...Selamat Membaca📖...
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Namun, Satria belum juga menjemput Caramel. Sekolahan sudah sepi, semua siswa sudah pulang sejak tadi, Caramel memutuskan untuk menunggu Satria di halte dekat sekolah ini.
Ia akan menunggu Satria 10 menit lagi, jika kakaknya itu nggak datang dalam waktu 10 menit Ia akan mencari taxi atau angkut saja.
Suara klakson motor geng Antraxs saling saut menyaut di depan warjor, milik seseorang kakek yang usianya sudah setengah abad atau sering di sebut Abah.
Tempat ini sering menjadi tongkrongan geng Antraxs, bahkan sudah menjadi markasnya. Tempat ini juga sering menjadi tempat bolos atau ngerokok anak sekolah SMA Pradipta.
"Yuhu,"
"Kopi satu Bah!"
"Mei rebus, pake telur satu!"
"Gue bilang apa mereka pasti kalah lagi."
Seruan anak Antraxs, untuk kesekian kalinya mereka menang melawan geng Vogas. Musuh bebuyutan yang dari dulu selalu mencari masalah saja.
"Gue pulang dulu ya," seru Gibran. "Ada yang mau ikut nggak?"
"Nggak, sayang ini kopi masih anget." jawab Reval.
"Mau kemana sih lo, buru-buru amat? nikmati kemenangan kita!" ucap Revan
Gibran menaikkan dagunya, kemudian berdiri dan melangkah menuju motornya.
"Ya elah, ketua main pergi-pergi aja ninggalin kita." seru Asep, membuat Gibran menoleh dan melemparkan tatapan tajam. "Sorry pak ketua."
Sebelum pergi Gibran menekan klakson motornya.
"Ati-ati ya pak ketua."
Sebenarnya Gibran enggan untuk pulang, apalagi harus bertemu dengan Roy (Kakaknya) entah untuk apa Roy menyuruhnya pulang.
Gibran sengaja mengendarai motornya pelan, tidak seperti biasanya ngebut-ngebutan seperti sedang dikejar polisi. Biar Roy menunggunya lama dan berharap Roy akan pulang sebelum Ia tiba di rumah.
Saat melewati depan sekolahan, Gibran tak sengaja melihat cewek yang tak asing sedang duduk di halte. Entah mengapa tanganya dengan sendiri menarik rem, hingga motornya berhenti tak jauh dari halte.
Caramel mengenali motor itu, ya itu motor salah satu anggota geng Antraxs. Ngapain dia berhenti disini? atau jangan-jangan ada kaitannya dengan tindakan Caramel tadi pagi.
Gibran membuka helem dan turun dari motornya, Caramel berdiri dari duduknya saat Gibran melangkahkan kakinya mendekati dirinya.
"Ngapain lo ketakutan gitu liat gue?" Gibran menyatukan kedua alisnya. "Ngapain masih disini, bukanya bel sekolah udah bunyi dari tadi?"
"Gue nunggu jemputan," Caramel menghela nafas untuk menghilangkan rasa takutnya. "Lo sendiri ngapain disini?"
"Bukan urusan lo!"
Dasar, tadi dia sendiri yang nanya sekarang giliran gue nanya, dia malah kaya gitu. Nyesel gue nanya sama dia.
"Gue anterin!"
Entah mengapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutnya, padahal baru tadi pagi cewek di hadapannya menghina dirinya.
Anter? apa Caramel nggak salah dengar, Gibran ingin mengantarkannya pulang. Setahu dia jarang sekali ketua geng Antraxs memboncengkan perempuan, bahkan Sandrina yang selalu mengejarnya saja tak pernah dia antar pulang.
Atau jangan-jangan ada maksud lain dari tawarannya ini? Caramel masih diam di tempatnya.
"Ngapain masih disitu? bentar lagi hujan!"
