...Selamat Membaca📖...
Taxi yang mereka tumpangi berhenti di depan mall.
Caramel dan Naura berjalan sejajar menuju dalam, mereka berdua menaiki eskalator menuju lantai dua.
"Enaknya gue ngado apa ya, buat tante?" Naura bicara sendiri, memperhatikan sekelilingnya. Mencari ide yang tepat untuk kado.
"Yang paling tante lo suka." jawab Caramel asal. "Tante lo yang mana si?"
"Mamanya Gibran."
"Hah?" Caramel menoleh ke arah Naura, yang sedang mengamati sekeliling.
Papanya Gibran adalah kakak dari mamanya Naura. Namun keluarga mereka sangat bertolak belakang, keluarga Naura sangat harmonis dan sederhana walaupun mereka dikelilingi banyak uang. Sedangkan keluarga Gibran sudah hancur sejak dua tahun ini, akibat ulang sang mama. Gibran dibesarkan oleh harta, dan itu membuat Gibran menjadi anak yang keras kepala. Akibat kurangnya kasih sayang dari orang tuannya, yang selalu gila kerja.
"Iya, lo lupa kalo mama gue kan adiknya bokapnya Gibran." jelas Naura
Caramel tersenyum tipis dan mengangguk.
Hampir satu jam Caramel menemani Naura mencari kado, mereka menjelajahi setiap sudut mall.
Mereka berdua sedang duduk di tangga, sembari meminum es yang mereka beli.
"Lo sebenarnya ada perasaan nggak si sama Gibran?"
"Hah?"
"Lo kenapa si, dari tadi haha hehe. Nggak jelas tauk." Naura memutar bola matanya. "Ada nggak? lo ada perasaan nggak si sama Gibran?"
"Gue....nggak lah mana mungkin gue suka sama cowok kaya gitu. Lagian ngapain si elo nanya kaya gitu?"
"Ya nggak papa si."
Tiba-tiba Caramel keingat, tentang kejadian kemarin yang ia hukum bersama Gibran. Sampai dirinya bangun dari pingsannya, yang petama kali Ia lihat adalah Gibran. Wajah cowok itu berhasil memenuhi isi kepala Caramel akhir-akhir ini.
"Woy, elo kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Nggak pa-pa kok. Ayo pulang, udah kan?"
"Udah, aku juga udah pesen taxi onlaine kok."
...🎨🎨🎨...
Geng Antraxs sedang berkumpul di warjok milik abah. Setelah pulang dari sekolah mereka langsung kesini, hanya sekedar buat nongkrong saja.
Terutama Gibran, Ia lebih betah tinggal disini dari pada dirumah. Rumah yang dulunya begitu hangat, sekarang berbalik 180 derajat. Suasana rumah begitu dingin, seperti nggak ada nyawa dirumah segede itu.
"Revan kemana? dari tadi nggak muncul-muncul tu anak."
"Nggak tauk,"
Tin! tin!
"Tu dia anaknya."
Revan turun dari motornya, meletakkan helem diatas tangki. Kemudian melangkah mendekati segrombolan anak yang masih menggunakan seragam sekolah. Namun sudah tidak rapi lagi.
"Dari mana aja lo?" tanya Gibran, setelah tos dengan Revan.
"Biasa," Revan mengangkat kedua alisnya.
"Lo jadi nembak Jihan hari ini?"
"Diterima nggak?"
"Terima dong." Revan tersenyum, suasana hatinya sedang baik.
"Mantep ni, pj dong."
"Nggak ada-"
"Tumben banget Jordan nggak ngajakin kita berantem?" tanya Asep, setelah menyeruput kopi.
"Tobat kali tu anak."
Malam ini sebagian anak Antraxs tidur di pos ronda yang tak jauh dari warjok. Setiap malamnya pasti ada saja anak yang numpang tidur disini, warga sini juga sudah hafal dan nggak ngelarang pos rondanya dibuat untuk tempat tidur. Selagi mereka nggak buat onar di kampung ini.
Gibran pulang bersama Revan, karna motornya masih berada dibengkel. Malam inj juga Ia akan ambil motornya diantar oleh Revan.
