NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Tiba-tiba dijodohkan

Velora menatap layar monitor pasien dengan mata lelah. Shift malam di rumah sakit membuatnya hampir lupa kapan terakhir kali tidur nyenyak. Tangannya cekatan memeriksa catatan medis, memantau detak jantung pasien, dan memastikan dosis obat tepat.

Sebagai dokter spesialis penyakit dalam, setelah hampir tiga tahun meniti kariernya, gadis 28 tahun itu terbiasa menghadapi situasi kritis dan membuat keputusan hidup-mati setiap hari. Rumah sakit adalah dunianya, tempat logika dan profesionalisme selalu menang atas emosi.

Namun pagi ini, ada sesuatu yang membuatnya hampir kehilangan fokus yakni Arvenzo Wardhana.

Pria itu muncul di lorong rumah sakit dengan setelan rapi dan tatapan dingin yang selalu membuat bulu kuduk berdiri. Velora sudah mengenal Arvenzo sejak satu tahun terakhir. Selama menjadi pasien VIP nya, ia tahu sifat Arvenzo yang arogan, perfeksionis, dan kadang menuntut perhatian ekstra tapi hari ini ada sesuatu yang berbeda, lebih pribadi, lebih mengancam.

“Dokter Velora, bolehkah kita bicara sebentar di ruang kerjamu?” suaranya dingin tapi tegas.

Velora menelan ludah, menutup catatan pasiennya, dan mengangguk perlahan. Mereka berjalan menuju ruang kerjanya, tempat biasa ia meninjau kasus-kasus rumit atau konsultasi pribadi dengan pasien.

Begitu pintu tertutup rapat, Arvenzo berdiri di depan mejanya, menatap Velora lurus ke mata. Ia tampak dewasa, hampir 30 tahun, dengan aura dominan yang membuat Velora selalu merasa sedikit terintimidasi.

“Velora, saya tahu ini akan mengejutkanmu. Tapi kamu harus mendengarkan,” katanya, nada seriusnya membuat Velora merasa seluruh tubuhnya tegang.

Velora mengerutkan kening. “Maksudmu mendengarkan apa?” Suaranya gemetar meski ia berusaha terdengar tenang.

Arvenzo menarik napas panjang, menundukkan kepala sejenak sebelum menatapnya kembali. “Dulu, kakekmu, tuan Atmadja, berhutang pada kakek saya. Tapi kakek saya tidak ingin dibayar dengan uang. Dia hanya ingin satu hal yakni cucu-cucu mereka dijodohkan suatu hari nanti.”

Velora menatapnya terbelalak. Napasnya terhenti sebentar. “Cucu-cucu kita? Maksudmu kita... kita dijodohkan tanpa aku tahu?”

Arvenzo mengangguk pelan. “Ya. Rencana awal mereka adalah untuk anak-anak mereka, tapi semua anak mereka laki-laki. Jadi rencana itu dialihkan untuk cucu-cucu mereka... Ya itu kita.”

Velora merasa dunianya runtuh. Napasnya tersengal, tangan gemetar memegang stetoskopnya. “Kamu bercanda, kan? Ini... ini gila! Aku bukan pion dalam permainan kalian!”

Arvenzo mencondongkan tubuhnya sedikit, tatapannya dingin dan tegas. “Tapi itu kenyataannya. Kita memang akan menikah bukan karena cinta, tapi karena janji keluarga. Kamu bisa menolak, tapi itu akan membuat hidup keluargamu bermasalah ke depannya dan orang tuamu pun setuju dengan ini.”

Velora menelan ludah, mencoba menenangkan diri. “Hah... Kamu bercanda kan? Tidak mungkin orang tuaku setuju tanpa bilang apapun ke aku.”

Arvenzo menghela napas. “Kamu bisa tanyakan ke orang tuamu dan dua minggu lagi kita akan menikah tepat dua minggu dari sekarang. Tidak ada waktu untuk menolak, tidak ada waktu untuk menolak. Semua harus berjalan sesuai rencana kakek dan orang tua kita.”

Ketegangan di ruang itu semakin terasa. Velora menunduk, merasakan kepala pusing dan jantung berdegup cepat. Dua minggu. Hanya dua minggu untuk menyiapkan diri menghadapi hal yang bahkan ia tak pernah bayangkan.

Dua minggu untuk menerima kenyataan bahwa hidupnya, karier, kebebasan, bahkan identitasnya sebagai wanita mandiri akan berubah drastis.

Selain itu, Velora tahu Arvenzo juga mengetahui hubungannya dengan Ethan, kekasihnya yang sedang berada di Kanada menjalankan perusahaan keluarga. Arvenzo menatap Velora dengan dingin dan serius.

