Alur cerita ringan...
Dan novel ini berisi beberapa cerita dengan karakter yang berbeda-beda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arran Lim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Kediaman Nicholas
Suasana sore di kediaman Nicholas terasa tenang. Lampu-lampu kristal di ruang utama sudah menyala, memantulkan cahaya lembut di dinding marmer. Dean, sekretaris utama Nicholas, berdiri tegap di dekat meja panjang yang penuh tumpukan dokumen.
"Anna, apa kamu udah nyiapin semua keperluan Pak Nicholas?" tanya Dean tanpa menoleh, matanya masih fokus pada tablet di tangannya.
Dean adalah tangan kanan Nicholas—pria yang dikenal setia dan serba bisa. Bukan hanya mengurus jadwal kerja, ia juga sering mengurus urusan di luar perusahaan: mencari informasi, mengatur pertemuan rahasia, bahkan mempersiapkan rencana pribadi sang bos.
Sementara itu, Anna Aditama—atau biasa dipanggil Anna—juga bekerja sebagai sekretaris, tapi tugasnya jauh lebih ringan dibanding Dean. Ia mengatur jadwal harian Nicholas, menyiapkan pakaian, memastikan sang bos makan tepat waktu. Posisinya bisa dibilang sekretaris yang merangkap asisten pribadi, bahkan kadang seperti maid. Meski begitu, Anna tidak pernah mengeluh. Gaji yang ia terima lebih dari cukup untuk membuatnya bertahan.
"Saya sudah siapkan baju ganti, dan makan malam saya delivery aja, soalnya para maid lagi libur," jawab Anna sopan.
Dean mengangguk tipis. "Oke. Malam ini saya dan Pak Nicho bakal lembur, jadi kamu nginep aja di sini. Apalagi para maid nggak ada, Pak Nicho pasti butuh kamu."
Anna hanya mengangguk. "Oh iya, saya mesti kabarin kakak dulu," gumamnya sambil merogoh ponsel.
"Enggak usah, aku udah hubungin dia," ucap suara berat dari arah pintu.
Anna dan Dean sontak menoleh. Nicholas berdiri di sana, mengenakan kemeja hitam dengan kancing bagian atas terbuka. Aura dinginnya langsung memenuhi ruangan.
"Ah, baik Pak," balas Anna sopan.
Nicholas dan Jason—kakak kandung Anna—adalah sahabat dekat sejak SMP. Hubungan mereka sudah seperti keluarga. Tapi bagi Anna, persahabatan itu aneh. Nicholas dingin, penuh jarak, sementara Jason ramah dan hangat.
Namun, setiap kali Nicholas bersama Jason, Anna melihat sosok yang berbeda: pria itu bisa tertawa, bahkan saling ejek dengan kakaknya. Sebaliknya, terhadap Anna, Nicholas selalu menjaga jarak. Ekspresinya datar, kata-katanya singkat.
Sudah hampir setahun Anna bekerja di perusahaan Nicholas, tapi ia tak punya teman di kantor. Selalu ada alasan dari Nicholas yang membuatnya berada di lingkaran dekat sang bos dan jauh dari karyawan lain.
"Kita makan dulu, baru lanjut kerja," ucap Nicholas datar, lalu melangkah ke ruang makan. Dean dan Anna pun mengikutinya.
Seperti biasa, Anna mengisi piring Nicholas dengan teliti, seperti istri yang melayani suaminya. Mereka makan dalam diam.
Tiba-tiba Dean menaruh beberapa ekor udang yang sudah dikupas di piring Anna. Anna sempat tersenyum, tapi hanya beberapa detik. Dean buru-buru mengambil kembali udang itu dan langsung memakannya.
"Eh, bapak kenapa? Kok diambil lagi?" tanya Anna heran.
"S-saya cuma nitip sebentar, piring saya tadi penuh," jawab Dean cepat.
Anna menangkap kegugupan di wajah Dean. Saat ia menoleh ke arah Nicholas, semuanya jelas. Dean menarik kembali udang itu setelah melihat tatapan tajam sang bos.
"Pak mau sesuatu lagi?" tanya Anna berusaha mencairkan suasana.
Nicholas meletakkan sendoknya, menatap Anna datar. "Kamu suka udang?"
Dean menelan ludah, tegang menunggu jawaban.
"Sebenarnya enggak terlalu suka, Pak. Dibandingkan udang, saya lebih suka cumi," jawab Anna jujur.
Nicholas sudah tahu itu. Di rumah Anna, selalu ada sambal cumi khusus untuknya. Tanpa bicara lagi, Nicholas mengambil beberapa potong cumi goreng tepung dan menaruhnya di piring Anna. "Makan."
Anna mengangguk. Dean di sampingnya terlihat lega.
Setelah selesai makan, Anna membuat teh dan menyiapkan camilan untuk Nicholas dan Dean, lalu kembali ke kamar untuk istirahat.
*********
Pukul satu dini hari, Nicholas baru menutup laptopnya. Dean sudah pamit daritadi. Nicholas bergegas berjalan menuju kamar, tapi bukan kamarnya sendiri—melainkan kamar yang selalu ditempati oleh Anna setiap kali menginap.
Pintu dibuka pelan. Anna sudah terlelap, wajahnya tenang, posisi tidurnya menggemaskan. Nicholas mengunci pintu, lalu berbaring di samping Anna. Perlahan, ia menarik tubuh Anna ke dalam pelukannya.
"Have a nice dream, baby," bisiknya sambil mengecup kening Anna.
Bagi sebagian orang, mungkin Nicholas adalah laki-laki pengecut—tak pernah berani mengungkapkan perasaannya secara langsung. Tapi ia tidak peduli. Baginya, cukup bisa memastikan Anna selalu berada di dekatnya dan tak memberi celah bagi pria lain untuk mendekat.
Nicholas sudah jatuh cinta pada Anna sejak gadis itu duduk di bangku SMA. Hingga kini, rasa itu tak pernah pudar.