Beberapa menit kemudian angkut yang Caramel tumpangi berhenti tepat di depan gerbang sekolahanya.
"Ini bang ongkosnya,"
"Sampai juga kan neng."
Caramel hanya mendengus kesal kepada abang supirnya. Kemudian Ia berjalan menuju depan gerbang sekolahan, sayangnya gerbang sudah ditutup sejak 10 menit yang lalu dan pak satpan juga tak berada di pos. Jadi ia tak bisa meminta untuk membukakan gerbangnya.
"Ah, sial banget sih gue hari ini!" ucap Caramel dengan sangat kesalnya, Ia memanyunkan bibir bawahnya kedepan. "Pak satpam bukak gerbangnya. Plise!"
"Lo telat juga?"
Tanya seseorang dari arah belakangnya, Caramel menoleh kesumber suara. Mulut Caramel sedikit terbuka melihat cowok dihadapannya, yang berpenampilan ambruladul.
"Gibran, ngapain lo disini?'
"Gue baru aja dateng," Gibran menghela nafasnya. "Ikut gue!"
"Kemana?"
Gibran menarik tangan Caramel paksa, tanpa mendengarkan ocehan-ocehan dari Caramel. Gibran menghentikan langkahnya, didepannya ada pohon mangga yang cukup besar dan membelah pagar sekolahan.
"Mau ngapain sih?"
"Manjat."
"Manjat?" tanya Caramel yang belum mengerti maksud Gibran.
"Kita manjat pohon ini, biar kita bisa masuk." Gibran menatap Caramel, " Gue bantu lo."
Gibran menyatukan kedua tangannya, kakinya menekuk. Kemudian menyuruh Caramel menginjak tangannya, agar bisa manjat keatas pohon.
"Cepetan naik!"
"Lo nggak modus kan?"
"Nggak, gue bakal tutup mata."
"Okey, awas aja sampai lo ngintip!"
Setelah keduanya sudah berada diatas pagar, Gibran akan turun terlebih dahulu dan akan membantu Caramel dari bawah.
Dalam hitungan ketiga Gibran menyuruh Caramel untuk lompat kebawah.
Satu.
Dua.
Tiga.
Brug.
Badan Caramel menubruk bidang datar dada Gibran, Ia menahan badan Caramel. Hingga keduanya saling tatap menatap, wajah keduanya berada sangat dekat hanya terhitung benerapa inci saja.
"Ehem."
Suara berat seseorang membuat keduanya sadar. Gibran melepaskan tangannya dari pundak Caramel dan mundur satu langkah.
"Ngapain kalian disini? berduaan dibelakang sekolah, udah tau ini jam pelajaran!" suara pak Ardi (guru BK) dengan melototkan matanya.
Caramel dan Gibran berakhir di lapangan, ini bukan pertama kalinya Gibran dihukum dilapangan. Dengan alasan berbeda-beda dari dirinya yag sering bolos saat pelajaran, merokok diarea sekolahan, berantem dan masih banyak lagi. Tapi lain dengan Caramel, baru kali ini dirinya kena hukuman.
"Kamu lagi, bapak sampai bosan ngeliat kamu terus!" pak Ardi mengalihkan pandangannya ke Caramel, yang dari tadi menunduk. "Dan kamu Caramel, tumben sekali kamu telat?"
Guru Bk ini tidak bisa bicara dengan santai sedikitpun pada siswa yang dihukumnya. Tapi itu malah membuat anak-anak nakal seperti Gibran ini senang mengerjainya.
Dulu Gibran dan Revan sangat kesal dengannya, karna dia sudah membicarakan keburukannya didepan guru lain. Gibran dan Revan melemparkan satu kantung pelastik yang berisi sampah, saat pak Ardi sedang makan dikantin sendirian. Kantung pelastik itu tepat mengenai kepala pak Ardi dan seluruh sampahnya berserakan dilantai.
Naasnya saat mereka berdua ingin kabur, mereka sudah ditangkap basah oleh guru lain. Alhasil orang tua mereka dipanggil kesekolah.
"Maaf pak, tadi saya kesiangan bangunnya."
"Terus kamu Gibran, pasti habis berantem lagi ya sama SMA sebelah?"
"Sotoy banget sih pak. Tadi motor saya mogok, terpaksa saya bawa ke bengkel. Kalo bapak nggak percaya, bapak bisa datengin sendiri bengkelnya." nada Gibran sedikit nyolot. Tapi guru Bk ini terlihat biasa saja, karna dia sudah biasa dengan sifat Gibran yang seperti ini.
