Kereta yang ditumpangi Sri sampai di stasiun Senen, Jakarta Pusat, pada pukul 2 dini hari. Sri yang sudah pernah ke Jakarta dan turun di stasiun yang sama pun, langsung keluar menuju keluar stasiun.
Sri langsung di serbu oleh gerombolan jasa transportasi di depan stasiun itu. Sebenarnya Sri ingin sekali langsung ke rumah kost-kost-an nya. Tetapi, ia merasa sungkan bila pagi-pagi sekali ia datang dan mengganggu Ibu pemilik kost. Maka Sri memutuskan untuk duduk saja di samping pedagang makanan dan minuman di depan stasiun itu.
Kebetulan, perut Sri sudah terasa lapar. Ia memesan seporsi ketoprak dan duduk di tenda tukang ketoprak.
"Dari mana Mbak?" Tanya seorang lelaki yang duduk tepat di depan Sri.
Sri menatap lelaki itu dengan seksama.
"Saya dari Yogyakarta Mas." Jawab Sri.
"Oh, baru pertama kali ke Jakarta?" Tanya lelaki itu lagi.
"Sudah sering." Ucap Sri.
Lelaki itu hanya mengangguk paham.
"Di sini mau kemana Mbak?" Tanya lelaki itu lagi.
"Koyok ne wong iki ming arep modus (Red- kayak nya orang ini mau modus)" Gumam Sri.
Pedagang ketoprak mengantarkan sepiring ketoprak yang baru saja selesai di buat untuk lelaki itu. Dengan ramah, lelaki itu tersenyum kepada pedagang ketoprak itu, saat menerima pesanan nya.
"Mbak, mari makan." Ucap lelaki itu kepada Sri.
"Monggo Mas." Sahut Sri sambil mengangguk, mempersilahkan lelaki itu untuk makan.
Sri memperhatikan lelaki itu. Lelaki itu cukup tampan, sorot matanya yang teduh, hidung nya yang mancung serta bibir nya yang tipis. Di tambah dengan gaya pakaian lelaki itu yang seperti seorang mahasiswa. Lelaki itu memakai kaos berwarna putih dibalik kemeja flanel bermotif kotak-kotak nya yang hanya di fungsikan sebagai outer.
"Guantengeeeee.. (Red- ganteng banget..)"
Lamunan Sri tentang lelaki di depan nya itu di buyarkan oleh pedagang ketoprak yang datang membawakan sepiring ketoprak pesanan Sri.
"Matur nuwun Mas. (Terima kasih Mas)" Ucap Sri saat menerima pesanan nya.
Sri langsung menyantap ketoprak nya tanpa memperdulikan lelaki yang duduk di depannya lagi.
Setelah selesai makan, Sri meraih botol air mineral milik nya, yang ia taruh di atas meja. Lalu, ia menenggak air itu sampai habis.
Lelaki di depan nya menatap Sri sambil tersenyum-senyum. Sri yang baru saja menaruh botol air mineral itu membalas tatapan lelaki itu.
"Kenapa to Mas? kok lihat saya seperti itu?" Tanya Sri yang merasa tidak nyaman dengan tatapan lelaki itu.
"Tidak ada apa-apa Mbak. Saya duluan ya." Ucap lelaki itu.
Sri tidak menjawab ucapan lelaki itu, ia hanya menatap sebal kepada lelaki itu, sambil bergumam tidak jelas.
Lelaki itu membayar pesanannya, lalu ia menghampiri sepeda motornya dan memakai helm. Lelaki itu kembali menatap Sri, lalu ia kembali tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Sri semakin bingung melihat tingkah lelaki itu. Sri terus memperhatikan lelaki yang bersikap aneh itu.
"Ono opo toh? (Red- ada apa sih?)"
Sri tetap memperhatikan lelaki itu sampai lelaki itu beranjak pergi dengan sepeda motornya.
"Oooo... dasar wong edan! ( Red- dasar orang gila!)" Gumam Sri.
Sri melirik jam tangan nya, jarum jam menunjukkan pukul 3.15 pagi. Sri menghela napasnya dan menopang dagunya. Ia bingung akan melakukan apa, sambil menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi kost-kost-an yang akan ia tempati.
Mata Sri tertuju ke botol air mineral milik nya. Lalu, ia mengeryitkan dahinya.
"Lho, kok wedang ku iseh ono? kan mau wis ntek tak ombe. (Red- loh kok air minum ku masih ada? kan tadi sudah habis ku minum.)"
Sri melirik ke botol kosong yang tadi air nya sudah Sri habiskan. Sri memperhatikan merk di botol air mineral itu, lalu ia langsung menepuk dahi nya dengan keras.
"Waduhhhh tibake kleru iki mau. Berarti aku ngombe wedange wong lanang mau! Duhhhhh Gustiiiiiii..! Isin aku...! (Red- Aduhhh rupanya aku salah. Berarti tadi aku minum air nya lelaki itu! Aduh Tuhannnn..! Malu aku...!)"
Sri terus-menerus menepuk dahi nya.
"Pantesan deweke ngguya-ngguyu ndelok aku (Pantesan dia senyum-senyum melihat aku)" Gumam Sri lagi.
