Toni Yang Emosi

Herman mencoba menjelaskan kepada Toni yang masih emosi.

“Saudara jangan salah sangka. Kami hanya melakukan pemeriksaan biasa. Kami punya wewenang untuk memeriksa siapa pun yang berkaitan dengan suatu kasus!” tegas Herman.

“Kasus apa? Lagi pula mana surat ijinnya kalau mau memeriksa saya?”

“Kami sudah membawa surat ijin. Kami juga sudah mendapat rekomendasi dari pimpinan di kantor ini. Jadi saudara tak perlu mempertanyakan. Sekarang jawab saja pertanyaan dari kami. Saudara boleh membantah atau bilang tidak tahu, asal itu dikatakan dengan jujur. Sebab, jika keterangan saudara nanti bohong, maka ada konsekuensi hukum tersendiri. Keterangan saudara akan dicatat rapi. Saudara mengerti?”

Sejenak Toni terdiam. Wajahnya tampak tegang. Tapi sejurus kemudian dia mengangguk.

“Baiklah. Tapi sebelumnya saya ingin tahu, kasus apa ini?”

“Ini adalah kasus yang dialami saudari Melani, rekan kerja saudara di kantor ini. Dia melaporkan kalau ada seseorang meneror dan mengancam keselamatan jiwanya. Dia pernah diikuti seseorang waktu pulang dari kerja, dia juga sering diteror lewat telepon. Perbuatan yang dilakukan orang itu bisa dikategorikan sebagai tindak pidana kriminal, karena mengancam dengan sengaja keselamatan jiwa manusia dan ini bisa dikenai sanksi hukum,” jelas Herman.

“Jadi, karena itu saya diperiksa? Rupanya dia menuduh saya yang telah menerornya. Mentang-mentang saya menyukainya dan sering mengejarnya. Oh, itu sungguh keterlaluan. Ini sama artinya dengan fitnah! Dia ingin menjatuhkan nama baik saya! Saya tidak bisa terima!” ujar Toni jadi emosional.

“Saudara tak perlu merasa difitnah. Ini hanya prosedur biasa yang kami lakukan untuk mengungkap sang pelaku. Sebab, bukan hanya saudara saja yang kami periksa, tapi juga yang lain. Jika saudara memang bukan pelakunya dan tidak bersalah, tentu kami akan melepaskan saudara. Jadi berikanlah keterangan yang sebenarnya dan sejujurnya. Bersikaplah kooperatif! Mengerti?!”

Toni mendesah panjang sambil menggeretakkan gerahamnya. Sepertinya dia merasa agak kesal.

“Baiklah. Silahkan tanyakan apa saja kepada saya!” ujarnya dengan nada menantang.

Herman dan Budi saling pandang sejenak. Mereka merasa kecut menghadapi orang keras kepala dan kaku seperti Toni. Tapi mereka menepis ketidaksukaan mereka. Sikap Toni justru mengindikasikan adanya sesuatu yang disembunyikan laki-laki itu. Mereka lalu menanyakan beberapa hal pada Toni, terutama keberadaannya pada hari Selasa beberapa malam lalu. Tepatnya dari jam enam hingga delapan malam. Juga tentang hubungan Toni dengan Melani. Apa saja yang telah dilakukannya di dalam kantor dan di luar.

Dengan lancar Toni menjawab semua pertanyaan polisi. Dengan cermat polisi mencatat semua pengakuan Toni. Selesai pemeriksaan Toni kembali ke ruangannya. Tapi sebelum pergi laki-laki itu berkata pada polisi. “Jika kalian menganggap saya adalah orang yang meneror Melani, maka hal itu tak perlu saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Saya memang mencintai dia, tapi bukan begini cara saya untuk mendapatkannya!”

Herman dan Budi saling pandang. Mereka hanya mengangkat bahu. Di mata mereka Toni seperti orang gila yang sedang dimabuk cinta. Laki-laki itu tak malu mengakui perasaan hatinya pada Melani. Tapi ungkapan jujur Toni itu  justru memunculkan keraguan pada diri mereka. Tonikah pelakunya?

Selanjutnya mereka memeriksa yang lainnya. Dua petugas security yang bertugas malam itu diperiksa secara bersama-sama. Keduanya mengungkapkan alibi yang cukup kuat. Pada malam kejadian mereka memang melihat Melani yang keluar sendirian dari ruangan kantor. Mereka mengaku tidak masuk ke dalam ruang kantor antara jam enam hingga tujuh malam. Mereka sendiri tiba di kantor itu sekitar jam setengah tujuh menggantikan shift rekan mereka yang berjaga sebelumnya.

