensi dan melarikan diri ke tempat yang lebih aman.
Dengan usaha yang sangat keras dan hampir menguras seluruh kekuatannya, dia pun berhasil menembusnya, menciptakan sebuah celah ruang. Meskipun berhasil, yang sangat disayangkan adalah tubuh fisiknya hancur dan hanya menyisakan jiwa saja.
Jika terus dibiarkan, jiwanya akan menguap dan menghilang. Secepatnya dia harus menemukan wadah yang cocok untuk menampung dirinya. Setidaknya seseorang itu harus memiliki kekuatan jiwa yang sangat besar sehingga bisa menampung keberadaannya.
Di mana dia harus menemukan sosok seperti itu? Pikiran Amira diselimuti oleh kecemasan yang luar biasa.
Pada saat kritis, Amira melihat secerca harapan. Dengan matanya yang spesial, ia melihat pemuda yang memancarkan fluktuasi kekuatan jiwa yang sangat besar, namun belum sepenuhnya terbangun.
Dengan kilatan tekad di matanya, Amira pun memadatkan seluruh kekuatannya dan sisa energi yang ada di dalam tubuhnya menjadi ledakan kekuatan yang mirip seperti petir. Ia memperlebar celah ruang sehingga dirinya bisa menerobos masuk.
Karena ia sangat terburu-buru, akhirnya ia pun memasuki tubuh pemuda itu yang tidak lain adalah Jaka.
Jika diceritakan semuanya akan sangat panjang, jadi aku akan menceritakan garis besarnya saja, ucapnya.
Jadi seperti ini...
Lalu mengalirlah semua cerita Amira serta kejadian yang dialami oleh planetnya yang saat itu sedang dalam pertarungan besar melawan invasi monster yang berasal dari alam semesta lain.
Jaka menyimak semuanya dengan seksama tanpa sekalipun menyela. Entah sudah berapa kali jantungnya dibuat berdegup kencang; hal-hal baru di luar imajinasi yang diceritakan oleh wanita cantik yang ada di depannya benar-benar mengguncang jiwanya hingga ke dasar.
Segala macam cerita yang ia anggap hanya sebuah dongeng fantasi yang tidak nyata ternyata kini benar-benar nyata dan ada. Dari keterangan yang dijelaskan oleh Amira, ada orang-orang dengan kekuatan yang di luar nalar manusia; mereka semua disebut Esper.
Ada juga orang yang memiliki kekuatan dan bakat yang sangat langka disebut Overload. Mereka semua adalah jenis orang-orang yang memiliki bakat langka tersembunyi untuk mengaktifkan kemampuan otak mereka melampaui batas normal dengan menggabungkan metode pelatihan mental dan jiwa.
Keberadaan mereka sangat langka, bisa dikatakan satu banding seribu.
Setelah mendengar semua itu, Jaka pun terdiam. Kini ia mengerti garis besarnya. Amira saat ini dalam kondisi yang sangat lemah dan dia harus tinggal di dalam dunia jiwanya untuk memulihkan diri.
Berpikir ada seorang wanita cantik yang menyatu dengan dirinya, entah kenapa Jaka merasakan rasa bangga di dalam hatinya. Bagi seorang jomblo ngenes yang sangat minim pengalaman asmara seperti dirinya, ini bisa dikatakan sebuah prestasi besar yang melampaui anak-anak seusianya.
Namun, tiba-tiba perasaan buruk mulai mendekap hatinya.
"Bagaimana jika dia berniat untuk merebut tubuhku? Bukankah itu akan sangat berbahaya bagiku?" pikirnya. Dalam sekejap rasa bangga yang ia rasakan langsung lenyap. Berubah menjadi krisis besar seperti gelombang tsunami yang siap menguburnya kapan saja.
Seolah mengetahui isi pikiran Jaka, ekspresi wajah Amira langsung berubah muram.
Dia mendengus dengan jijik.
"Jika kau berpikir aku akan merebut tubuhmu, maka kau salah besar. Aku hanya akan tinggal di sini untuk sementara, sampai aku bisa memadatkan jiwaku sendiri," ucapnya dengan ketus.
Mendengar itu, Jaka langsung nyengir. Ekspresi salah tingkah terukir jelas di wajah polosnya. Itu semua tidak luput dari pengamatannya. Matanya begitu jernih, seolah tidak menyimpan niat buruk sedikit pun.
Melihat itu, ekspresi kesalnya langsung turun drastis; setidaknya ia tidak terlalu kesal sekarang.
Amira juga menambahkan, "Tenang saja, aku tidak akan tinggal di dalam lautan jiwamu dengan gratis. Aku akan mengajarkan metode penyerapan energi dan menjadikanmu seorang Esper."
Mendengar itu, Jaka langsung bersemangat.
"Wow... Benarkah? Apakah aku benar-benar bisa menjadi seorang Esper? Baiklah, kalau begitu... kau bisa tinggal di dalam dunia jiwaku sebanyak yang kau mau," ucapnya.
Entah kenapa, Jaka begitu yakin dan percaya jika wanita cantik yang ada di depannya tidak akan menyakitinya.