Case 7: Snowy

Salju, hujan putih dengan rintik-rintik, jatuh perlahan-lahan menutupi semua jalan di seluruh tempat di dunia yang mengalami musim dingin.

Tak terkecuali Taki sendiri. Dia malah suka dengan musim dingin karena salju adalah favoritnya. Tapi sayangnya, Taki tak tahan dengan hawa dingin.

"Sebentar lagi libur, tanoshimi", ucap girang Taki yang tengah menatap jendela kamarnya. Tapi sekarang, ia tengah belajar untuk ujian besok selama hampir dua minggu.

Tok tok tok

Taki penasaran siapa yang mengetuk pintu kamarnya, lalu membuka pintu.

Tapi tak ada siapa-siapa.

Mungkin hanya hantu iseng, pikir Taki. Kemudian dilanjutkan belajarnya. Pesan masuk.

To: Taki-*chaaan**♥*

From: Sakura

Subject: Bingung

Taki-chaaan, aku bingung dengan tugas matematika, sejarah, dan bahasa inggris ~_~. Tugas bahasa inggris membuat lidahku berbelit-belit(x_x). Kuharap kau membantuku.Arigatoou...😁😁

Melihat pesan yang dikirimi oleh sahabatnya itu hanya menatap ponselnya datar.

Taki hanya membalas pesan itu dengan singkat, padat, tapi jelas.

Tidak mau(○'ω'○). Kerjakan sendiri sana😈.

Send? Ok.

Ingin tahu reaksi Sakura selanjutnya apa.

"Sebentar lagi natal ya.Tanoshimi." Kenta tiba-tiba datang disaat Taki tengah mengerjakan tugas-tugasnya.

"Ara, Kenta-san. Iya, rasanya aku ingin membuat malaikat sederhana dengan hamparan salju yang luas di pekarangan depan rumah. Ingin rasanya bermain perang salju." ucap Taki sambil memainkan pen di jarinya.

Tiba-tiba ada yang menabrak jendela kamar Taki dari luar.

Taki penasaran apa yang menabrak jendela kamarnya itu.

"Kenta-san, bisakah kuminta tolong padamu untuk mengintipnya?"

"Sesuai permintaanmu."

Dengan segera Kenta menembus ke arah jendela kamar Taki.

Taki melanjutkan mengerjakan tugas sekolahnya yang bertumpuk-tumpuk menjadi satu.

"Taki, yang menabrak jendelamu ialah Yuki-onna." ucap Kenta tiba-tiba.

Yuki-Onna? Setahu Taki, itu adalah roh yang tugasnya menurunkan salju. Jadi, dia benar-benar nyata ya?

"Dan dia adalah temanku, jadinya bisa kukenalkan. Tapi, kelihatannya temanmu yang dari dunia lain bertambah lagi", tambah Kenta.

Ya tanpa dikasih tahupun juga Taki mengerti.

Taki mengarah ke jendela dan membukanya.

Dan ia memang roh. Rambutnya putih yang digerai, kulitnya yang pucat, dan kimononya yang putih bersih. Dan jangan lupa dia membawa bola yang Taki tak tahu apa gunanya.

" WAHH!! ADA ANAK MANUSIA!! Tapi tunggu, kau bisa melihatku?"

Taki mengangguk sebagai jawaban.

"Perkenalkan namaku Shiro, Yuki-Onna. Aku ditugaskan menurunkan salju bersama sahabatku. Yoroshiku nee.."

Tak seperti roh yang lainnya, Shiro ini kelihatannya sangat periang. Pribadi yang menyenangkan, pikir Taki.

"Oh iya, mengapa kau menabrak jendela kamarku?"

"Areee!?? Betulkah itu!?? Gomenne sudah menabrak hal yang menjadi milikmu. Sebenarnya, aku mencari seseorang yang tanpa sadar sudah menolongku", ucapnya malu-malu lalu melihat seseorang. Taki mengikuti arah pandangan Shiro. Dan ternyata ia melihat....

Kazuhiko, batin Taki bingung.

"Kau tengah mencari adikku?"

"Itu adikmu? Untunglah aku bertemu denganmu."