"Berdiri disini sampai bel pelajaran berikutnya berbunyi!" kalimat terakhir yang terlontar dari pak Ardi, kemudian Ia pergi meninggalkan kedua murid yang Ia hukum berdiri sambil hormat didepan tiang bendera.
Bel pelajaran berikutnya masih satu jam lagi. Sedangkan matahari sudah bersinar terik dan membakar kulit.
15 menit.
30 menit.
Baru 30 menit mereka berdiri didepan tiang bendera. Caramel sudah merasa pusing, mungkin gara-gara perutnya yang belum Ia isi dari tadi.
"Lo nggak papa?" tanya Gibran, saat merasakan bahwa dari tadi Caramel selalu menunduk.
Caramel menggelengkan kepalanya. "Nggak,"
Wajahnya mulai pucat, matanya mulai berkabut, kakinya sudah tak tahan lagi menopang tubuhnya lagi. Caramel ambruk, namun dirinya masih sedikit sadar. Tubuhnya tidak mengenai bawah, Gibran dengan sigap menangkap tubuh Caramel dan langsung membawanya ke-UKS.
Sayangnya tidak ada guru yang jaga disini, Gibran mengambil minyak kayu putih, lalu menghirupkan ke hidung Caramel. Tak lama Caramel sadar dari pingsannya.
Gibran membantu Caramel untuk duduk.
"Ini diminum dulu!" Gibran memberikan teh hangat yang sudah Ia pesan tadi.
"Makasih,"
Gibran membantu Caramel untuk minum.
"Lo kenapa sih?"
"Nggak pa-pa kok, pusing aja tadi."
"Ya udah lo istirahat aja dulu." Gibran duduk dikursi.
"Lo nggak masuk ke kelas?"
"Entar aja, setelah pergantian pelajaran."
Sebenarnya Caramel cukup risih atau lebih tepatnya Ia merasa canggung, saat Gibran berada disini. Ia berharap ada guru yang masuk keruangan ini, biar bisa menyuruh Gibran untuk pergi.
Dari tadi Gibran selalu menatap Caramel, dengan wajah datarnya. Dirinya merasa khawatir, kenapa tiba-tiba tadi Caramel bisa pingsan?
"Lo beneran nggak pa-pa?" Gibran memastikan keadaan Caramel kembali.
"Tadi si sebenarnya, perut aku sedikit mual. Mungkin karna dari pagi aku belum sarapan aja. Gara-gara aku buru-buru." jelas Caramel, tanpa menoleh kearah Gibran.
"Ouh,"
Caramel mengerutkan keningnya, saat jawaban Gibran cuma "ouh" itu aja? ah emang mau menjawan apalagi, apakah dia berharap agar Gibran akan memperhatikannya setelah ini. Tidak mungkin dan mungkin sekarang dirinya ada disini, itu karna Ia malas saja untuk mengikuti pelajaran.
Tet! tet! tet!
Suara bel berbunyi, Gibran beranjak dari duduknya. Kemudian mengambil tas dan jaketnya yang Ia letakkan diatas ranjang satunya lagi.
"Gue cari guru dulu, buat jagai lo disini."
Caramel mengangguk.
...🎨🎨🎨...
Jam istirahat sudah berbunyi, Jihan, Putri dan Naura, pergi ke-Uks untuk menjenguk Caramel.
"Lo kok bisa ada disini si?"
"Lo nggak pa-pa?"
"Gimana keadaan lo sekarang, udah baikan?"
Pertanyaan ketiga temanya yang secara berturut-turut membuat kepala Caramel makin pusing.
"Gue nggak pa-pa kok. Ke kantin yuk!"
"Ra, ini buat lo." ucap Bram, sambil memberikan satu mangkuk mie ayam kepada Caramel.
"Buat gue, dari siapa?"
"Gibran, ya udah gue pergi dulu ya."
Setelah Bram hilang dibalik pintu. Ketiga temannya ini menatap Caramel penuh tanya.
"Gibran, kok Gibran bisa tau lo ada disini?"
Bersambung.....
...Makasih semuanya:)...
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Machan
next up
2021-01-24
1
Mei Shin Manalu
Like laggiii ❤️
2021-01-04
1
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
hadir bawa like untukmu.
# mengejar cinta Alana
# ketika status ku dipertanyakan
2021-01-02
1