Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 1
"Yah, pulang yuk? Sudah malem banget ini," ajak Sultan.
Salman baru saja membeli perkebunan milik salah satu warga yang ada di desa itu, dulunya dia merupakan pengusaha sukses di kota. Namun, karena perusahaannya bangkrut dia memilih pindah ke desa ini dan membeli perkebunan yang cukup luas.
Dia juga membeli sebuah rumah yang cukup mewah untuk ukuran di kampung itu, karena kebetulan ada seorang juragan yang menjual salah satu rumahnya.
"Kamu pulang duluan saja, Ayah masih mau ngecek semua sayuran yang sudah terkumpul di gudang. Mungkin dua jam lagi Ayah balik," jawab Salman.
"Ck! Pulang sekarang aja kenapa sih, Yah? Kalau aku pulang sendiri, itu artinya aku harus jalan kaki. Kalau kita pulang bareng, aku bisa naik mobil sama Ayah."
Sultan sebenarnya merasa kurang suka tinggal di desa itu, karena dia merasa kalau di desa itu masih terlihat tertinggal. Banyak kebun yang terlihat begitu luas, rumah warga masih sedikit dengan jarak yang begitu jauh.
Bahkan, tidak ada tempat hiburan di sana. Hanya ada sawah dan hamparan kebun sayuran serta kebun buah-buahan. Sultan merasa pengap tinggal di desa itu, tapi kalau mau tinggal di kota dia tidak punya modal.
"Itu resiko kamu karena ingin pulang duluan, kalau Ayah masih ingin di sini menghitung sayuran yang masuk gudang."
"Ck! Ya udah, aku pulang aja. Males lama-lama di gudang perkebunan kaya gini," ujar Sultan.
"Pulang sana, lagian jarak dari sini juga menuju rumah nggak terlalu jauh. Hanya tiga kilo, jalan kaki juga paling lima belas menit. Gak bakal kesasar juga, orang rumahnya pinggir jalan."
"Ck! Ayah nyebelin!" ketus Sultan.
"Kamu itu aneh tau gak! Katanya ingin segera memiliki banyak uang kembali, tapi giliran diajak kerja malah kayak orang ngaluk."
"Bukannya gitu, Yah. Masalahnya kerjanya kenapa harus di perkebunan? Aku nggak biasa dengan keadaan seperti ini, harusnya kita itu nyari tempat usaha di kota. Biar aku gampang beradaptasi," ujar Sultan.
"Kamu itu gak paham, Sultan. Uang dengan jumlah yang besar di kota itu tidak berharga, lain halnya dengan di kampung seperti ini. Uang yang menurut kita sedikit saja bisa membuat kita memiliki rumah yang mewah dan juga perkebunan yang sangat luas, kita harus menjadikan uang yang sedikit itu menjadi uang yang banyak."
"Terserah Ayah aja, tapi untuk saat ini aku tidak mau di sini lagi. Ini udah malem banget, pengen pulang."
"Alah, alasan aja kamu. Biasanya kalau di kota dulu jam segini kamu belum tidur, boro-boro ada di rumah. Yang ada kamu masih nongkrong sama teman-teman kamu," ujar Salman.
"Beda, Yah. Ini di kampung, sepi. Males lama-lama di luar kalau malam begini."
"Terserah kamu aja, mau pulang ya tinggal pulang. Ayah pulang nanti malam," ujar Salman.
Karena keadaan mereka yang tidak seperti dulu, kini mobil juga hanya ada satu. Padahal, dulu begitu banyak mobil mewah yang dikoleksi oleh Salman. Sultan bisa
"Ayah kejam," ujar Sultan sambil menatap ayahnya dengan tak suka.
Sultan akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam gudang itu, dia menyusuri perkebunan dengan menggunakan senter ponselnya. Sepanjang perjalanan menuju rumah dia terus saja menggerutu, dia merasa kesal karena ayahnya tidak mau pulang bersama dengan dirinya.
"Itu gudang masih kepake apa nggak sih? Kok serem amat, gelap banget lagi."
Saat Sultan akan melewati sebuah gudang yang terlihat terbengkalai, dia merasakan tubuhnya merinding semua. Sultan sampai berkali-kali mengusap tengkuk lehernya yang terasa dingin.
"Ini nih yang aku gak suka, hawa di kampung itu masih sangat serem. Udah sepi, bikin bulu kuduk merinding disko."
Sultan berjalan sambil mengusap kedua lengannya, hingga tak lama kemudian pria itu begitu kaget karena melihat sosok wanita dengan rambut panjangnya, wanita itu terlihat begitu bersedih dengan baju yang digunakannya yang begitu lusuh.