Taki nampak berpikir caranya Shiro bisa bertemu dengan Kazuhiko.

"Apa kau bisa berubah menjadi manusia biasa? Seperti halnya anak kecil berumur 10 tahun, setidaknya?" tanya Taki.

Shiro mengangguk dan segera merubah dirinya seperti manusia normal. Kawaii bagi anak seusia Shiro.

"Anoo, bisa kuminta sesuatu darimu?"

"Boleh, apa itu?"

"Kumohon kau jangan melayang."

         Bel klasik mansion berbunyi. Ryoko membukakan pintu, penasaran dengan tamu yang mau datang di musim salju seperti ini.

"Konnichiwa, apa yang bisa kubantu, gadis kecil?"

Shiro tampak ragu, "Aku..ingin mencari Taki. Apakah...dia ada di rumah."

Tanpa basa-basi lagi, Ryoko mempersilahkan Shiro masuk dan menuntunnya di ruang tamu. Untungnya Shiro memakai kalung yang diberi perlindungan dari tahan panas.

Untunglah Taki memberiku kalung ini, batin Shiro senang.

Sebenarnya ini siasat Taki untuk menunggu Kazuhiko lewat. Taki bersembunyi di balik ruangan.

Untunglah dewi fortuna tengah berbaik hati, Kazuhiko tengah lewat di depannya sembari membawa barang yang sangat berat.  Gawat, barang itu hampir jatuh mengenainya.

"AWASSS!!"

Untungnya Shiro dengan sigap menangkap barang-barang yang dibawa Kazuhiko.

Tapi posisinya tak begitu bagus. Kazuhiko berada di bawah, sedangkan Shiro berada di atasnya. Perlahan wajah Shiro memerah.

"Anoo, gomennasai. Aku ingin membantumu tadi. Ja...jadinya seperti ini", gugup Shiro.

"Daijoubu. Kau tadi mau menolongku bukan? Arigatou na." jawab Kazuhiko sambil tersenyum.

Baguslah keberadaan Shiro tidak mengganggunya.

"Aree, ada tamu rupanya. Siapa namamu, gadis manis? Apakah dia gadis spesial Kazuhiko?" tanya Seiji menggodanya.

Shiro dengan wajah memerah menggeleng.

"Apa maksudmu, Seiji-niisan. Dia hanya membantuku kok. Iya kan?"

Shiro mengangguk, bisa bercanda dengan Kazuhiko.

Taki segera ikut dengan mereka bertiga.

"Kenapa ribut-ribut? Aku tengah mengerjakan tugas nerakaku, tahu." ketus Taki dan tersenyum pada Shiro, mendekati Shiro.

"Bagaimana? Sudah menyapa Kazuhiko?" tanya Taki berbisik. Shiro mengangguk.

"Dia temanmu, Taki? Berteman kok sama anak kecil?" ucap Seiji mengejek.

Taki tak memperdulikannya dan membawanya ke kamar, ingin tahu cerita Shiro saat d ibawah.

"Aku tak percaya apa yang aku lakukan tadi, Taki. Ini diluar dugaanku. Aku tak tahu harus menaruh wajahmu dimana." curhat Shiro sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Taki setia mendengarnya.

"Kau sudah berterima kasih padanya waktu dia menolongmu?"

Shiro mengangguk, "Malah dia berterima kasih padaku tadi. Secara tidak sengaja, aku sudah menolongnya. Yokatta.."

Taki heran sebenarnya, apa yang telah terjadi sebelum dia ke bawah.

"Baguslah. Besok kau boleh bermain ke sini lagi kok."

Shiro mengangguk senang. Beruntung dan bersyukurlah ia bertemu dengan Taki yang mau membantunya.

Ia berubah diri lagi menjadi dirinya yang asli.

"Jaa ne, Taki. Terima kasih untuk hari ini." ucap Shiro dan segera menghilang dari pandangan.

Saat itu, Taki merasa diawasi dari atas rumahnya. Setelah masuk, siluet mata merahnya menatap tajam jendela Taki.

         Malamnya saat makan malam, Taki senantiasa memakan roti setengahnya dan krim supnya. Malam ini memang dingin.