Biasanya mereka akan mengecek ruangan dalam kantor setelah jam tujuh malam. Mereka akan mengecek apakah masih ada karyawan yang lembur. Mereka akan mengunci setiap ruangan dalam gedung bila sudah tidak ada aktivitas di dalamnya. Mereka lalu menyebutkan beberapa karyawan yang saat itu pulang akhir karena sedang lembur. Diantara karyawan yang pulang akhir adalah Frans dan Rico.

Tapi ada fakta lain yang sempat diungkapkan oleh dua petugas security itu, yakni sekitar jam tujuh seperempat ada sebuah mobil sedan melintas di depan gedung kantor. Padahal setahu mereka semua karyawan sudah pada pulang, termasuk Melani. Frans dan Rico yang membawa mobil sendiri juga sudah pulang. Sayang, mereka tak sempat melihat siapa pengendaranya. Mereka juga tak sempat mencatat nomer polisi mobil tersebut, karena mengira mobil itu milik salah satu karyawan. Yang mereka ingat, bodi mobil sedan itu berwarna hitam. Petugas mencatat baik-baik keterangan dua petugas security.

Mereka lalu memeriksa Frans. Laki-laki bujangan berwajah indo dan berpenampilan necis itu dengan tenang menjawab semua pertanyaan polisi.

“Ya. Hari itu saya memang pulang agak malam. Sekitar jam setengah tujuh saya melihat Melani masih berada di ruangannya. Karena dia begitu sibuk saya tak sempat menyapanya. Saya tak mau mengganggu kerjanya. Saya langsung menuju ke tempat parkir dan kemudian pulang,” tutur Frans memberikan keterangan.

“Apakah ada yang melihat saudara pulang malam itu?” tanya Herman.

“Ya, ada. Samto dan Yadi, dua petugas security yang berjaga di depan. Bahkan saya sempat ngobrol dengan mereka sebentar.”

“Kami tadi sudah mengecek hal itu dari mereka. Tapi selain mereka, siapa lagi yang melihat kepulangan saudara?”

Sejenak Frans tercenung. “Kayaknya tidak ada…,” ucapnya sedikit ragu.

“Saudara tidak melihat sedan warna hitam di tempat parkir?”

“Tidak! Saya hanya melihat mobil kijangnya Rico…”

“Jadi setelah ngobrol dengan petugas security saudara langsung pulang?”

“Ya!”

Herman mengangguk-angguk. Ia menoleh sejenak pada Budi, setelah itu kembali pada Frans.

“Menurut saudari Melani, dia pernah berpapasan dengan saudara saat malam sebelumnya dia dikuntit seseorang. Saudara yang kemudian mengantarnya pulang. Benarkah itu?” tanyanya kemudian.

“Ya, benar. Dia mengaku diikuti seseorang, tapi saya tak melihat ada orang yang dimaksud Melani. Dia lalu saya antar pulang.”

“Apa bukan saudara sendiri yang mengikutinya?”

“Saya tidak pernah berpikiran untuk mengikuti seorang perempuan seperti Melani. Kalau pun saya mengikutinya untuk apa saya muncul di hadapannya. Saya tidak pernah punya keinginan untuk memiliki Melani ataupun menyukainya. Saya sudah punya kekasih!”

Ketegasan Frans menjawab setiap pertanyaan menghapuskan kesangsian dalam hati dua petugas polisi itu. Mereka lalu mengakhiri pemeriksaan padanya. Selanjutnya mereka memanggil Rico. Laki-laki cukup tampan namun sangat pendiam itu tampak agak gugup dan salah tingkah saat hendak diperiksa. Sikapnya sedikit gelisah.

“Saudara Rico, benarkah pada hari Selasa malam lalu saudara pulang agak malam?” tanya Herman langsung pada persoalan.

“E… iya benar, Pak,” jawabnya kikuk.

“Kira-kira jam berapa saudara keluar dari kantor?”

“Se… sekitar jam tujuh malam. Soalnya saya tidak melihat jam.”

“Saudara tampak gugup? Apakah ada sesuatu yang menakutkan saudara?”

“Tidak, Pak! Saya baik-baik saya!” Rico mengatur duduknya. Wajahnya terlihat sedikit berkeringat.

Herman menatapnya seksama. “Pada waktu pulang, siapa saja orang yang masih ada di dalam kantor selain saudara?”

“Saya tidak tahu, Pak. Saya punya ruangan sendiri yang tidak berhubungan dengan ruang kerja karyawan lain, kecuali ruang sekretaris. Jadi, begitu selesai saya langsung menuju keluar…”

“Saudara tidak melihat ada orang atau mendengar suara seseorang di ruangan lain? Atau mungkin melihat seseorang di koridor?”

“Tidak, Pak. Kami… e, maksud saya…”

“Sebentar, saudara tadi bilang kami. Berarti saat itu saudara tidak sendirian saja?” potong Herman curiga.

“Tidak, Pak. Maksud saya…” Rico jadi bingung dan gugup sendiri.

Sejenak Rico berpikir keras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!