“Saya tahu kamu memiliki seorang kekasih dan kamu harus segera memutuskan hubunganmu dengan dia!” ucap Arvenzo. “Apalagi fakta bahwa kita akan menikah dua minggu lagi. Tidak ada waktu untuk tawar menawar!”

Velora menahan amarah, wajahnya memerah. “Ini tidak adil! Ethan, dia sedang jauh di Kanada, tidak mungkin aku memutuskannya! Kamu tidak bisa memaksaku seperti ini!”

Namun Arvenzo tidak goyah. Velora bisa melihat ketegasan itu bahwa pria ini sama sekali tak mau kalah. Bahkan ketika mengetahui akan dijodohkan dengan Velora, Arvenzo juga telah memutuskan kekasihnya sendiri tanpa banyak tanya.

Ia menerima perjodohan itu dengan kepala tegak, tanpa ragu, karena baginya, aturan keluarga adalah kenyataan yang harus dihadapi dan ia tidak akan membiarkan siapa pun menentang takdir yang sudah ditetapkan.

Velora menunduk, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia tahu, tidak ada argumen yang akan mengubah keputusan keluarga mereka. Ia adalah dokter, wanita yang terbiasa mengendalikan hidupnya sendiri tapi kini, hidupnya benar-benar di luar kendali.

Matanya menatap Arvenzo. Pria itu tampak tak peduli, seperti raja di dunianya sendiri, dingin, arogan, dan sulit ditaklukkan. Velora merasakan campuran amarah, frustrasi, dan entah kenapa rasa penasaran yang aneh.

“Bagaimana ini bisa terjadi?” Velora bertanya, suaranya sedikit gemetar. “Kakek kita... kenapa harus kita? Kenapa bukan orang lain? Kenapa tidak sepupu-sepupuku yang lain saja.”

Arvenzo mencondongkan kepala, menatap lurus ke mata Velora. “Karena kita yang memenuhi syarat. Dan karena janji itu sudah ada sejak lama. Kamu mau atau tidak, kita harus memulainya sekarang. Dan ingat, dua minggu lagi kita akan menikah.”

Velora menunduk, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Hidupnya, yang biasa ia kendalikan dengan cermat, kini benar-benar berada di luar kendali.

Dan di balik semua kekacauan ini, satu hal jelas terasa seperti neraka yang ia hadapi hari ini justru akan membuka jalan bagi sesuatu yang sama sekali tak pernah ia bayangkan yakni cinta.

...****************...

Velora melangkah masuk ke ruang keluarga, tubuhnya masih tegang dan hati berdebar kencang setelah pertemuan yang mengejutkan dengan Arvenzo di rumah sakit tadi.

Pikiran tentang perjodohan yang tiba-tiba itu terus berputar, membuatnya sulit menenangkan diri, bahkan saat ia berada di rumah sendiri.

“Ini tidak adil! Kenapa kalian bisa seenaknya memutuskan hidupku?” serunya, suaranya meninggi, tangan gemetar menahan amarah. Ia menatap kakeknya, Atmadja, yang duduk di sofa dengan wajah tenang, seolah sudah mengantisipasi ledakan ini.

“Kamu harus mengerti, Velora,” ucap Atmadja pelan, suaranya berat dan penuh wibawa. “Janji itu sudah ada sejak lama. Ini bukan keputusan baru, bukan semata-mata ingin menyusahkan mu.”

“Janji lama atau tidak, aku tetap wanita dewasa yang punya hak memilih, Kek! Aku punya hidupku sendiri, dan aku tidak mau dipaksa menikah dengan orang yang bahkan baru aku kenal!” Velora menekankan kata-katanya, matanya membara.

Ibunya, Ariella, berdiri di belakang Velora, meletakkan tangan lembut di pundaknya. “Nak, Ibu mengerti kemarahan mu. Ibu juga akan marah kalau berada di posisimu. Tapi coba dengar dulu alasan mereka. Ini bukan sekadar permainan atau hobi mereka. Kakekmu ingin memastikan keluarga kita tetap terikat dalam kehormatan dan janji lama itu.”

Velora menepis tangan ibunya, tapi tak bisa menahan air matanya menetes. “Aku tidak peduli dengan kehormatan atau perjanjian lama! Aku ingin hidupku sendiri! Aku tidak mau jadi pion dalam permainan kalian!”

