NovelToon NovelToon
Alea Dan Mafia Dingin

Alea Dan Mafia Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Persaingan Mafia / Trauma masa lalu
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.

Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.

Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?

Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?

Langsung baca aja kak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 hampir saja

"Lea …!" teriakan seorang wanita paruh baya yang bernama Mira.Teriakan itu terasa bergema di seluruh ruangan. Seorang gadis muda yang sedang meringkuk di bawah selimut terlonjak kaget, mendengar suara cempreng Mira.

Ini bukan pertama kalinya Mira berteriak setiap apa yang ia harapkan tidak sesuai dengan keinginannya. Wanita itu pasti akan melampiaskan pada anak angkatnya itu.

Di dalam kamar seorang gadis sedang berusaha bangkit dari tempat tidurnya, ia merasa sangat pusing, tubuhnya bahkan gemetar, wajahnya terlihat pucat pasi.

Ya ia Alea Permata Samudra. Anak yang di angkat oleh keluarga Hendrawan, saat Lea berumur lima tahun. Setelah kedua orang tua Lea mengalami kecelakaan tragis yang berujung kehilangan nyawanya.

Namun, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya papanya Lea terpaksa menitipkan Lea kecil, pada pengacara keluarganya yaitu Rizal Hermawan. Karena kedua orang tua Lea sama-sama anak tunggal.

Setelah merasa sedikit nyaman, Lea mencoba melangkah perlahan dan hati-hati menuju ruang makan.

Begitu Lea sampai tatapan tajam Mira langsung tertuju pada Lea.

"Ada apa, Tan?" tanya Lea dengan suara pelan nyaris berbisik, ia begitu tak bertenaga saat ini.

"Kamu masih nanya? Ini udah jam berapa? Kenapa sarapan belum ada, dasar pemalas." Bentak Mira.

"Maaf Tante, Lea lagi kurang sehat, kepala Lea pusing, badan Lea panas dan lemas bangat, Tan," jelas Lea jujur dengan kondisi tubuhnya saat ini.

"Halah ... alasan kamu aja, kan? Dasar tak tahu diri." Tuduh Mira tak berperasaan, padahal ia jelas melihat wajah pucat Lea. Namun ia tak peduli seolah menutup telinga dan matanya.

"Le ... Lea benar-benar lagi kurang enak badan, Tan." Jawab Lea mencoba membela dirinya dengan suara bergetar karena menahan rasa pusing di kepalanya di tambah lagi demam yang menyerangnya bersamaan.

"Ingat Lea, kamu cuman numpang di rumah ini, jadi kamu harus tahu diri jadi anak." Tekan Mira sembari mendorong tubuh Lea hingga tersungkur ke lantai.

"Aaw ...!" rintih Lea sambil memegang sikunya yang lecet karena benturan kuat dengan lantai.

"Maaf Nyonya, biar Bibi saja yang menyiapkan sarapan, kasian Non Lea, lagi sakit." Ucap sang Bibi, yang merupakan asisten rumah tangga.

"Bibi, jangan coba-coba membantu anak tak guna ini! Apa bibi mau saya pecat!" ancam Mira.

"Tapi, Nya ... Non Lea lagi sakit, suhunya sangat panas Nya." Lanjut sang Bibi yang tidak tega melihat kondisi Lea.

"Saya tak peduli, dan itu juga bukan urusan saya, kalau dia tidak membuat sarapan jangan harap dia bisa makan hari ini." Tegas Mira sembari menatap tajam Lea yang masih terduduk di lantai.

Lea yang mendengar kata-kata pedas dari Mira hanya diam, ia sudah terbiasa mendengarnya, bahkan hatinya seolah sudah mati rasa, ia tidak lagi memperdulikan kata-kata pedas itu. Bagi Lea tidak di usir saja sudah syukur.

Jujur saja ia belum siap jika harus tinggal di luar sana sendirian, ia sudah tak punya siapa-siapa di dunia ini. Meskipun tinggal di rumah ini, ia harus memikul beban berat setiap harinya, setidaknya ia aman dari kerasnya dunia luar.

"Sudah Bi, Bibi kerjakan saja tugas Bibi Lea masih kuat kok." Ujar Lea lirih.

"Tapi, Non ...."

Lea menggeleng pelan. "Lea bisa, Bi!" sambil memasang senyum paksa nya.

Mira masih berdiri tegak dengan menumpang ke-dua tangannya di pinggang.

"Sudah dramanya." Ucap Mira jengah melihat keduanya. Lea bangkit berusaha bisa berdiri tegak di hadapan Mira. Lalu tersenyum ke arah bibi, yang menatapnya iba. Lea mengangguk pelan seolah memberi kode kepada sang Bibi untuk segera pergi. Mengerti kode dari Lea sang Bibi pergi dengan enggan.

"Cepat! Sana masak! Jangan banyak drama." Desis Mira tajam.

"Awas ... kalau saya kembali belum ada sarapan di atas meja!" lanjut Mira dengan nada ancaman lalu melangkah pergi begitu saja meninggalkan Lea dengan segala bebannya.

"Hm ... kamu bisa Lea." Sugesti Lea pada dirinya sendiri.

Lalu melangkah gontai ke arah dapur, Lea mulai berkutat di dapur untuk membuat sarapan, meskipun dengan tangan sedikit gemetar dan hampir menjatuhkan peralatan tempurnya. Ia tak menyerah, tetap melanjutkan tugasnya.