Adzan berkumandang, Setelah membayar pesanan nya, Sri pun beranjak dari warung tenda ketoprak itu. Lalu, Sri menghampiri seorang supir Bajaj yang sedang menunggu penumpang. Setelah tawar menawar ongkos, akhir nya Sri setuju dengan membayar supir Bajaj itu dengan ongkos 30 ribu rupiah, untuk mengantarkan dirinya ke rumah kost yang ia tuju.
Sri memasukan barang bawaan nya ke dalam Bajaj, setelah semua barang bawaan nya sudah di dalam Bajaj, Sri pun naik dan duduk dengan nyaman di dalam Bajaj itu.
Krenggggg krengggg krengggg keng keng keng keng!
Bunyi suara Bajaj yang nyaring menjadi awal perjalanan Sri di Ibukota. Sri tersenyum sendiri membayangkan kelak ia akan menggunakan jaket almamater kampus nya. Ia juga membayangkan betapa bangga nya orangtuanya kelak saat melihat dirinya memakai jubah toga, saat wisuda nanti.
"Ealah Sri, koe iki ngimpi. Kuliah wae durung mulai. (Red- yaelah Sri, kamu ini berkhayal. Kuliah saja belum mulai)" Gumam Sri sambil tersenyum malu.
Asap pekat dari kenalpot Bajaj, bercampur di udara pagi ini. Kota Jakarta yang terkenal Kota yang sibuk, sudah ramai sebelum matahari terbit. Semua orang bergiat dalam mencari nafkah untuk bertahan hidup di Kota impian itu.
Jakarta, adalah impian orang-orang yang di luar Jakarta sendiri. Banyak janji manis yang terukir di Jakarta. Banyak juga yang menyerah karena janji manis itu sendiri. Banyak yang sukses saat pulang ke kampung mereka, banyak juga yang tidak membawa apa-apa. Jakarta yang terlihat manis, tetapi kejam, tetap menjadi impian hingga saat ini.
Bajaj yang ditumpangi Sri berhenti di depan rumah Nyak Tatik. Nyak Tatik yang baru saja pulang dari Mushola, melihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan pagar rumah nya.
Nyak Tatik menghampiri gadis itu dan memperhatikan barang bawaan gadis itu.
"Lu Sri? yang mau nge-kost di rumah gue?" Tanya Nyak Tatik.
"Nggih Bu." Jawab Sri sambil tersenyum kepada Nyak Tatik.
"Ya sudah, masuk dah." Ucap Nyak Tatik sambil membuka pagar rumah nya.
Nyak Tatik yang masih menggunakan mukena, berjalan menuju paviliun rumahnya. Sedangkan Sri yang membawa barang bawaannya pun, tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki Nyak Tatik.
Saat si depan pintu paviliun itu, Nyak Tatik mengetuk pintu beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang gadis cantik membukakan pintu tersebut.
"Kemana aje lu, gue ngetok berkali-kali lu kaga buka-bukain." Ucap Nyak Tatik.
"Maaf Nyak, saya baru saja selesai Sholat Subuh." Ucap gadis cantik itu.
"Cah kok ayune koyok ngono ( Red- cakep banget sih anak ini)." Gumam Sri saat melihat gadis yang berdiri di ambang pintu itu.
Nyak Tatik beranjak masuk kedalam paviliun itu dan disusul oleh Sri yang terus memandangi Cempaka.
"Eh Cempaka, lu kenalin nih, ini teman kost baru lu. Nama nya Sri dari Yogyakarta." Ucap Nyak Tatik.
Cempaka tersenyum menatap Sri. Lalu, ia mengulurkan tangannya kehadapan Sri.
"Kenalkan Teh, nama saya Cempaka." Ucap Cempaka.
"Et dah, gak usah Teteh-Teteh-an. Lu seumuran ama die. Die juga bakal kuliah di mari ye kan Sri?"
"Oh begitu Nyak."
Cempaka tersenyum kikuk.
"Saya Sri." Ucap Sri.
Merekapun berjabat tangan dan saling tersenyum.
"Noh kamar lu yang tengah. Ini konci nye. Buruan sini uang nya. Biar si Cempaka aje yang ngasih tau lu ini itu nye. Buruan, gue kebelet. Kebiasaan nih pagi-pagi ada panggilan alam. Kudu ke WC aje bawaan nye." Ucap Nyak Tatik sambil merapatkan pahanya.
Sri merogoh saku celananya dan mengeluarkan sejumlah uang tunai dan menyerahkan nya kepada Nyak Tatik.
Nyak Tatik menyambar uang tersebut, lalu buru-buru pergi menuju rumah nya.
Sri terdiam menatap Nyak Tatik yang berlari kecil sambil memegangi bokong nya.
"Mangga saya tunjukan kamar na." Ucap Cempaka.
"Mangga?" Tanya Sri.
"Mangga." Ucap Cempaka.
"Mana mangga?" Tanya Sri.
Cempaka mengernyitkan dahinya. Lalu, ia menggelengkan kepalanya dan beranjak menuju kamar yang akan di tempati oleh Sri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
💞salsabila💞
Jangan2 si Dewa.... Hahahah
2022-09-27
1
Angelia Comel
😂😂😂😂😂
2022-05-11
1
weny
😂😂beda arti c y jd g nyambung... jgn2 co dwarung anak nyak tatik
2021-05-23
1