Ayahnya, Rendra, yang duduk di kursi dekat jendela, menatap Velora dengan serius tapi penuh kelembutan. “Ayah tahu kamu marah, dan itu wajar, Velora. Tapi kamu harus berpikir realistis. Kadang hidup menuntut kita membuat keputusan sulit, bukan berdasarkan keinginan pribadi semata. Kita harus menghormati janji ini agar tidak menimbulkan masalah lebih besar di keluarga. Memang berat, tapi ini cara menjaga agar semuanya tetap berjalan dengan baik.”

Velora menunduk, napasnya tersengal. “Tapi aku merasa seperti kehilangan kendali atas hidupku sendiri. Semua orang seolah menentukan jalan hidupku tanpa menanyakan aku sama sekali.”

Dewi, sang Nenek duduk perlahan di kursi dekat Velora. Suaranya lembut, menenangkan, penuh kasih. “Velora, Nenek tahu ini berat. Tapi kadang hidup membawa kita ke jalan yang tak pernah kita bayangkan. Nenek juga dulu tidak suka dengan beberapa keputusan keluarga, tapi kita harus belajar menyesuaikan diri, bukan semata-mata melawan. Kamu bisa tetap memiliki suara, tapi ada hal-hal yang harus dijalani, setidaknya untuk sementara.”

Ariella meraih tangannya, menatap mata Velora penuh kelembutan. “Ibu tahu, nak. Itu wajar. Tapi ingat, keluarga kita selalu mencoba melindungi. Terkadang caranya keras dan tampak tidak adil. Tapi kamu harus percaya, mereka juga ingin yang terbaik untukmu, meski caranya berbeda dengan yang kamu harapkan.”

Velora menutup mata sejenak, mencoba menenangkan diri. Kata-kata ibu dan neneknya menembus amarahnya yang membara, sementara nasihat ayahnya menambah perspektif. Ia mulai memahami sisi lain dari janji lama yang membelenggu keluarganya, meski rasa frustrasi dan takut masih tetap ada.

Neneknya menepuk bahu Velora perlahan. “Jangan menolak semuanya dengan amarah, nak. Kadang hidup memaksa kita menjalani hal yang tidak kita pilih, tapi itu bukan berarti kamu harus menyerah. kamu tetap bisa berjuang, tapi tetap dengan hati yang tenang.”

Velora menatap neneknya, menarik napas panjang, mencoba menenangkan amarahnya. Meski ia masih takut menghadapi Arvenzo dan dua minggu menuju pernikahan itu, setidaknya kini ia sedikit lebih siap menghadapi kenyataan, dengan suara dari ayah, ibu, dan nenek yang menyeimbangkan kemarahannya.

Tapi kemudian Velora menatap mereka dengan tegas, suaranya bergetar. “Tapi kalian lupa satu hal! Aku sudah memiliki kekasih! Ethan! Kami sudah bersama selama enam tahun! Apakah kalian pikir aku bisa begitu saja meninggalkannya hanya karena janji lama yang dibuat kakek dan kakek Arvenzo?!”

Atmadja tetap duduk tenang di sofa, tatapannya tegas. “Janji itu bukan sekadar soal pasangan, Velora. Ini soal masa depan keluarga kita. kamu harus memutuskan hubunganmu dengan Ethan sebelum jalan ini benar-benar dimulai. Kalau tidak, masalahnya akan lebih besar lagi dan bisa memalukan keluarga kita!”

Rendra menambahkan dengan nada tegas tapi lembut: “Ayah paham kamu mencintai Ethan. Tapi hidup kadang menuntut pengorbanan yang berat. Ini bukan soal perasaan semata. Keluarga menaruh kepercayaan pada keputusan ini. Jika kamu tetap bersikeras mempertahankan hubunganmu, itu hanya akan memperumit semuanya. Kamu harus memutuskan Ethan sekarang, sebelum semuanya terlambat.”

Velora terdiam sejenak, merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia menunduk, menahan emosi yang campur aduk antara cinta, marah, dan takut. “Kalian sungguh menginginkanku memutuskan Ethan demi janji yang bahkan aku tidak setuju sepenuhnya?”

Ariella menatap putrinya penuh kasih. “Nak, Ibu tahu ini tidak mudah. Kamu tetap bisa mencintai Ethan, tapi hidup harus tetap berjalan sesuai kebutuhan keluarga dan janji yang sudah ada.”

Velora menggigit bibirnya, air mata menetes. Hatinya berontak, tapi kata-kata Atmadja dan Rendra seperti batu besar yang menekan pikirannya. Ia tahu, menolak mereka bukan hanya soal memberontak, tapi juga akan menimbulkan masalah serius bagi seluruh keluarga.

1
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
Rahma Rain
belajar lah mencintai suami mu Vel
Rahma Rain
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!