Tiga puluh menit Kemudian, Lea telah selesai memasak lalu menyusunnya di atas meja, sesudah merasa semua beres, Lea langsung meninggalkan dapur menuju ke kamarnya lagi. Ia betul-betul sudah sangat membutuhkan kasurnya saat ini.

Di dalam kamar Lea langsung mencari obat penurun panas dan juga obat sakit kepala, yang memang ia stok untuk jaga-jaga.

Lea mengambil dua butir obat itu dengan tangan gemetar keringat dingin membasahi tubuhnya.

Setelah meminum obat, Lea merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan selimut tebal membungkus tubuh gemetarnya. Lea berharap bisa terlelap dan bangun dengan badan lebih baik.

Namun, harapan Lea tak jadi kenyataan, baru saja Lea memejamkan mata.

Brak!

Terdengar suara pintu terbanting dengan kasar, membuat Lea kembali tersentak kaget di tengah sisa-sisa kesadarannya.

Di depan pintu berdiri seorang wanita muda kira-kira 3 tahun lebih tua dari Lea. Ya, ia adalah Mia, anak kandung dari Rizal dan Mira.

Dengan wajah merah padam di tangannya memegang sebuah gaun berwarna biru langit.

Lea yang melihat ekspresi wajah wanita itu sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kau apakan baju gue, hah!?" teriak Mia lantang sembari melempar baju di tangannya ke atas muka Lea yang sedang duduk di atas kasur masih membungkus badannya yang gemetar.

"Maaf, Kak Mia, Lea tak sengaja membuat baju kakak rusak." Akui Lea, yang memang ia tak sengaja membuat baju itu rusak saat ia mencucinya.

"Hah ... kau pikir dengan permintaan maafmu itu bisa buat baju gue kembali seperti semula!" lanjut Mia sambil menoyor kepala Lea.

Lea hanya menunduk, ia tak punya alasan untuk membela diri, bahkan jika adapun akan percuma saja.

"Gue enggak mau tahu, lo harus ganti baju gue!" tegas Mia masih dengan nada tinggi.

"Tapi ... Kak, Lea ...."

"Gak punya uang," sambar Mia menyela ucapan Lea. Lea Hannya mengangguk pelan.

"Makanya dah tahu miskin, jangan ceroboh."

"Ia Kak, maafkan Lea." Mohon Lea lirih.

"Enak aja, pokoknya lo harus ganti baju gue, secepat- nya." Lalu bergegas pergi.

Tapi sebelum ia mencapai pintu Mia berbalik dengan senyum liciknya.

"Oh, gue hampir lupa, cepat Lo beresin kamar gue sekarang juga!" perintah Mia lalu langsung pergi tanpa persetujuan Lea.

"Hm ...!! dasar nenek lampir, awas aja kalian." Batin Lea.

karena sebenarnya Lea bukanlah gadis lemah dan penurut yang selama ini ia tunjukkan, ia hanya menghormati dan juga menyadari posisinya yang hanya anak pungut di keluarga Hermawan.

Dengan enggan ia bangkit, dan bergegas ke kamar Mia yang berada di lantai dua. Dengan susah payah Lea sampai di kamar Mia, langsung mengerjakan tugasnya.

Lima belas menit kemudian, Lea sudah selesai merapikan kamar Mia. Namun, saat hendak menuruni tangga kepada Lea terasa berputar, matanya kabur, badannya lemas tak bertulang lalu ....

Hupp!!

Seorang pemuda dengan sigap menangkap tubuh lunglai Lea, sebelum sempat menyentuh lantai.

Dan seorang gadis lainya, yang melihat adegan itu langsung menghampiri mereka dengan langkah terburu-buru.

Bersambung....

1
Syhr Syhr
Di kamar Om/Grin/
Syhr Syhr
Ouh ouh/Hey/
Opi Sofiyanti
pst istri nya pa pengacara... siapa sih nma nya lp lg....
Rita
sopo iki?
Rita
sabar ya Lan
anggrek hitam
secantik apa sih Lea ini!
mami syila
lanjut Thor kenapa di gantung sih/CoolGuy/
Elsa
jadi greget siapa sih?
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Ditunggu next updatenya kak. Jangan lupa mampir diceritaku juga, ya
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Ini typo ya, Kak😉😉
azela
siapa ya?/Shy/
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
itu bukan Lea, Om. Dikasih koma ya, Kak, sebelum kata Om. Terus abis dialog tag itu huruf T nya huruf kecil yaa. 😉😉Semangat kak. Ceritanya bagus banget.🔥🔥🔥
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Halo, kak. Buat penggunaan kata ganti nya lebih baik konsisten di salah satu dari "kau" atau "kamu", ya😉
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Halo, Kak. Salam kenal, yaa. Aku mampir nih. Xixi
Mengare
katak 'kan' kalau di akhir kalimat harus memakai koma. contoh: "kamu belum makan, kan?"
Mengare
kalau dialog disusul kata lanjutan tidak perlu titik, tapi gunakan koma.

contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.

dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
Mengare
kalau ada kata keterangan setelah kata pokok gak usah dikasih tanda koma.

contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒
riniasyifa: terima kasih banyak kak, akan segera di revisi/Applaud/
total 1 replies
Mengare
kalimatnya agak membingungkan. seharusnya, "di makar itu, seorang gadis ...
riniasyifa: wah dapat ilmu lagi terima kasih kak. akan segera di revisi ulang
total 1 replies
Bu Kus
itu apa kuburan orang tua Lea ya ko jadi penasaran lanjut makasih
anggrek hitam
wah Lea, dah mulai perhatian sama ken/Applaud/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!