Evan mulai mendekati Kiran yang sudah menangis karena merasa ketakutan.
"Kak Evan mau ngapain, jangan macam-macam, hiks hiks"ucap Kiran
"Hah, ini balasan karena lo udah berani nampar gue"ucap Evan yang sudah berada tepat didepan Kiran
Evan langsung manaikan rok sekolah yang dipakai Kiran dan menyentuh paha Kiran, Kiran yang mendapat perlakuan seperti itu merasa kaget dan tambah takut.
"Jangan takut sayang, kita akan bermain sekarang"ucap Evan dengan berseringai
"Jangan Kak, aku mohon, hiks hiks hiks"Kiran masih terus menangis tak berdaya
"Tenang saja, gue rasa, gue gak bakal ngelakuinnya sekarang, untuk sekarang kita pemanasan saja dulu"Evan langsung menjambak rambut Kiran dan mencium paksa bibir Kiran, kiran hanya bisa menangis meratapi nasibnya.
"Bagaimana lo suka?"tanya Evan yang sudah melepaskan ciumannya, dan langsung membenturkan kepala Kiran ke lantai
"Awwww"Kiran meringis kesakitan
"Sekarang gue bakal kasih tawaran buat lo, gue gak bakal ganggu adik lo lagi, asalkan lo harus nurut sama gue, lo harus lakuin apapun yang gue minta, atau adik lo bakal terus gue ganggu"
"Gimana, lo mau pilih yang mana?"Kiran tak kunjung menjawab, Evan merasa kesal
"JAWABBB"teriak Evan
"Oke, aku ba..kal ngelakuin apapun yang kakak minta, asal jangan ganggu Deron"ucap Kiran gugup dan takut
"Bagus"ucap Evan sambil menepuk pelan pipi Kiran
"Mana hp lo?"tanya Evan
"Buat apa?"
"Jangan bikin gue marah"Kiran pun langsung memberikan hp miliknya kepada Evan, Evan langsung memasukkan nomor Kiran ke hp nya.
"Sekarang lo boleh pergi, inget lo harus nurutin apapun kemaun gue, inget itu baik-baik"Evan langsung membuka pintu gudang yang dia kunci dan membiarkan Kiran pergi.
Sebelum Kiran kembali ke kelasnya, dia terlebih dahulu pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Dilihatnya didalam kelas Kiran tidak ada guru yang sedang mengajar, Kiran pun langsung masuk.
"Lo abis dari mana aja sih, kok ke toilet lama banget?"tanya Dila
"Nggak, tadi gue ada urusan bentar kok"ucap Kiran berusaha tetap tenang
"Lo abis nangis yah?"ucap Dila sambil memperhatikan wajah Kiran
"Apaan sih, siapa juga yang habis nangis"
"Ngomong-ngomong tadi ada guru gak?"tanya Kiran
"Nggak ada, semua guru lagi rapat katanya"
"Ohhh"Kiran hanya ber "oh"
"Lo beneran gak papa?"tanya Dila berusaha untuk memastikan kembali
"Iya gak papa kok"
"Beneran?"Dila masih belum yakin
"Beneran dilaaaa"
Semua pelajaran disekolah telah selesai, waktunya para siswa dan siswi untuk pulang.
"Bentar Za, gue mau nelpon kakak gue dulu"ucap Deron
Drtttt drtttt drttt
"Deron"ucap Kiran, diapun langsung mengangkat telpon dari Deron
"Hallo dek, ada apa?"tanya Kiran
"Gini kak, aku ada mau ngerjain tugas di rumahnya Riza..."
"Iya terus?"
"Kakak pulang sendiri gak papa kan?"
"Ohhh, kakak kira ada apa, iya gak papa"ucap Kiran
"Okeh kak, aku tutup telponnya yah"
"Iya"
Kiran pun akhirnya pulang sendiri, dilihatnya suasana sekolah yang sudah mulai sepi, Kiran berjalan menuju gerbang sekolah sendirian.
"Hello, kita ketemu lagi"ucap Evan yang tiba-tiba muncul, Kiran hanya diam
"Dimana adik lo yang songong itu?"
"Nggak ada"ucap Kiran
"Bagus kalau gitu..."
"Gue denger di rumah lo lagi gak ada siapa-siapa yah, gimana kalau kita berdua main dirumah lo"
"Mau ngapain?"tanya Kiran yang sudah mulai takut
"Lo ingetkan yang tadi gue bilang di gudang"
"Iya"
"Lo gak usah ngebantah gue"akhirnya Kiran pun pasrah dan membawa Evan menuju rumahnya, saat sampai dirumah mereka berdua langsung masuk kedalam rumah.
"Aku...aku mau kekamar dulu"ucap Kiran
"Gue ikut"ucapnya Evan, Kiran tak mengatakan apapun, dia langsung berjalan menuju kamarnya diikuti oleh Evan, saat sudah berada didalam kamar Evan langsung mengunci pintu kamarnya Kiran.
"Kenapa dikunci?"tanya Kiran
"Menurut lo"
"Kita akan bersenang-senang sayang"ucap Evan lalu diapun langsung mendorong tubuh Kiran keatas kasur dan Evan langsung menindih tubuh Kiran.
