...Selamat Membaca📖...
...🎨🎨🎨...
Jam pelajaran Miss. Rara, guru bahasa inggris sedang kosong. Namun guru itu tidak lupa memberika tugas, yang di bilang cukup banyak. Kalo seperti ini lebih baik, pelajaran seperti biasa saja.
"Tadi mereka berantem sama siapa ya?" tanya Putri, yang dimaksud adalah anggota Antraxs tentunya.
"Semalem si kata Revan, mereka berantem sama SMA sebelah."
Naura menoleh ke belakang, ya sekarang dia sedang duduk dengan Caramel. "SMA Pelita?"
"Heem," Jihan berdehem
Caramel mengingat kejadian tadi malam, apakah alasan Gibran menyuruhnya pulang karna mereka ingin tawuran? pikiran Caramel sekarang tidak jelas. Jangan tanya, dia sendiri saja tidak tau apa yang sekarang dia rasakan.
Caramel menyenderkan kepalanya di tangan kiri, sedangkan tangan kanannya sedang mencoret-coret buku bagian belakang.
"Mel,"
"Hah? ada apa?" Caramel menoleh kebelakang.
"Lo kenapa si, nggak fokus gitu?"
"Nggak kok, gue ngantuk aja." Caramel berpura-pura menguap. "Terus lo nggak marah gitu sama Revan?"
Jihan mengusap keningnya. "Gue udah bilangin sama dia, tapi gimana lagi Revan orangnya nggak bisa dilarang."
"Lo tu harusnya lebih tegas lagi, kalo perlu lo ancem dia pu-tus!" ucap Putri dengan lincah.
Jihan menoleh kearah Putri. "Nggak lah, nanti kalo Revan mutusin gue beneran gimana?!"
"Itu ma derita lo." jahat banget neng sama temennya sendiri....
Naura menggelengkan kepalanya, kemudian fokus lagi dengan tugas yang di berikan Miss Rara. Ini salah satu alasan mengapa dia ingin bertukar bangku dengan Jihan, karna kalo dengan Putri pasti nggak bisa fokus, cewek itu pasti akan mengajaknya bicara teru menerus.
...🎨🎨🎨...
Naura
Lo udah pulang Mel?
Putri
Gue udah pulang kok")
Jihan
Nggak nanya lo, begok-_
Putri
Sekilas info
^^^Caramel^^^
^^^^^^Gue masih di fotocopy nih^^^^^^
Naura
Belum kelar apa? lama banget!
^^^Caramel^^^
^^^Udah ah, batu gue lobet nih.^^^
^^^Lagian lo semua nggak ada yang bantu gue, kan ini tugas kita:(^^^
Caramel kembali meletakkan ponselnya kedalam tas, masih nunggu beberapa antrian lagi. Ah ini sungguh membosankan baginya, udah panas, mau beli minum duit tipis. Ponsel batrainya lobet lagi, sial banget si hari ini. Harusnya dia bersama Jihan tadi, namun Jihan sudah ada janji dengan Revan untuk pulang barng. Terpaksa dia harus ngeprint tugas sendirian, Naura dan Putri tadi juga sudah dijemput.
...🎨🎨🎨...
"Kemana si, Jordan? nggak jadi dateng dia?"
"Malu kali sama kekalahannya tadi malem."
"Kita tunggu aja bentar lagi, kalo nggak dateng kita cabut aja!"
Mereka sudah ada janji dengan geng Vogas di warjok abah, jangan tanya untuk apa geng Vogas mengajaknya bertemu. Yang penting bukan buat reuni. Tak lama suara motor terdengar dari kejauhan.
"Tu dia orang nya."
"Gib, lo tahan emosi lo!" ucap Reval menepuk pundak Gibran.
Gibran melepaskan tangan Reval, kemudian maju menghampiri segrombolan anak yang masih duduk diatas motor. Jordan turun dan membuka helemnya.
"Mau apa lagi kalian kesini? mau nyari kekalahan lagi?!"
"Pertanyaan lo salah, gue kesini akan ngalahin lo semua."
Mata Gibran tertuju pada seseorang yang baru saja membuka helemnya, dia Hugo. Mantan ketua Vogas satu tahun yang lalu.
"Ouh, lo ngadu sama senior lo. Biar apa? biar dia mau bantu lo buat ngalahin kita, lo udah nggak sanggup ya?"
"Dasar mental kerupuk," ucapan Asep membuat semua anggota Antraxs tertawa.
"Lo ngehina gue," tanpa berfikir panjang Jordan langsung menendang perut Gibran, hingga Gibran terpental kebelakang.
Pada detik itu pula, Gibran berdiri dan memukul rahang Jordan hingga sudut bibirnya berdarah. Pertempuran antara Antraxs dan Vogas terjadi.
