...Selamat Membaca📖...
...🎨🎨🎨...
"Makasih ya." Caramel turun dari motor milik Gibran.
Gibran mengangguk, kemudian menutup kembali helemnya.
Rintikan hujan mulai turun saat Caramel sudah mengganti seragamnya dengan kaos biasa, Ia membuka jendela kamarnya dan berdiri memandangi langit yang sudah menghitam.
"Dia udah nyampe rumah belum ya?" gumannya dalam hati.
Ah, buat apa sih dirinya memikirkan Gibran, gara-gara dia juga kan tadi dirinya hampir celaka oleh anak Vogas.
"Hayoh ngapain lo ngelamun disitu?"
"Kak Satria, lo dari mana aja sih? gue nunggu lo dari tadi di depan gerbang sekolahan!"
"Sorry, tadi ada urusan mendadak. Terus lo pulang sama siapa tadi?"
"Temen." ketus Caramel dengan mimik wajah kesal.
"Temen atau gebetan nih?" ledek Satria, membuat Caramel kesal, Ia mengambil bantal yang ada di atas kasurnya. Untuk memukul kakaknya tersebut. "PERGI SANA LO!"
Setelah satu pukulan mengenai badan Satria, Satria pergi dari kamarnya. Caramel menutup pintu kamarnya.
Biasa adek kakak, selalu berantem cuma gara-gara masalah sepel.
...🎨🎨🎨...
"Dari mana aja lo?" ucap Roy, kemudian berdiri dari sofa dan membalikkan tubuhnya menatap Gibran.
"BERANTEM LAGI! MAU JADI APA LO BERANTEM TERUS?" satu pukulan yang cukup keras mendarat di pipi kiri Gibran, sehingga mengeluarkan darah dari sisi bibirnya.
Gibran meringis mengusap bibirnya dengan jempol. "Bukan urusan lo, mau apa lo kesini?"
"Gue cuma mau bilang, lusa mama ulang tahun. Lo nggak lupa kan? gue harap lo datang kerumah, walau cuma ngucapin selamat aja!"
Gibran hanya terdiam, Ia benar-benar lupa dengan ulang tahun mamanya. Bahkan tanggal dan keberapanya juga Ia tak ingat. Gibran tersenyum miring menatap Roy. "iya."
"Baguslah, gue pegang janji lo." Roy mengambil jaket yang Ia letakkan di sofa. "Gue cuma nggak mau, ngeliat mama sedih di hari ulang tahunnya!"
Gibran masih diam ditempatnya, saat Roy pergi.
...🎨🎨🎨...
Sejak pulang mengantarkan Caramel kerumahnya. Wajah gadis itu selalu terbayang di kepalanya, dia nggak mengerti dengan isi kepalanya sekarang.
Gibran mengambil hanphone dan membuka room chat anggota inti Antraxs.
Revan
Gin beneran tadi yang gue liat ama Bram itu lo sama Caramel?
18:30
Rival
Beneran lo? Caramel anak Xll MIPA 2.
18:30
Asep
Cie bentar lagi ketua kita nggak jomblo dong!
18:31
Revan
Sumpah! mana mungkin gue salah liat tadi.
18:31
Bram
Bener yang di bilang Revan.
Mana tu ketua nggak muncul-muncul?
18:32
^^^Gibran^^^
^^^*Bacod lo semua!^^^
^^^18:32*^^^
Tok! tok! tok!
"Den,"
Gibran meletakkan handphonenya diatas nakas, kemudian membuka pintu kamarnya.
"Apa apa Bi?"
"Sudah ditunggu Bapak di meja makan."
"Ouh, ya udah. Bentar lagi Gibran turun!"
"Baik den."
Setelah Bibi kembali turun, Gibran kembali masuk ke kamarnya. Ia kembali mengambil handphonenya di atas nakas, sudah ada 50 pesan lebih dari grub. Ia sudah menebak, paling mereka hanya membahas masalah dirinya yang mengantar Caramel pulang.
Dimeja makan, hanya ada Gibran dan Arga (papanya). Suasana sangat hening, tidak ada yang mengambil alih untuk berbicara. Tapi hal ini sudah biasa Gibran alami, sejak dua tahun belakangan.
"Tadi Roy kesini?" tanya Arga, membuat Gibran mengurungkan niatnya untuk menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Iya pah,"
"Ngapain? kenapa nggak nunggu papa pulang?"