"Kakak mau ngapain, lepasin"ucap Kiran yang sudah sangat takut
"Tidak semudah itu, ini balasan karena lo udah berani nampar gue disekolah"ucap Evan
Evan menahan kedua tangan Kiran dan langsung mencium bibir Kiran dengan kasar, Kiran terus berusaha memberontak tapi tenaga Evan lebih kuat darinya, Kiran mulai merasa lelah dan pasrah, dia hanya bisa menangis.
Perlahan Evan membuka pakaiannya, setelah itu dia langsung membuka seluruh pakaian Kiran dengan paksa, Kiran berusaha menutupi bagian dadanya, tapi Evan langsung menyingkirkan tangan Kiran.
"Kak aku mohon jangan lakukan ini, aku mohon, aku akan ngelakuin apa aja asal jangan ini, hiks hiks hiks"ucap Kiran yang masih terus menangis, Evan tidak mendengarkan Kiran dia terus saja sibuk dengan kegiatannya.
"Kita langsung ke intinya saja"ucap Evan dengan nafas terengah-engah, dan tanpa merasa bersalah, dia langsung memasukannya dengan sedikit paksaan, Kiran benar-benar merasa kesakitan.
"Awwww, sakit kak, hiks hiks, jangan hiks hiks hiks"ucap Kiran tapi tetap saja Evan tidak memperdulikannya, setelah Evan merasa puas, diapun langsung menghentikannya dan langsung masuk kedalam kamar mandi yang ada didalam kamarnya Kiran, sedangkan Kiran, pikirannya benar-benar kacau, dia merasa sangat malu dengan dirinya sendiri, Kiran terus saja menangis tanpa henti, tak lama kemudian Evan keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan pakaiannya, dia menghampiri Kiran yang masih berbaring dengan tubuh yang ditutupi selimut.
"Bagaimana menyenangkan bukan?"tanya Evan sambil tersenyum licik
"Baiklah, sepertinya lo butuh istirahat, sebaiknya gue pulang"ucap Evan diapun langsung pergi meninggalkan Kiran sendirian, saat Evan sudah tidak ada dikamarnya Kiran langsung berteriak dan menangis sejadi-jadinya.
"Aaaahhhkkkkkkk, hiks hiks hiks, kenapa ini semua terjadi sama aku, hiks hiks hiks"Kiran terus menangis tanpa henti.
Kini Kiran sudah membersihkan dirinya, tapi pikirannya masih tetap kacau, dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Bagaimana kalau aku hamil"gumam Kiran sambil berusaha menahan air matanya.
Keesokan harinya Kiran tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa, yaitu pergi ke sekolah, akan tetapi dia terlihat sangat murung.
"Kak"panggilnya Deron
"Kak Kiran?"panggilnya lagi Deron karena Kiran tak kunjung menjawab
"Hmm, eh iya dek, ada apa?"tanya Kiran
"kakak kenapa sih, kok gak kayak biasanya"
"Nggak papa kok, itu cuma perasaan kamu doang kali"ucap Kiran berusaha untuk tetap tersenyum
"Kakak yakin gak papa?"
"Iya gak papa kok, kakak duluan masuk kelas yah"ucap Kiran
"Lo beneran udah ngelakuin hal itu sama Kiran?"tanya Riki
"Iya"ucap Evan santai
"Gila lo yah"ucap Riki
"Tapi kalau dipikir-pikir, gue kok kasihan yah sama dia"ucap Evan tiba-tiba
"Hah?"ucapnya Doni dan Riki secara bersamaan
"Lo tau kan, gue biasanya ngelakuin hal itu sama cewek yang udah gak perawan lagi, tapi Kiran..."ucapnya
"Nah kan nyesel lo, udah mendingan lo nikahin aja dia"ucap Riki
"Setuju gue"ucap Doni
"Gila lo yah, main nikah nikah aja"
"Apa maksud dari pembicaraan kakak tadi"ucap Liana yang tiba-tiba, sebenarnya Liana sudah mendengarkan semua yang kakaknya katakan, dia tidak menyangka kalau kakaknya melakukan hal seperti itu, dia kira Evan hanya sekedar nakal saja dan tidak melebihi batas wajar tapi nyatanya tidak.
"Dek, kok kamu ada disini?"tanya Evan yang merasa kaget, Doni dan Riki memang sudah mengetahui dari awal kalau Liana adalah adik Evan.
Terimakasih ya, yang udah mau mampir ke karya aku😊 semoga kalian suka sama ceritanya 🌹😊Jangan lupa like and vote nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gak takut KARMA kamu Van, Ingat kamu punya adik cewek, Gimana nanti kalo adek mu di gituin oleh cowok lain,,,??😡😡😡🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-08-16
1
Qaisaa Nazarudin
Udah kayak cerita Novel mimin Sinta,PACAR ADOPSI, Caramel dan Milo ,,Milo jadiin Cara jadi babunya di sekolah, yg hujung2 nya jadi Bucin sama Caramel ..
2023-08-16
0
Qaisaa Nazarudin
Kenapa peran ceweknya lemah thor??!!😔😔
2023-08-16
0