Sebuah tendangan keras terjadi pada punggung Gibran, dia berbalik dan mendapati Hugo. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan Jordan langsung menendang kaki Gibran, dari arah belakang Revan langsung menyeret Jordan dengan sekuat tenaga. Dia menghajar Jordan tanpa jeda.
Gibran akui Hago memang lebih kuat darinya, sampai dia sendiri kualahan. Terakhir Hugo membenturkan kepala Gibran ke tembok bekas rumah kosong, hingga terdapat memaran di keningnya. Gibran langsung menendang perut Hugo dan melepaskan tangannya. Dia melihat Jordan sudah kalah di tangan Revan.
"WOY, BERHENTI!"
"JANGAN BUAT KERIBUTAN DISINI!"
"SAYA LAPORKAN KEPOLISI KALIAN SEMUA!"
Teriakan dari warga dan pak Rt berhasil membuat keributan berakhir, anggota Vogas langsung menaiki motornya masing-masing dan pergi meninggalkan area ini. Sedangkan motor anak Antraxs berada di warjok.
"LARI WOY!" perintah Gibran
Semuanya berpencar, ada yang berlari menuju area sekolah ada yang menuju gang kecil.
...🎨🎨🎨...
"Ini uangnya ya mas." Caramel memberikan tiga lembar uang sepuluh ribuan kepada pemilik fotocopy.
Langkah Caramel terhenti saat melihat cowok yang sedang berlari menuju kearahnya, dengan pakaian yang berantakan.
"Lo?"
"Diem lo, ikut gue!"
Gibran menarik tangan Caramel, mereka berhenti di bangunan kosong yang waktu itu tempat mereka mengumpat dari anggota Vogas.
"Lo ngapain si narik-narik tangan gue? lepas!"
Gibran melepaskan tangan Caramel. "Sorry, gue takut lo ngasih tau kewarga."
"Ke warga?" Caramel memperhatikan wajah Gibran yang dipenuhi dengan lebam dan beraliran darah dibeberapa sudut. Dia tau maksud dari cowok ini sekarang. "Lo habis berantem ya?"
"Coba gue liat jidat lo." Caramel menghelai rambut Gibran yang menutupi keningnya. "Sakit ya?"
"Udah tau nanya lagi." Gibran meringis, memegang sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan dari Jordan.
"Itu ma salah lo sendiri. Ngapain sok-sokan berantem?! Caramel membuka tasnya dan mengambil tisu dan botol minum.
"Sini gue bersihin luka lo!"
Caramel membersihkan darah dengan tisu, terkadang ia juga membasahi tisunya dengan air minum.
"Au, sakit."
"Udah diem!"
Gibran memandang wajah Caramel, jarak wajah mereka hanya satu jengkal saja. Mukanya kalo lagi serius cantik juga, gumannya dalam hati.
Caramel baru sadar jika wajahnya terlalu dekat dengan wajah Gibran, ah mulai deh detak jantungnya tak bisa di kendalikan. Cepat-cepat Caramel menjauhkan wajahnya dan pandangannya dari wajah Gibran.
"Udah, jangan lupa nati di kompers pakai air dingin."
"Makasih ya."
"Oh ya," Caramel merogoh saku bajunya, mendapatkan satu hansaplast bermotif hewan yang dia beli kemarin dikantin. Untung masih ada.
Caramel membuka hansaplast nya dan memasangkannya di kening Gibran.
"Ya udah gue pulang dulu ya." ucap Caramel setelah selesai memasang hansaplast di kening Gibran.
Gibran menahan tangan Caramel, "Gue anter ya."
Caramel menoleh kebelakang. "Nggak usah, lebih baik lo langsung pulang aja."
"Tanda terima kasih gue, karna lo udah nolongin gue."
Caramel menghela nafas, kemudian mengangguk.
Gibran mengambil ponselnya dan menelfon Revan.
"Lo dimana?"
"Di rumah Bram,"
"Bawa dua motor ke gedung kosong deket sekolah, sekarang!"
"Baik bos!"
Caramel duduk di sebelah Gibran. Untuk menghilangkan rasa canggung, akhirnya Caramel berbicara.
"Lo kenapa si berantem? terus apa yang lo dapet dari itu semua?"
"Nggak ada si,"
"Sekarang gue tau kenapa lo sama nyokap lo bisa jauh. Karna lo nggak bisa ngendaliin emosi lo, lo selalu terpaut sama kejadian di masa lalu.....gue harap lo bisa berubah."
Gibran hanya menatap wajah Caramel, yang diucapkan gadis ini memang ada benarnya.
Tin! tin!
Suara klalson dari luar gedung, Gibran dan Caramel langsung keluar.
Bersambung...
...Maaf ceritanya kurang seru, karna Author lagi males mikir sama nulis☺️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Puan Harahap
pria idola hadir thor
2021-04-06
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like
2021-02-12
1
DeputiG_Rahma
aku hadir....
dari beberapa hari baru muncul 😭😭😭
2021-01-03
1