...Selamat Membaca📖...
...🎨🎨🎨...
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Farhan salah satu murid SMA Pradipta, sedang berkumpul di caffe bersama beberapa anggota Vogas. Cowok itu sedang minum minuman soda, sedangkan Jordan dia mengisap vape.
"Akhir-akhir ini ketua geng Antraxs dikabarkan sedang dekat dengan seorang cewek." Farhan menggantungkan ucapannya, dia kembali meneguk minuman soda. "Beberapa kali gue liat Gibran jalan dengan Caramel."
"Caramel?" tanya Jordan
Farhan mengangguk. "Iya, cewek kelas dua belas MIPA dua."
Jordan tersenyum geli, sekarang dia sudah mempunyai rencana.
Dari beberapa hari lalu, Guntur sudah mengawasi Caramel dari kejauhan. Tentunya disuruh oleh Jordan.
Hingga Jordan berfikir, bahwa dia akan mengancam Gibran menggunakan cewek tersebut.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, kini keempat sahabat itu sudah berada di parkiran motor.
Tak lama sekumpulan geng Antraxs datang dari arah belakang. Gibran berada di paling depan, dikuti anak buahnya dibelakang.
"Ayok," ucap Gibran saat sudah berada di samping Caramel. Caramel menoleh kearah kanan.
"Gibran," teriak Sandrina dari kejauhan, dia berlari menghampiri Gibran.
"Ayok pulang,"
"Lepas!" Gibran melepaskan tangan Sandrina yang tiba-tiba memeluk lengannya.
"Nggak,"
"Gue bilang lepas, ya lepas. Lu tuli ya?!"
"Sini sama aak Bram aja, kasian nih tangan nggak pernah ada yang gandeng." ucap Bram sambil tertawa. Diikuti tawaan dari anak Antraxs lainnya.
Sedangkan Naura, Putri dan Jihan hanya diam. Dia mencari aman saja, mereka tahu jika sudah berhubungan dengan Sandrina akan berujung sadis, apalagi disini juga ada anggota Antraxs. Caramel menatap Sandrina, yang sudah dulu menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Ayok,"
Gibran melepaskan tangan Sandrina dengan kasar, kemudian menarik tangan Caramel pergi menuju motor yang di parkiran.
"Gib, kok malah sama tu cewek si?!" Sandrina menunjuk Caramel dengan dagunya.
"Kenapa?" Gibran menghentikan langkahnya, memutarkan kepalanya mengarah ke Sandrina.
"Satu lagi, gue nggak suka lo nyakitin Caramel."
Caramel terdiam, terteguh melihat Gibran. Cowok dihadapannya benar-benar membelanya, seperti yang ada dipikirannya tadi. Ah sekarang Caramel menjadi salah tingkah.
Gibran kembali menarik tangan Caramel, meninggalkan Sandrina yang ada dibelakangnya. Diikuti Bram, Rival dan Asep.
"Gue anter ya," ucap Revan, dia berdiri di samping Jihan. Jihan tidak menoleh kearahnya, mungkin dia masih marah gara-gara tadi malam. Ya mereka tadi malam sempat berantem, biasa orang pacaran.
"Masih marah ya,"
"Pikir sendiri!"
"Kalo marah, mukanya makin jelek lo. Kaya monyet."
"Ih, dasar ya lo. Mulut buaya!" Jihan mencubit perut Revan dengan kuat.
"WOY VAN, DULUAN YA." teriak Asep, yang sudah mengendarai motornya, tepat di belakang Gibran.
Revan mengangkat tangannya.
"Coba senyum," Revan menyubit pipi Jihan dengan kedua tangannya. "Ah sakit."
Tidak munafik, Jihan sudah tidak tahan dengan sikap Revan. Akhirnya dia tersenyum, walau sedikit malu.
"Yah gitu dong, kan cantik." Revan memeluk Jihan. Jihan membalasnya dengan pelukan, dia tersenyum di bidang datar dada kekasihnya.
"Uhuk-uhuk." Putri dan Naura berpura-pura batuk. Mungkin memang benar jika ada yang mengatakan, bahwa seseorang sedang sedang jatuh cinta dunia terasa milik berdua. Dan sekarang iti di rasakan oleh Naura dan Putri, mereka seperti tidak dianggap sama sekali.
Jihan langsung melepas pelukan Revan.
"Gini ya, kalo udah jatuh cinta dunia serasa milik berdua." sindir Naura. Dia melipat tangannya di dada, memutar bola matanya malas.
"Ma-maaf,"
"Ya udah ah, gue mau pulang dulu."
"Lo mau ikut gue nggak?"
Jihan menoleh kearah Revan, sepertinya Revan sudah mengetahui apa yang ingin dibicarakan sama kekasihnya.
"Nggak, Jihan pulang sama gue."
"Ya udah, gue dulu ya. Ayo Na!"