Kazuhiko tampak tak semangat memakan makanannya. Ia masih mengulang kejadian tadi siang dengan gadis yang tak tahu namanya siapa.

"Kau jangan bermain dengan makananmu, Kazuhiko", ucao Isao tanpa merubah sikap duduknya.

Kazuhiko langsung memakan makanannya, karena ia tidak bisa melawan perkataan kakaknya ini.

"N..nee, Taki-oneechan. Siapa anak kecil yang datang tadi?"

Yang lain di meja makan heran dengan Kazuhiko. Baru kali ini dia membicarakan seorang gadis, jarang Kazuhiko menanyakan seorang gadis.

"Ya, dia itu temanku. Kau penasaran dengannya ya?" tanya Taki sembari menggoda si bungsu dari Kitaoji bersaudara.

"Bu..bukan begitu. Dia membantuku membawa barang-barangku tadi siang. Rasanya aneh kalau berterima kasih pada seseorang tapi tak tahu namanya", jawab Kazuhiko malu-malu.

Seorang yang hanya peduli pada hewan, bisa tersipu juga pada gadis kecil.

"Tidak biasanya kau membicarakan gadis kecil yang semanis itu, Kazuhiko-chan." ucal Seiji menggoda.

"Urusai. Ini tidak ada hubungannya denganmu, Seiji-niisan." balas Kazuhiko kesal.

Taki menggeleng-geleng dengan tingkah laku saudara-saudaranya ini. Ya bagaimanapun mereka dewasa, tetap mereka masih seperti anak-anak.

"Namanya Shiro, kalau kalian mau tahu. Besok dia kesini lagi kok" ucap Taki sembari memasukkan makanannya.

Dalam hati, Kazuhiko sedikit senang karena bisa bertemu dia lagi.

***

Shiro mengetuk jendela kamar Taki.

"Taki, aku datang kembali."

Tetapi saat jendela dibuka, ternyata bukan Taki yang membukanya, melainkan Kazuhiko.

Shiro kaget dan menyadarinya jendela kamar Taki berada tiga jendela sebelumnya. Ia tak tahu harus berbuat apa.

"Apakah kau adalah Yuki-Onna?" tanya Kazuhiko.

Shiro hanya diam, takut ia ketahuan dengan sosok aslinya, mengangguk.

"Sugoiii, ternyata *Yuki-Onna *itu benar-benar nyata. Aku kira hanya di cerita dongeng saja. Beruntungnya aku bisa melihatmu."

Wajah Shiro memerah dan pergi dari hadapan Kazuhiko.

Tapi di sisi lain, Shiro sangat senang bahwa Kazuhiko tidak memandang aneh Shiro, bahkan ia sangat senang Kazuhiko tak berkomentar negatif ataupun lari tunggang langgang.

Saat di kamar Taki, Shiro hanya memperlihatkan senyuman kebahagiaannya.

"Apakah hari ini terjadi sesuatu yang baik, Shiro?"

Yang ditanya mengangguk. Taki menyalakan televisinya dan menayangkan acara berita.

"Hari ini, semua jalan ditutupi oleh salju. Dan yang membuat semua orang heran ialah, banyak tempat yang seperti sengaja dibekukan, bahkan banyak orang yang ke rumah sakit karena gangguan pernapasan dan bahkan sampai hipotermia. Saat ditanya, pihak yang berwenang juga tak menyangka hal ini akan terjadi. Sekian sekilas info hari ini."

"Gawat juga ya, bisa sampai mengganggu pernapasan seperti itu. Aku harus lebih berhati-hati." ucap Taki. Tapi tidak dengan Shiro, malah dia lebih-lebih khawatir. Taki yang sadar melihat Shiro sangat resah bertanya.

"Kenapa kau sangat resah, Shiro."

"Maafkan aku, Taki. Aku tak menduganya akan terjadi hal gawat seperti ini."

Eh? Gawat?

"Apa maksudmu? Aku tak paham yang kau katakan."

Shiro tak berkata apa-apa dan langsung pergi meninggalkan Taki yang masih bingung dengan sikap Shiro.