"Si---- siapa kamu? Kenapa malam-malam ada di dekat gudang seperti ini? Kenapa malam-malam begini rambutnya diurai? Terus, kenapa kamu bajunya lusuh banget? Jatuh ke lumpur ya?" tanya Sultan beruntun.
Bukannya menjawab pertanyaan dari Sultan, wanita itu malah menatap Sultan dengan tatapan nyalang. Sultan tentu saja ketakutan, apalagi ketika melihat sorot mata itu yang tiba-tiba saja berubah memerah.
"Kok liatin aku kaya gitu? Aku gak buat salah loh!" ujar Sultan.
"Hihihihi!"
Wanita yang sejak tadi menatap Sultan itu tiba-tiba saja tertawa cekikikan, lalu dia terbang dan mengelilingi tubuh Sultan.
"Se---- setan!" teriak Sultan yang langsung lari tunggang langgang.
Dia begitu ketakutan melihat sosok wanita itu yang terbang mengelilingi dirinya, wanita itu tertawa-tawa sambil menunjukkan giginya yang terlihat kotor dengan darah.
"Tolong! Ada setan!" teriak Sultan.
Sultan terus saja berlari karena ketakutan, pria itu sampai jatuh berkali-kali dan tangannya sampai berdarah karena terkena batu saat jatuh. Napasnya tersengal-sengal, dia begitu ketakutan setengah mati.
"Tolong!" teriak Sultan semakin ketakutan karena tidak melihat cahaya sedikit pun.
Di saat sedang berlari, ada dua orang warga yang menghampiri Sultan. Dia merasa senang karena airnya bisa bertemu dengan manusia, pria itu bahkan tanpa sadar langsung memeluk salah satu pria itu.
"Ya ampun, kenapa pake peluk-peluk segala?" tanya salah satu pria itu.
"Anu, Pak. Saya lihat setan, kayak kuntilanak gitu. Dia ngejar-ngejar saya, saya takut. Tolong saya, Pak."
Sultan mengurai pelukannya, lalu dia menunjuk ke arah gudang yang terbengkalai. Kedua orang itu saling pandang, kemudian salah satu orang yang ada di sana menepuk bahu Sultan.
"Lagian kenapa Aden lewat gudang terbengkalai itu? Di sana memang ada kuntilanaknya, seharusnya Aden lewat jalan lain."
"Mana saya tahu ada jalan lain, saya ini baru dua hari tinggal di sini."
"Iya, iya. Mending sana pulang, daripada nanti dikejar kuntilanak lagi. Bahaya!"
"Iya, saya akan pulang. Tapi tolong anterin," ujar Sultan yang tidak berani untuk pulang sendiri.
"Boleh aja, asal ada upahnya."
Keduanya berpikir kalau pria yang ada di hadapannya merupakan pria yang datang dari kota, tak mungkin kalau tidak memiliki uang. Mereka bisa saja mengantarkan Sultan, yang terpenting ada upah yang bisa mereka dapatkan.
"Gampang, saya akan kasih upah."
"Kalau begitu langsung kita antarkan sampai ke tempat tujuan!"
Kedua orang itu akhirnya mengatakan Sultan menuju rumahnya, saat tiba di rumah, dia menyempatkan diri untuk masuk ke dalam kamar ibunya. Di sana ada wanita berusia empat puluh lima tahun yang sedang terbaring dengan matanya yang tertutup.
Wanita itu bernama Sinta, Ibu dari Sultan. Saat tahu perusahaan suaminya bangkrut, Sinta langsung stroke. Dia tak bisa berjalan, dia bahkan kesulitan untuk berbicara.
Perusahaan yang dia bangun susah payah dengan suaminya itu harus bangkrut, beruntung dia masih memiliki banyak perhiasan kala itu, dia meminta suaminya untuk menjual semua perhiasannya dan mengajak suaminya itu untuk hidup di tempat yang baru.
Dia tidak peduli kalau harus hidup di pedesaan yang jauh dari kota, yang terpenting dia tidak merasa malu kalau bertemu dengan teman-temannya. Dia ingin menyendiri, dia tak mau lagi bertemu dengan orang-orang yang dulu dia kenal karena sungguh sangat malu atas kebangkrutannya.
"Maafkan Sultan, Bun. Sultan belum bisa beradaptasi dengan lingkungan di sini, tapi Sultan janji, akan berusaha bekerja dengan baik di perkebunan. Agar Bunda tidak sedih lagi dengan keadaan kita yang sekarang," ujar Sultan.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..