Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaki Ananta
Anna terdiam sambil memaki Ananta di dalam hati. Apa yang sudah dilakukan gadis kaya itu pada Raksa hingga berani bersikap seperti ini padanya. Sialan! Dia sudah merusak hidupku.
Bayangan tentang Rendra masih terus mengganggu pikirannya, dans ekarang, entah apa yang sudah dilakukan Ananta sehingga membuat Raksa kembali bersikap seperti ini padanya. Sialan!
“Aku salah.”
Anna kembali melanjutkan makan malamnya, tanpa mempedulikan laki-laki yang sudah terlihat putus asa di sampingnya.
Ibu dan Ayah hanya bisa terdiam. Sepasang suami istri itu pun, merasa bingung dengan sikap putri mereka yang tiba-tiba sudah kembali dingin tak tersentuh seperti dulu.
“Ann...”
“Aku sudah selesai makan, Bu. Aku lelah, ingin beristirahat.”
Anna beranjak dari kursi makan, lalu melangkah pergi meninggalkan ruang makan. Ia bahkan tidak menoleh ke arah laki-laki yang hendak mengajaknya bicara.
Benar, ia tidak akan membiarkan Raksa menaruh harapan yang tidak pasti padanya. Hubungan mereka tidak akan pernah berhasil. Dan ia tidak akan membuang waktu sia-sia untuk laki-laki yang memang sulit diraih olehnya.
Ibu dan Ayah mengangguk. Benar, makanan di dalam piring putrinya sudah habis, padahal ia dan suaminya serta Raksa sama sekali belum memulai makan malam. Beginilah makan malam yang sudah beberapa tahun ini mereka nikmati.
“Nak Raksa, ayo makan. Ini ibu buatkan ikan kesukaan kamu.”
Ibu menyendok makanan ke atas piring Raksa, dan meminta laki-laki yang ia tahu begitu mencintai putrinya itu, untuk memulai makan malam. Hal seperti ini sudah mereka jalani selama bertahun-tahun. Dan selama ini, Raksa pun tidak pernah merasa keberatan dengan sikap Anna.
“Besok Ayah akan bicara dengan jelas pada nya. Kamu makan dulu.”
Raksa mengangguk. Ia berusaha untuk memahami situasi yang tiba-tiba berubah ini. Meskipun rasanya sedikit tidak nyaman, ia memilih untuk tetap meyakinkan hatinya, jika sikap Anna yang tiba-tiba berubah malam ini, mungkin karena gadis itu memang benar-benar lelah.
Makan malam tidak sehangat malam kemarin, namun, masih bisa dilalui dengan penuh rasa syukur. Begitulah yang dirasakan Raksa. Meskipun gadis yang membuatnya bia menikmati makan malam di sini, tiba-tiba kembali bersikap dingin terhadap dirinya, tapi Ibu dan Ayah masih begitu menghargai keberadaannya.
“Papa sudah menyetujui. Beliau mendukung penuh semua rencana ku, Bu. Aku harap Ayah dan Ibu juga melakukan hal yang sama. Tolong bantu aku, Bu. Yakinkan Anna. Aku benar-benar mencintainya, dan akan mengusahakan apa pun agar kami bisa tetap bersama hingga nanti.”
Ibu mengulurkan tangannya, lalu menepuk pelan punggung tangan Raksa. Seakan berusaha meyakinkan laki-laki itu agar tidak menyerah dengan sikap putrinya.
“Ibu ikut senang. Semoga, mama kamu juga bisa menerima Anna,” ucap wanita paruh baya itu.
“Papa sudah berjanji padaku, perihal Mama, beliau yang akan mengurusnya. Aku hanya perlu meyakinkan Anna, agar bisa kembali membuka hatinya seperti dulu.”
Binar bahagia kembali terlihat di mata Raksa. Padahal, tadi saat Anna bersikap begitu dingin, terlihat jelas, bahwa dirinya sempat merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Anna yang begitu tiba-tiba. Padahal, beberapa hari ini ia sudah berharap hubungan mereka semakin dekat dengan pernikahan.
Setelah selesai menikmati makan malam, Raksa berpamitan pada kedua orang tua Anna. Ingin sekali ia mengetuk pintu kamar gadis itu untuk berpamitan, namun, ia kembali mengurung-kan niatnya. Mungkin saat ini, gadis itu memang benar-benar lelah, jadi ia memilih untuk tidak mengganggu nya.
Raksa membiarkan Anna beristirahat. Ia masih punya banyak waktu untuk berbicara dengan gadis itu. Ia takut, jika tetap memaksa Anna untuk bercerita malam ini, malah akan membuat gadis itu semakin lelah dan berakibat fatal pada hubungan mereka yang sudah mulai membaik beberapa hari ini.
Mobil milik Raksa mulai melaju di jalanan, meninggalkan rumah sederhana yang selalu menjadi rumah favorit nya sejak dulu. Tidak masalah, ia tidak akan berhenti memperjuangkan cintanya untuk Anna. Sikap dingin Anna hari ini, sudah bertahun-tahun ia rasakan. Dan semua itu, tidak akan pernah merubah cintanya untuk Anna.
##
Setelah kepergian Raksa, Anna masih berdiri di depan jendela kamar tidurnya. Ia bisa melihat laki-laki yang baru saja berlalu itu, dari balik kaca jendala kamar tidurnya.
Dengan membuat jarak, akan membuat Raksa berhenti berharap. Pernikahan tidak hanya butuh perasaan yang menggebu. Saling menghormati dan menghargai keluarga, juga diperlukan. Namun, sepertinya keluarga Raksa tidak akan bisa memberi itu.
“Maafkan aku..”
Anna berbalik, meraih ponsel miliknya dari atas meja untuk menghubungi Ananta. Gadis itu benar-benar keterlaluan.
“Aku sudah bilang padamu untuk mengabaikan Raksa,” kalimat dingin itu membuat gadis di ujung ponselnya menarik nafas berat.
“Dia sangat mencintai mu, Ann..”
Suara pelan terdengar, membuat Anna tidak bisa menahan diri untuk memaki gadis bodoh itu.
“Hidup ku tidak sebaik hidup mu, gadis kaya. Aku punya orang tua, dan aku harus melindungi harga diri mereka dari keluarga Raksa. Aku kan sudah bilang, abaikan laki-laki itu. Kamu mengacaukan hidupku, Ananta. Aku berusaha membalas semua perlakuan suami mu dan gundik itu, tapi kamu mengacaukan kehidupan ku.”
Anna segera mengakhiri panggilan itu, sebelum gadis bodoh yang hanya terus menggunakan perasaannya itu, kembali menyela.
Dengan perasaan yang masih campur aduk, Anna memilih duduk di atas ranjang kecil miliknya. Seharusnya ia memikirkan hal ini sebelum menyetujui permintaan Ananta lima hari yang lalu.
Sikap mereka berdua sangat bertolak belakang. Ananta terlalu baik. Gadis itu terlalu lemah lembut menghadapi dunia yang kadang terasa tidak adil ini. Sedangkan Anna, perasaannya pun akan kalah dengan cara berpikirnya yang terlalu logis.
Cinta adalah derita yang kita buat sendiri. Begitulah ia melihat kehidupan yang dihadapi ibunya dulu. Jika saja, sejak awal sang ibu lebih memilih orang yang mencintai, dari pada orang yang dicintai, mungkin kehidupan beliau akan berbeda.
Walau begitu, ia tetap mensyukuri setiap hal yang pernah ia lewati bersama sang ibu. Jika saja tidak ada kejadian itu, mungkin saat ini ia tidak bisa menghindari perasaannya dulu terhadap Raksa.