Matahari mulai menyorot melalui jendela-jendela di kamarku. Aku membuka mata dan mendapati Ankin masih tertidur pulas kemudian aku duduk di sisi kasurku dan mulai bangun berjalan ke arah balkon. Aku membuka pintu yang mengarah ke balkon dan melihat pemandangan halaman rumah yang asri, mendengar suara burung yang berkicau dan melihat beberapa tukang kebun yang sibuk merawat halaman rumah ini.
Aku menarik nafas dalam menghirup udara segar dipagi hari sambil memejamkan mata, sudah sangat lama aku tidak merasa setenang ini saat bangun, aku menikmati pemandangan sambil berjemur sinar matahari, itu sangat bangus untuk kulitku.
Tok..tok..tok
aku mendengar ketukan pintu dari luar kamarku dan secara naluriah aku berbalik
"Ini saya Nyonya, Asila" kata Asila
"Masuk" sahutku sedikit teriak karena jarakku yang jauh dari pintu kamar
Asila masuk dan berjalan mendekat ke arahku "Selamat pagi Nyonya, Nyonya sudah bangun, Apakah nyonya tidur nyenyak?" kata Asila
"Iyaa" jawabku sambil tersenyum lebar, aku berpikir sekarang Asila tidak takut lagi padaku, sekarang dia terlihat santai jika berbicara denganku, itu membuat moodku semakin baik pagi ini
"Apakah Nyonya ingin minum teh dulu apa mau mandi dulu? saya akan siapkan" tutur Asila
"Sepertinya aku mau minum teh dulu, aku masih ingin menikmati pemandangan disini" kataku sambil berjalan mendekati kursi yang ada di balkon kemudian duduk
"Baik, Nyonya saya akan siapkan" jawab Asila sambil menunduk memberi salam berlalu pergi
Beberapa saat kemudian Asila datang membawa teh untukku dan membantu menuang teh kecangkir ku, aku mengambil cangkir itu dan mendekatkannya ke hidungku, aku menghirup teh yang beraroma bunga itu dan meniup sebentar lalu meminumnya, setelah meminumnya aku merasa lebih segar lagi dan membuatku sangat rileks
"Teh apa ini? ini sangat enak dan ringan untuk di minum di pagi hari" tanyaku pada Asila
" Ini teh Chamomile Nyonya, jika suasana hati Nyonya sedang baik biasanya Nyonya minum teh ini" jawab Asila
"Ahh benarkah? sudah lama aku tidak minum teh, aku sampai lupa" kataku sambil sambil senyum canggung
"Ya Nyonya, memang sudah lama nyonya tidak minum teh, semenjak Nyonya menikah dengan Tuan As tiga tahun lalu, hanya saat awal-awal pernikahan saja Nyonya memiliki suasana hati yang baik, setelelah itu sikap Nyonya jadi sangat buru....." perkataan Asila terhenti
Aku yang sedang fokus mendengarkan informasi penting ini dan tiba-tiba Asila berhenti bicara seketika aku menengok ke arahnya, Asila menatapku balik dengan sedikit cemas karena perkataannya mungkin bisa saja menyinggung ku
"Hmmmm....memang sih, sikap Aille ini saaaangggaaattt sangaaaaaat buruk" kataku dengan geleng-geleng kepala sambil senyum percaya diri menatap Asila tanda aku setuju dengan perkataannya dan mengisaratkan bahwa aku tidak tersinggung
Dibatinku aku berkata
"Benar benar wanita yang sinting"
Asila menatapku bingung tapi kemudian dia berkata
"Sepertinya Nyonya sudah kembali seperti dulu, suasana hati Nyonya sudah membaik, saya turut senang melihatnya" celetuk Asila sambil menatapku tersenyum hangat dan aku tersenyum balik padanya
"Lalu..bisakah kamu menceritakan bagaimana hubungan awalku dengan suamiku? dan kenapa kita bisa jadi seperti ini sampai membuat suasana hatiku buruk sampai tiga tahun terakhir ini? tanyaku tanpa henti ke Asila yang membuat Asila sedikit bingung dengan sikap anehku
Aku yang melihatnya seketika tersadar dan membuatku jadi berusaha mencari alasan dengan cepat
"Eheem...kamu tau dua minggu yang lalu aku mengalami sakit parah dan tidak kunjung sadar selama empat hari, saat itu aku merasa aku akan mati tapi saat aku bangun aku aku sangat bersyukur dan tidak mau melewatkan kesempatan yang diberi Tuhan padaku, aku bertekat akan merubah sikapku menjadi lebih baik" kataku lemah menjelaskan dengan raut wajah wajah sedih (akting) melirik Asila yang sedang mendengarkan dengan serius, kemudian aku melanjutkan cerita karanganku