"Cuma ngasih tau, kalo lusa mama ulang tahun." ucap Gibran tanpa menoleh kearah Arga.
"Ouh,"
Mendengar kata mama, wajah Arga berubah. Mungkin Ia masih menyimpan dendam terhadap mantan Istrinya.
Gibran memilih untuk diam dan melanjutkan makannya. Setelah selesai makan, dirinya langsung kembali ke kamar.
...🎨🎨🎨...
Alana sedang menyiapkan sarapan di meja makan, Ia membuat nasi goreng untuk menu kali ini.
Satria datang dengan pakaian yang sudah rapi dan membawa tas. Dia sudah siap untuk berangkat ke kampus, hari ini dirinya harus berangkat pagi-pagi sekali.
"Kamu mau kemana?" tanya Alana heran, karna waktu masih menunjukkan pukul 06:15.
"Ke kampus Bun, bilangin ke Caramel suruh naik angkut atau taxi aja ya!" Satria mencium tangan kanan Alana. "Pamitin ke Ayah juga ya Bun. Aku pergi dulu. Daa."
Satria melambaikan tangannya.
"Hati-hati ya."
Setelah Satria hilang di balik pintu, Rendy datang dari kamarnya.
"Pagi sekali anak itu berangkatnya?"
"Nggak tau,"
Terakhir Alana meletakkan mangkuk besar berisi nasi goreng keatas meja makan. Semuanya sudah siap, tinggal menunggu anak bungsunya turun, untuk sarapan. Tapi Alana lupa belum membangunkan Caramel, buru-buru Ia naik keatas. Mengetuk pintu kamar Caramel.
"Sayang bangun! udah siang, nanti kamu terlambat lo." nada Alana meninggi, saat beberapa kali Ia mengetuk pintu, tetapi tak ada respon dari dalam.
"Iya bun," Caramel merenggangkan kedua tanganya, Ia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 06:30. "HAH? UDAH JAM SETENGAH TUJU."
Caramel langsung membuka pintu, Alana lega akhirnya anaknya bangun juga.
"Bunda kenapa nggak bangunin aku dari tadi sih."
"Kamu yang susan dibangunin, bunda udah bangunin kamu dari tadi."
"Ah," Caramel berlari mengambil handuk, kemudian menuju kamar mandi.
Pukul 06:50 Ia sudah siap, tinggal menggunakan sepatu saja. Kemudian turun menemui bundanya, Alana masih setia di meja makan.
"Pagi bun, kak Satria mana?" Caramel menyomot susu di depannya.
"Pagi sayang. Kakak kamu udah berangkat dari tadi."
"Hah? kak Satria udah berangkat? terus aku berangkat sama siapa, ayah?"
"Ayah juga udah berangkat baru saja, tadi ayah nunggu kamu, tapi kamunya lama. Terus ayah pergi."
"Hah?" Caramel melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul tuju. "Ya udah aku berangkat dulu ya bun."
...🎨🎨🎨...
Sudah lima menit lebih Caramel menunggu angkut di depan rumahnya, Ia sudah memesan taxi onlaine tatapi tidak ada yang menerimanya.
Tak lama ada angkut lewat, Ia buru-buru masuk. Dan menyuruh pak supir agar lebih cepat lagi, untungnya didalam angkut tinggal dirinya saja.
"Sabar neng, bahaya kalo ngebut!" ucap pak supir, menoleh kebelakang.
"Yah bang, bentar lagi bel berbunyi. Saya bisa telat ini." Caramel selalu melirikkan matanya ke jam ditangannya. Lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, sedangkan ini baru setengah jalan saja menuju sekolahannya.
"Bang cepetan dong, saya bisa telat gara-gara abang." ketus Caramel
"Salah eneng sendiri, ngapain berangkat sekolahnya siang kaya gini. Udah tau Jakarta macet kalo pagi."
Hih, apaan sih malah gue yang kena omel.
Caramel pasrah jika dirinya telat dan kena hukuman. Memang salah dirinya kenapa Ia bisa bangun kesiangan seperti ini.
Bersambung.....
...**Terima kasih semuanya yang sudah membaca....
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya**:)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
🐞 Dian
Gibran meresahkan nih😂
2021-02-07
1
Machan
lanjut
2021-01-24
1
Bagus Effendik
like lagi hehe
2021-01-17
0