Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.
Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.
Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.
Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.
Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.
Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.
📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.
Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Tekad dan kecurigaan
Leo terus menarik tangan Keira menuju tengah-tengah lobby kantor.
“Leo! Lo ngapain?! Lo mau bawa gue kemana?!” Kayla berusaha melepaskan diri. Wajahnya menegang, tubuhnya kaku menahan tarikan kuat itu.
“Aku ingin membuktikan kepadamu kalau aku tidak terlibat dalam masalah ini.” Ucap Leo mantap, langkahnya sama sekali tidak goyah.
“Lo mau buktiin dengan cara apa?!” Kayla mendelik, suaranya ketus.
Leo tiba-tiba berhenti mendadak. Tubuh Kayla menabrak dada bidangnya hingga kepalanya berdenyut sakit.
“Dengan cara yang tidak pernah kamu sangka.” Jawab Leo pelan, tapi penuh tekanan.
Tanpa menunggu reaksi, ia menghamburkan foto-foto ke lantai. Lembar demi lembar berjatuhan, beterbangan, hingga berserakan di hadapan para karyawan yang mulai berkerumun.
“KALIAN SEMUA BERKUMPUL DAN DENGAR SAYA!!” teriak Leo lantang. Suaranya menggema, membuat seisi lobby terdiam.
Karyawan segera mendekat, membentuk lingkaran besar. Bisikan-bisikan ramai terdengar, bercampur antara rasa penasaran dan ketakutan.
Di barisan depan, Vina berdiri dengan wajah bersemangat. Matanya berkilat, bibirnya melengkung puas. Tangannya bahkan sedikit bergetar menahan rasa girang.
“Ini saatnya… Pak Leo pasti marah besar. Keira bakal hancur di depan semua orang.”
Senyumnya melebar, tatapannya menempel pada Keira yang masih digenggam erat oleh Leo.
“Kalian lihat foto-foto sampah itu?!” suara Leo bergema, tajam, menusuk setiap telinga. Tatapannya menyapu satu per satu wajah yang menunduk.
“Saya rasa… kalian semua sudah tahu, bahkan jauh sebelum saya sendiri melihatnya.”
Bisikan yang tadinya ramai mendadak padam. Semua karyawan menunduk, tak satu pun berani angkat suara.
Leo merangkul bahu Keira, menarik tubuh istrinya begitu dekat hingga jarak di antara mereka hampir lenyap. Suaranya menurun, tapi cukup keras untuk terdengar semua orang.
“Asal kalian tahu… rumah tangga saya dengan Keira baik-baik saja. Foto-foto sialan ini tidak akan merusak keharmonisan, apalagi perasaan sayang saya kepadanya.”
Mata Keira melebar. Tubuhnya kaku, jantungnya berdetak kacau. "Apa-apaan ini,Leo benar- benar membela gue?"batin kayla.
Leo menghela napas panjang, menatap tajam ke arah kerumunan.
“Saya sangat mencintai istri saya, begitu pun dia pada saya. Dan foto-foto ini? Sama sekali tidak menjamin keaslian. Di zaman secanggih ini, mengedit foto itu hal paling gampang, bukan?”
Kayla—yang di mata semua orang adalah Keira—mengerutkan kening. "Kenapa dia malah belain gue? Bukannya nyiksa atau bikin gue malu?" batinnya penuh curiga.
Leo lalu menoleh ke kerumunan… dan tepat di ujung, ia menangkap sosok Revan yang baru tiba. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik. Senyum licik muncul di bibir Leo, sengaja ia tunjukkan. Revan terpaku, wajahnya menegang.
Leo menoleh ke arahnya, melepas rangkulannya. Tapi alih-alih menjauh, ia berdiri sejajar dengannya, menatap lekat dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Kayla menelan ludah, dadanya sesak. Sorot mata pria itu bikin napasnya tak teratur. Dan sebelum ia sempat mundur—
Tanpa aba-aba, bibir Leo langsung menempel di bibir Kayla.
Sekali. Dua kali. Tiga kali.
Ciuman itu sengaja lama, penuh penekanan, seolah ingin ditunjukkan ke seluruh dunia.
Tubuh Kayla menegang. Matanya membelalak, napasnya tercekat. Tangannya sempat ingin menolak, tapi urung—karena semua tatapan tertuju padanya.
“ASTAGA!” pekik seorang karyawan wanita.
“Oh my God, betapa romantisnya Pak Leo…” bisik karyawan lain dengan pipi memerah.
Suasana lobby pecah. Ada yang menjerit kecil, ada yang berdecak kagum, sebagian bahkan bertepuk tangan.
“Perfect banget suaminya Keira…” lirih seseorang dari belakang.
Vina refleks menutup mulutnya. Matanya membulat, wajahnya pucat. “Nggak mungkin… ini nggak sesuai rencana! Kenapa malah jadi gini?!”
Leo perlahan melepas ciuman. Senyum tipis tersungging di wajahnya—terlihat hangat di mata orang lain, tapi bagi Revan terasa begitu menyakitkan melihat Keira berciuman dengan Leo. Revan berbalik dan segera pergi dari kerumunan itu dengan dada yang seolah di tusuk ribuan jarum, tak berdarah namun begitu sakit, bahkan lebih sakit dari patah tulang yang ia rasakan.
“Rumah tangga saya…” suara Leo kembali lantang, “Tidak akan pernah hancur hanya karena foto-foto murahan ini. Bukti paling nyata barusan sudah kalian lihat sendiri.”
Kerumunan kembali ricuh. Ada yang bersorak, ada yang kagum, ada pula yang diam bingung.
Leo mengepalkan tangannya, sorot matanya tajam.
“Dan saya tegaskan sekali lagi… siapapun yang coba-coba menghancukan rumah tangga saya , saya pastikan saya akan menangkapnya dan membuat hidupnya hancur berantakan dengan cara yang tak pernah dia duga. "
Ucapan itu menghantam dada Vina. Lututnya melemas, tubuhnya bergidik. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. “Sialan! Kenapa malah gue yang sekarang terancam?!”
Tanpa pikir panjang, Vina menyelinap keluar dari kerumunan. Senyum puasnya sudah lenyap, berganti ketakutan yang menghantui setiap langkahnya.
Dan di tengah semua sorakan kagum, hanya Kayla yang terpaku. Bibirnya bergetar, dadanya naik turun tak beraturan.
.
.
.
Bersambung.
Keira lebih baik jujur saja. tapi aku tau maksud dari diam mu.