Pagi-pagi sekali, seperti biasa Nyak Tatik menyapu halaman. Sedangkan Nyak Komariah ikut menyapu halaman rumahnya. Sebagai mantan Istri pertama dan istri kedua yang tidak pernah akur, mereka terlihat tidak saling menyapa satu dengan yang lain nya.
Rozi yang hendak berangkat kerja berpamitan dengan Nyak Tatik. Setelah mencium tangan Nyak Tatik, Rozi pun bersiap-siap untuk mengeluarkan motornya.
Sri, Cempaka dan Butet terlihat baru keluar dari paviliun mereka. Mereka juga berpamitan dengan Nyak Tatik sebagai pengganti orangtua mereka.
Cempaka yang bertemu pandang dengan Rozi, hanya bisa menundukkan wajahnya. Sedangkan Butet memperhatikan sikap Rozi dan Cempaka.
Batra dan Anca juga berpamitan dengan Nyak Tatik. Terlihat Anca, Anak Nyak Tatik yang paling bungsu mengedipkan matanya kepada para gadis penghuni kost-kost-an Nyak Tatik.
"Kenceng aja belom lurus, sok maen mata pulak anak itu." (Red- pipis saja belum lurus, sok main mata pula anak itu.) Bisik Butet kepada Sri. Sri hanya tertawa menanggapi ucapan Butet.
Batra juga tampak menatap Butet yang pura-pura tidak melihatnya. Butet, Sri dan Cempaka pun berjalan menuju depan komplek.
Saat mereka berjalan keluar komplek, Rozi yang hendak berangkat kerja mendahului mereka dan menyapa mereka tanpa menatap Cempaka.
"Mari Dek.." Ucap Rozi sambil memacukan sepeda motornya.
Begitupun Batra yang mendahului mereka dengan sepeda motornya.
Anak-anak kost Nyak Komariah pun juga bergegas berangkat ke kampus. Bambang dan Agus yang mendahului mereka pun menyapa. Kecuali Halomoan yang tampak acuh kepada Butet. Halomoan hanya menyapa Sri dan Cempaka.
Sikap tidak biasa Halomoan pun mengundang tanya dari Sri dan Cempaka.
"Tet, kok tumben si Halomoan sok cool gitu?" Tanya Cempaka.
"Biarlah, bagos kan?" Ucap Butet.
"Mungkin ada kata-katamu yang membuat Mas Halomoan marah Tet." Ucap Sri.
"Bagos lah dia marah." Ucap Butet acuh.
"Lagi pulak gadak urusan sama aku dia mau marah atau kek mana." Ucap Butet sambil menghentikan angkot yang akan membawa mereka ke kampus.
Hari ini adalah hari ujian semester bagi mereka bertiga. Tidak terasa sudah 6 bulan mereka di Jakarta. Tentu saja ujian semester ini sangat di tunggu-tunggu oleh ketiga gadis penghuni kost Putri Nyak Tatik. Karena setelah ujian, berarti hari libur akan segera mereka nikmati.
Butet berencana akan pulang naik pesawat ke Medan dan melanjutkan perjalanannya menuju Toba. Sedangkan Cempaka akan pulang ke Bandung begitupun Sri yang sudah tidak sabar akan pulang ke Yogyakarta.
Selama 6 bulan mereka belajar bersungguh-sungguh hanya demi nilai yang bagus dan tidak akan menghadapi ujian Her. Bila ada ujian Her, sudah dipastikan mereka tidak bisa pulang ke kampung halaman mereka.
Besar harapan mereka saat berangkat dari Kost-kost-an menuju kampus. Untuk membuktikan kalau mereka memang pantas menuntut ilmu di Universitas itu kepada orangtua mereka.
...
"Moan, jadi lu pulang nanti?" Tanya Bambang.
"Jadilah." Sahut Halomoan.
"Naik apa?" Tanya Bambang lagi.
"Naik pesawat ajalah. Malas aku naik Bus. Lama kali sampek nya." Ucap Halomoan.
"Oh, aku kira naik Bus, biar bisa sebangku dengan Butet lagi." Ucap Bambang sambil tertawa lebar.
Halomoan hanya tertawa sinis sambil menatap Bambang yang sedang menggodanya.
"Weiii... ngapain lu berdua disini?" Tanya Agus sambil menggandeng seorang gadis.
Halomoan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat Agus kembali mendapatkan kekasih baru.
"Gadak, kami cakap-cakap aja." Ucap Halomoan. (Red- Gak ada, kami hanya berbincang.)
"Eh Gus, libur mau kemana lu?" Tanya Bambang.
"Mau kemana gue, kampung gue di Bogor doang. Pulang tiap hari juga bisa." Ucap Agus sambil tertawa.
"Paling gue ikut ke kampung ayang mbeb gue nih." Sambung Agus sambil melirik kekasih barunya.
"Hati-hati hamil Mbak." Celetuk Bambang.