"Taki-oneechan, temanmu tidak datang?" tanya Kazuhiko yang masuk ke kamar Taki.

Taki menggeleng.

Lagi, Taki merasa tengah ditatap dengan siluet merah. Tiba-tiba jendela kamar terbuka dan badai salju masuk ke kamarnya menimbulkan kekacauan dimana-mana.

Saat sudah kembali tenang, jejak-jejak salju bertebaran dimana-mana. Kalung yang diberikan oleh Taki pada Shiro jatuh di lantai. Kazuhiko mengambilnya dan merasa tak asing dengan kalung itu.

"Kalung ini, bukankah milik Shiro?"

Waduh, Taki harus menjawab apa ini seandainya Kazuhiko tahu yang sebenarnya terjadi.

Jujur lebih baik daripada berbohong lalu semuanya terbongkar di kemudian hari.

"Iya, itu kalung milik Shiro. Jujur, dia itu adalah Yuki-Onna. Tadi dia kabur meninggalkan kamar karena berita yang tadi kutonton. Salju dimana-mana dan banyak yang mengalami gangguan pernapasan. Shiro langsung pergi entah ke mana." jelas Taki.

Kazuhiko hanya terdiam, masih shock dengan ucapan Taki.

Kazuhiko lari entah kemana. Taki menyusulnya dengan napas yang terengah-engah.

         Di sisi lain, Shiro menghampiri punggung yang sama dengannya, tapi dia lebih dewasa.

"Haha, aku disini." ucap Shiro dengan santai dalam arti sedikit takut.

Oh, ibunya yang memanggil Shiro untuk pulang.

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

"Aku hanya–"

"Kau bermain bersama manusia. Kau tahu kalau kita sangat dilarang menunjukkan diri pada manusia. Kau telah melanggarnya. Jangan sampai kau jatuh cinta pada manusia. Kalau kau tak mematuhinya, kejadian akan lebih dari ini. Wakatta?" ucap ibu Shiro dingin. Shiro mengangguk tak bisa berbuat apa-apa.

Ibu Shiro masih melanjutkan peristiwa besar ini. Tidak hanya di Tokyo, tapi di seluruh Jepang. Shiro yang mengetahuinya ingin mencegah ibunya, namun ditahan oleh kedua kakaknya.

"Maafkan kami berdua, Shiro-chan.", ucap kakak pertama.

"Kami terpaksa melakukan ini semua, demi Haha." tambah kakak kedua.

Taki, maafkan aku, batin Shiro menyesal.

Kazuhiko terus berlari tak tahu arah, Taki yang menyusulnya masih bingung kemana dia pergi?

Jujur, Taki masih tak percaya dengan sikap Shiro yang pergi begitu saja setelah melihat berita tadi siang. Apa mungkin, ini semua ada hubungannya dengan Shiro barangkali? Bisa jadi seperti itu.

Tiba-tiba, serangan bola salju datang dari segala arah, membuat Taki terjatuh. Sial, dalam keadaan segenting ini terkena lemparan bola salju.

Kazuhiko semakin menjauh, Taki ingin melihat siapa pelakunya yang berani melemparkan bola salju pada dirinya.

"Hahaha...kena kau, manusia lemah. Bagus sekali, Tori. Lemparanmu mengenai sasaran", ada sosok *Yuki-Onna *yang lain, kali ini dengan jenis laki-laki. Biasanya laki-laki lebih jahil daripada yang perempuan.

"Temee...aku tak punya waktu bermain dengan kalian yang rohnya tidak jelas" ucap Tak cuek.

"Boleh saja kok. Kau akan bermain dengan kami" tambah Yuki-Onna yang satunya, lalu melemparkan bola saljunya yang lain.

Taki menerima tantangan dari mereka berdua. Baiklah, permainan baru saja dimulai.

"Apakah kalian ada hubungannya dengan Shiro?" tanya Taki berbasa-basi untuk memancing jawaban dari mereka. Sontak mereka berdua menghentikan lemparan bola saljunya masing-masing.