"Tapii masalahnya....aku sedikit kehilangan ingatanku, aku tidak bisa mengingat beberapa kejadian dimasa lalu...makanya aku bertanya padamu" kataku yang masih sambil akting sedih
"Nyonyaaaaaa" kata Asila yang suaranya bergetar dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis
Melihat Asila yang seperti itu artinya aktingku berhasil, itu membuatku merasa bersalah padanya tapi aku juga bangga karena bisa dengan mudah membohonginya
"Ahh sudah sudah, sekarang aku tidak apa" sahutku tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Asila
"Nah kalau gitu bisakah kamu menceritakan hub.." perkataanku terpotong karena melihat kedatangan Ankin, terlihat dia baru bangun tidur berjalan gontai sambil mengusap matanya
"Ahh Ankin, kamu sudah bangun? sini nak kemari" kataku sambil melambaikan tangan menyuruh mendekat
"Ibuu...." jawab Ankin sambil berjalan mendekat kearahku, kemudian aku memeluk dan mencium kening Ankin
"Apakah kamu tidur nyenyak? sudah lapar? mau mandi dulu?" tanyaku yang masih sambil memeluk, Ankin mengangguk
"Baiklah, ayo kita siap-siap mandi lalu sarapan bersama" kataku
"Asila, tolong siapkan air untuk mandi dan sarapan hari ini" kataku pada Asila
"Ahh dan kita akan lanjutkan pembicaraan kita tadi setelah sarapan" lanjutku sambil menatap Asila
"Baik Nyonya" sahut Asila yang berlalu pergi
Beberapa saat kemudian aku dan Ankin sudah selesai mandi juga sudah rapi berjalan ke ruang makan, seperti biasa aku menggandeng Ankin dan sedikit mengobrol ringan dengannya.
Aku dan Ankin sudah sampai di depan pintu ruang makan, saat pelayan itu membuka pintunya, mataku melebar dan kaget melihat sosok tak lain adalah suamiku As
"As!!? kenapa dia disini? tidak ada kabar jika dia akan ikut sarapan...tapi ini jadi kesempatanku untuk mengenalnya lebih jauh" batinku sambil tersenyum
aku berjalan perlahan menuju meja makan, saat sudah dekat aku berkata
"Selamat pagi" kataku pada As, aku mengatakan itu untuk basa-basi agar tidak terlalu canggung dan sekalian mengetes apakah dia meresponku atau tidak, jika dia meresponku itu berarti sebenarnya dia tidak mengabaikanku dan itu akan mudah untukku mendekatinya, bukannya aku suka As tapi ini semua demi bertahan hidup
"Ayo Ankin ucapkan selamat pagi pada Ayah" ujarku pada Ankin
"Selamat pagi..A..ayah.." ucap Ankin dengan canggung
Seketika As menoleh menatapku dan Ankin bergantian, lalu memandangku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan membuatku bingung saja, tentu aku menatapnya balik
"Pagi" jawab As singkat dengan wajah datarnya
Walaupun jawabanya singkat itu menjawab semua pertanyaan dalam hatiku
Aku dan Ankin mulai duduk, kemudian pelayan datang membawa makanan setelah itu kita mulai makan. Diruangan ini sangat tenang tidak ada perbincangan yang terjadi dan hanya terdengar suara sendok, garpu dan piring saling beradu, aku tidak tahan dengan keheningan ini dan akhirnya mulai angkat bicara
"Aku tidak menyangka kamu akan ikut sarapan dengan kita, jika kita sering sarapan bersama seperti ini, itu akan bagus untuk Ankin, ya kan Ankin?" kataku sambil memandang Ankin dan As bergantian, Ankin hanya mengangguk sedangkan As tidak memberi tanggapan dan hanya fokus pada makanannya
"Cihh, dia mencoba mengabaikan perkataanku? aku akan buat kamu meresponku" batinku
"Lebih baik lagi jika kita bisa sering bertemu atau sesekali tidur bersama bertiga" ucapku sambil melirik As, aku sedang mencoba memancing As untuk berekasi
As yang sedang fokus dengan makanannya mendadak menghentikan aktifitasnya dan menatapku sangat tajam.
Bersambung....
Hai, reader terimakasih sudah memberi dukungan dengan karya ini, terimakasih juga like dan komentar kalian, itu membuat Author semakin semangat menulis, jangan segan-segan untuk memberi saran agar karya ini menjadi lebih baik karena itu akan sangat Author hargai🙏😘🤗🤗
~Salam dari Duchess May~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
꧁◇࿌ེེྂ_Pasulow_࿌ེེྂ◇꧂
Ucap aili dalam hati "tapi boong"
2021-01-05
13
Ritasilviya
lanjut
2021-01-05
1
lady_vv
seru thor
2021-01-05
2