Pukul 19:15 Gibran sampai di rumahnya, Ia belum pulang ke rumahnya setelah pulang dari sekolah. Ayahnya juga nggak terlalu peduli dengannya, membuat Gibran seenaknya saja buat pulang jam berapa saja. Mau dia pulang tengah malam pun, ayahnya nggak terlalu peduli paling Arga akan marah setelah itu suasana akan baik seperti semula.
"Dari mana kamu, jam segini baru pulang? mandi terus makan malam." ucap Arga
Ya sepeti itulah sikap Arga kepada Gibran, dingin, cuek, nggak terlalu peduli dengan anaknya bungsunya.
Gibran naik keatas, menuju kamarnya.
Setelah mandi, cowok itu memakai baju hitam dan celana pendek. Kemudian ia turun kembali untuk makan malam, dimeja makan sudah ada Arga dan Jenny. Gibran mengurungkan niatnya untuk bergabung di meja makan, setelah melihat sang mama yang sedang mengobrol dengan papanya.
Arga sepertinya terpaksa untuk mengobrol dengan Jenny, apalagi mereka hanya berdua. Setelah peristiwa dua tahun lalu, Jenny menghianati janji suci pernikahannya. Dengan berselingkuh, setelah mengetahui hal tersebut Arga sangat marah hingga membawa kasus ini ke pengadilan.
Gibran memilih untuk tinggal dengan Arga, Ia juga begitu kecewa dengan mamanya. Mama yang Ia anggap sebagai malaikat, sekarang malah menghancurkan semuanya. Sedangkan Roy, memang dari kecil Roy sangat dekat dengan Jenny. Hingga saat dipengadilan Roy memilih tinggal bersama si penghianat.
"Gibran," panggil Jenny, membuat Gibran kembali memutarkan badannya. "Sini makan sama mama, udah lama kita nggak makan malam bersama."
Gibran duduk dikursi yang berhadapan dengan Jenny.
"Papa ke kamar dulu ya, banyak kerjaan." ucap Arga kepada Gibran, tentunya. Ia berdiri dan melangkah menuju kamarnya.
Jenny menatap punggung mantan suaminya, matanya cukup berbinar. Ingin rasanya Ia meneteskan air matanya saat ini juga, menyesali semua perbuatannya dulu. Tapi dia juga sadar semuanya sudah terlambat, kedua laki-laki dihadapannya sudah begitu membencinya saat ini.
Sekarang hanya Roy lah, yang masih berada disininya. Memberikan semangat untuk sang mama, membuat Jenny semangat kembali.
"Kamu mau makan apa? mama udah beliin makanan kesukaan kamu lo."
"Gibran udah kenyang," tolak Gibran
"Gibran masih banyak tugas dari sekolahan. Gibran ke kamar dulu." Gibran berdiri dari tempat duduknya.
Barusaja Gibran membalikkan badanya, sudah ada satu pukulan yang mengenai pipi sebelah kirinya.
"Lo hargain sedikit dong mama."
Roy mencengkram baju Gibran.
"Udah-udah. Mama nggak pa-pa kok Roy, mama nggak mau ngeliat anak-anak mama berantem."
Gibran melepaskan tangan Roy dari kerah bajunya dengan kasar. Kemudian melangkah menuju kamarnya.
Arga melihat sekilas kejadian tadi dibalik pintu kamarnya, Ia tau apa yang dirasakan Jenny saat ini. Tetapi Ia juga terlanjur sakit hati dengannya.
"Mama jangan pikirin perkataan Gibran ya." Roy mengelus-elus pundak Jenny, Jenny mengangguk.
"Kita pulang aja ya."
"Iya, bi-bibi." ucap Jenny
"Iya bu,'
"Tolong nanti hangatkan makanan ini ya. Biar besok bisa dimakan mas Arga dan Gibran."
"Baik bu."
Gibran melihat Roy yang merangkul Jenny masuk kedalam mobil, dari balkon kamarnya. Ada rasa iri dihati kecilnya, namun rasa itu kalah dengan rasa gengsinya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ade Yayuk
aq hadir kk author
2021-02-25
1
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
like lagi🤗
2021-01-24
2
Lien machan
like lagi
2021-01-24
2