"Awas tapi kalo lo nyakitin Jihan lagi, lo berurusan sama kita." tambah Naura
Revan mengangguk.
"Hati-hati ya," ucap Jihan
Sekolahan mulai sepi, tinggal beberapa motor saja. Mungkin motor anak osis.
"Jadi aku anter nggak, kalo nggak aku pulang."
"Jadilah, kalo nggak aku sama siapa?"
"Sama pak somat, tukang ojek di persimpangan."
"Ih, lo ngeselin banget si jadi pacar." Jihan memanyunkan bibirnya.
...🎨🎨🎨...
Sebelum mengantar Caramel pulang, Gibran bersama anggotanya mampir di warjok milik abah terlebih dahulu. Sebagai rutinitas pulang sekolah.
"Nggak pa-pa kan, kita kesini dulu?" tanya Gibran menoleh kebelakang. Mereka masih diatas motor.
"Iya," Caramel mengangguk. Sebenarnya dia cukup keberatan, apalagi sudah banyak anak laki-laki yang mungkin termasuk anggota Antraxs, mereka masih berpakaian seragam namun sudah berantakan. Satu lagi banyak cowok yang sedang mengisap rokok ataupun vape, Caramel anti dengan asap rokok. Namun jika dia menolak, dia juga tidak enak.
Caramel berjalan dibelakang Gibran. Mereka duduk bersebelahan, disalah satu kursi berwarna coklat.
"Kopi bah, satu!" ucap Bram
"Saya mie rebus pake telor, airnya dibanyakin ya."
"Yaelah lo, mie mulu, Sep. Usus lo makin keriting entar kaya rambut lo."
"Diem lo,"
Gibran melihat Caramel, yang dari tadi menutup hidungnya dengan tangan kanannya. "Kenapa lo?"
"Nggak-nggak pa-pa." jawab Caramel, berbohong.
Gibran menghela nafas, kemudian menyuruh Arik yang duduk di depannya untuk pergi menjauh. Ya Arik sedang mengisap sebatang rokok, cowok itu mengangguk.
"Lo mau makan?"
"Nggak usah, gue pingin pulang." ucapnya dengan sedikit ragu.
Gibran tak menjawab pertanyaannya, dengan cepat Caramel mengangkat suara lagi.
"Kalo lo masih mau disini, gue bisa naik angkot atau nggak pesen taxi kok." Caramel beranjak dari duduknya, dia menoleh kebelakang saat pergelangan tangannya dipegang oleh Gibran.
"Gue anterin," Gibran berdiri. "Gue duluan ya, kalo ada penyusup jangan lepasin dia!"
"Baik bos!" yang dimaksud penyusup adalah anggota geng Vogas. Biasanya Jordan akan menyuruh seseorang untuk memata-matain geng Antaraxs.
Saat Gibran sedang menggunakan helem, dia mendengar suara perut berbunyi. Tapi buka perutnya, melainkan perut Caramel. Cewek ini sudah tidak tahan lagi dengan rasa laparnya, dia ingin buru-buru pulang.
Dasar cewek aneh, tadi ditawari makan nggak mau. Sekarang perutnya berbunyi. Gumannya dalam hati.
Gibran menghentikan motornya tepat didepan warteg, bukan karna Gibran pelit, namun dia memang lebih sering makan-makana dipinggir jalan. Rasanya tidak kalah jauh dengan di restaurant mahal.
"Ngapain kita kesini?"
Gibran membuka helemnya. "Turun!"
Caramel menuruti perintah Gibran. Ah, tidak tau apa orang sudah laper? gumannya dalam hati, Caramel bisa saja makan disini, tapi uangnya tinggal lima ribu, mana cukup.
"Nasi pake sayur sama ayam, dua." ucap Gibran kepada pemilik warteg.
Caramel duduk disebelah Gibran. Dirinya belum mengerti maksud dari Gibran, kalo saja cowok ini memesankannya juga. Terus dia disuruh bayar sendirikan, Caramel tidak punya uang.
"Kalo laper tu bilang," ucap Gibran menoleh ke Caramel.
"Tapi, aku nggak usah pake ayam deh kayaknya."
"Kenapa, lo nggak punya duit? tenang gue yang bayar."
"Enak aja, gue punya kok." walau cuma lima ribu. Sialnya dompet Caramel ketinggalan dirumah tadi.
"Ini mas, mbak." pemilik warteg memberikan dua piring yang berisi nasi, sayur dan ayam. Sesuai perintah Gibran tadi, tidak lupa dengan dua gelas es teh manis.
"Makasih mbak,"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
sastra dendra
bacanya sambil senyum, sumpak kayak kembali ke masa sma, ceritanya kayak kisah nyata.
2021-04-08
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like dan jejak lagi
2021-02-04
1
Diyah Kusno
lanjuuuut
2021-01-05
1