"Kami tahu. Ia adalah putri dari Ratu Yuki, anaknya. Seperti yang kau tahu, ini semua adalah ulahnya karena putrinya yang bermain dengan manusia." jawabnya dengan tampangnya yang polos, disusul dengan pukulan dari temannya di kepalanya.

"Baka, kau tak usah memberitahunya juga." kesal teman yang satunya.

Oh, jadi itu alasannya Shiro pergi begitu saja. Taki segera berlari mencari Shiro.

Setelah mengelilingi semua tempat, Taki menemukan Shiro yang tengah melayang di atas perosotan. Yap, sekarang Taki berada di taman bermain.

"Shiro, akhirnya aku menemukanmu", ucap Taki dengan membesarkan suara mulutnya agar Shiro bisa mendengarnya.

" JANGAN KEMARI. ATAU TIDAK KA–"

Terlambat, Taki melangkahkan kakinya lalu sesuatu terjadi. Dirinya dikurung dalam balok es, lalu ditumpuk lagu dengan gumpalan-gumpalan salju. Shiri menatap Taki menyesal.

"Kerja bagus, Shiro. Kau bisa memancing manusia itu." ucap ibunya sembari mengelus kepala Shiro.

"Tidak bisa semudah itu kau bisa menahanku", ucap Taki cuek yang ternyata tidak tertangkap sama sekali. Bahkan ibu Shiro membelalakan matanya terkejut. Bagaimana ia bisa keluar dari jeratannya?

"Mudah saja. Aku melihat garis merah yang sangat kelihatan."

Satu poin bagi Taki.

Kazuhiko baru sampai. Shiro merasa terharu bahwa dia tidak apa-apa.

"Kau..manusia. Kau yang kemarin hampir membunuh anakku, bukan?"

"Chigau, Haha. Dia yang kemarin menolongku. Entah ia ingat tau tidak, tapi aku benar-benar tertolong saat itu", jelas Taki pada ibunya kejadian yang sebenarnya. Kazuhiko masih terengah-engah karena berlari.

Ibu Shiro menatap Kazuhiko tak suka, karena kedekatannya pada manusia.

"Apa karena dendammu pada manusia tidak bisa hilang?" tanya Taki menebak.

Ia hanya terdiam.

"Iya. Karena mereka adalah makhluk yang sangat egois. Saat kuturunkan salju, mereka selalu mengeluh. Saat salju tak turun, mereka juga mengeluh." jelas Yuki-Onna dewasa.

Hanya sepele itukah? Kasus kali ini benar-benar hal yang sepele bagi para roh yang lainnya.

"Seharusnya kau bersyukur dengan tugas dan wujud rupamu, Shiro okaasan. Shiro hanya bermain dengan kami sebagai manusia. Kami hanya berteman saja" jelas Taki.

Shiro memanfaatkan hal ini agar bisa berbicara pada Kazuhiko. Ditatapnya mata heterochrome miliknya.

"Gomenne, karena sudah membohongimu."

"Iie, seharusnya aku juga meminta maaf. Aku paham."

Shiro tersenyum tulus. Sudah waktunya ia kembali ke asalnya. Tugasnya sudah selesai.

"Waktuku telah habis. Saatnya aku kembali ke asalku. Arigatou, untuk semuanya. Jika aku diberi kesempatan untuk dilahirkan kembali, aku mau menjadi bunga matahari. Agar aku bisa memberi keceriaan dan senyumanku padamu" isak tangis Shiro terharu, perlahan dia sudah lenyap.

Kazuhiko sedih karena ini sudah berakhir.

***

         Esoknya, Kazuhiko tak semangat melakukan apa-apa. Salju masih terus turun. Kakak-kakaknya yang lewat di belakangnya bingung dengannya. Taki tahu ini akan terjadi.

"Kazu-chan, kau mau menanam bunga matahari?" tawar Taki.

"Di tengah musim dingin seperti ini? Bagaimana bisa?"

"Ya kita coba saja dulu. Berharap Shiro benar-benar terlahir kembali dan memberi keceriaan di sekelilingnya."

Kazuhiko mengingat perkataan Shiro kemarin, lalu tersenyum.

"Ha'i, Taki-neechan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!