Agus hanya tertawa meledek teman-temannya.
Butet dan teman-teman sekelasnya melintas di depan Halomoan. Kali ini Halomoan tidak melirik atau mengganggu Butet. Butet yang merasa seperti ada yang kurang, melirik Halomoan yang pura-pura sibuk dengan gadget nya.
"sttt..! Moan, Butet tuh." Ucap Agus sambil mencolek Halomoan.
Halomoan tidak bergeming dan dia tetap fokus dengan gadget nya.
Butet melirik Halomoan dengan wajah yang bingung. Entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan hatinya. Biasanya Halomoan pasti akan menghadangnya atau melontarkan kata-kata yang membuat dirinya emosi. Tetapi, tidak kali ini.
Halomoan seperti tidak menganggap adanya Butet. Awalnya Butet yang sangat membenci Halomoan merasa senang, saat lelaki itu berhenti mengganggunya. Tetapi, lama-lama Butet merasa ada yang kurang dalam hari-harinya.
"Hai Butet." Sapa Bambang dan Agus.
"Hai." Sahut Butet sambil berlalu dari hadapan mereka.
"Lu kenapa sih?" Tanya Agus kepada Halomoan.
Halomoan mengangkat wajah nya dan mengantongi gadget nya. Lalu, ia menatap punggung Butet dari kejauhan.
"Kenapa aku? Gak papa kok." Ucap Halomoan sambil bersiap-siap untuk pulang ke kost-kost-an nya.
"Kok kayak nya kalian sedang bertengkar ya?" Tanya Bambang.
"Memanglah aku sama dia setiap jumpa berantam." Ucap Halomoan sambil mengeluarkan sepeda motornya dari parkiran itu.
"Mau kemana lu Moan?"
"Mau tidor aku, pulang dulu. Ngantok!" Ucap Halomoan sambil menyalakan sepeda motornya dan beranjak pergi dari halaman kampus itu.
Saat di jalan, Halomoan berusaha untuk mengusir bayangan Butet yang terus menghantuinya. Dari hari ke hari, Butet semakin cantik dimatanya. Tetapi, ia sudah berjanji dengan dirinya sendiri, bila ia tidak mau lagi ikut campur dengan urusan Butet. Bukan berarti dirinya tidak perduli lagi dengan gadis itu. Justru, Halomoan hanya bisa mengawasi Butet dari jauh.
Seperti kejadian waktu Butet dan Toni. Tanpa sepengetahuan Butet, Halomoan mengancam Toni untuk jangan merusak dan mendekati Butet. Selain ia menyukai Butet, ia merasa tanggung jawab untuk melindungi gadis satu suku dengan dirinya itu.
"Ah, pening kali aku mikirin si Butet ini lah!" Ucap Halomoan sambil melirik kaca spion nya.
"Ih, kek orang gila rambutku. Potong rambut lah aku dulu." Gumamnya. Lalu, Halomoan pun melihat-lihat barbershop yang berada di pinggir jalan.
Halomoan pun mampir di salah satu Barbershop dan memutuskan untuk memperbaiki penampilannya dengan merapikan rambutnya.
"Biar ganteng aku sikit pas pulang ke Toba nantik." Gumam nya lagi sambil melangkah masuk ke Barbershop itu.
"Bang, buat aku seganteng bretpit dulu." Ucap Halomoan kepada Kapster di Barbershop itu.
"Siap Bang..." Ucap kapster itu sambil mempersilahkan Halomoan untuk duduk di bangku pangkas.
..
Di kantin, Butet termenung mengingat sikap Halomoan kepadanya. Terakhir kali mereka bertengkar, waktu hari dimana Halomoan melarang dirinya dekat-dekat dengan Toni, senior Butet di kampus. Yang juga teman sekelas Halomoan.
Ternyata memang benar, dari gosip yang beredar, Toni adalah pemangsa gadis-gadis di kampus itu.
Butet pun paham, mengapa waktu itu Halomoan sempat berbohong di depan Toni, bila Halomoan adalah kekasih Butet. Maksud Halomoan adalah, ia tidak mau melihat Butet terperangkap buaya darat seperti Toni.
Butet termenung di depan semangkuk bakso pesanannya.
"Tet, kok gak dimakan?" Tanya teman sekelas Butet.
"Ah, iya." Ucap Butet sambil meraih mangkok baksonya.
Saat makan pun, Butet terus memikirkan Halomoan.
"Sebenarnya dia orang baik. Tapi dia sering kali buat aku kesal. Coba kalo dia baik-baik aja sama aku." Gumam Butet sambil mengunyah baksonya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Eman Uran
Butet.....
2021-07-31
1
weny
omaakjaanggg...mli jatuh cinta ni
2021-05-23
1
MJ
mulai benih2 cintrong butet-moan 😁 dr benci jadi bucin lah fix 🤭
2021-03-29
2