Caramel melihat keatas langit, awan hitam sudah menggumpal dan sudah siap menjatuhkan butiran-butiran air hujan. Tapi masih ada rasa takut dihatinya, bukan tanpa alasan lagi, cowok yang ada di hadapannya ini adalah ketua geng Antraxs geng yang ditakuti di sekolah ini. Tapi mau sampai kapan Ia menunggu Satria, yang dari tadi tak bisa di hubungi.
"Mau nggak? kalo nggak gue pergi!"
"I-iya," ucap Caramel terbatah-batah. "Tapi lo nggak ada maksud lain kan?"
Gibran melirik matanya tajam, membuat Caramel terdiam. Kemudian Ia nengikuti Gibran dari belakang, saat Gibran sudah duduk di jok depan. Ia menoleh kebelakang, melihat Caramel yang masih diam.
"Naik!"
Rasa canggung kembali menyelimutinya, Ia berpegangan pada jaket Gibran. Sesekali Ia juga melihat kearah sepion untuk melihat wajah Gibran. Namun, saat itu juga Gibran ternyata sedang memperhatikan Caramel.
"Ngapain lo ngeliatin gue terus?" Gibran tersenyum tipis.
"Nggak kok, PD banget lo. Owh ya, lo nggak ikut ngumpul sama geng lo?" tanya Caramel mengalihkan pembicaraan.
"Udah tadi, tapi--" Gibran menggantungkan kalimatnya, saat melihat segrombolan anak Vogas sedang mengarah kearahnya. "Pegangan!" perintah Gibran, sambil menarik tangan Caramel agar bepegangan lebih erat lagi. Ia memutarkan lagi motornya dan mengegas motor dengan kecepatan tinggi.
"Kok muter lagi sih?"
"Ada anak geng Vogas di belakang."
Caramel menoleh kebelakang dan benar segerombolan anak motor sedang mengejarnya. Caramel mulai takut, baru kali ini ia terlibat dalam kebut-kebutan.
"Gue takut." Caramel memeluk erat Gibran, kepalanya bersandar di bahu Gibran.
"Lo tenang aja, yang penting lo pegangan yang kuat!" Gibran melirikkan matanya, melihat Caramel yang benar-benar ketakutan. Matanya terpejam.
Gibran membelokkan motornya kearah kiri, di pertigaan jalan dan berhenti di sebuah gedung kosong. Anak Vogas tadi ketinggalan cukup jauh dan mungkin sekarang mereka ketinggalan jejak.
"Lo nggak papa?" tanya Gibran, Caramel masih memejamkan matanya.
Caramel menggelengkan kepalanya, kemudian Ia melepas pelukannya terhadap Gibran.
"Kita nunggu di sini dulu ya, samapi suasana aman."
Gibran mengajak Caramel turun dan duduk di bekas bangunan yang runtuh.
"Kenapa lo nggak lawan tadi?"
"Kalo gue lawan dan turun, terus siapa yang jagain lo. Anak Vogas itu licik. Gue minta maaf ya udah bikin lo takut."
Caramel tersenyum menatap Gibran, jarak wajah keduanya hanya satu jengkal saja. Mata Caramel indah, senyumnya manis. Ha apa indah? manis? nggak salah Gibran bilang seperti itu, Sandrina saja yang selalu mengejarnya nggak pernah Ia puji. Tapi dia nggak munafik memang benar mata Caramel indah.
Duar!
Suara petir mulai menggelagar di luar.
"Lo jadi nganterin gue pulang kan? ucap Caramel, yang sudah memalingkan wajahnya.
"Iya, ayo keburu hujan!"
Bersambung....
...**Terima kasih sudah mampir dan membaca🥰...
...Semoga kalian suka dengan cerita ini....
...Ketik keritikan dan saran di kolom komentar....
...🥰🥰🥰**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
sastra dendra
mmm jadi ingat masa sma deh.
2021-04-08
1
Eva Qadartunnisa
kaget pas baca dhuaar kirain gang vugas dateng.....
2021-04-01
1
Ade Yayuk
lanjut ..
2021-02-13
1