Fakta Baru

Deni menghela nafas sejenak, sebelum kemudian menjawab.

“Tidak, Pak. Saya tidak melihat ada orang lain lagi. Tapi… sebelum sampai di kantor itu saya sempat melihat Toni sedang berada di pinggir jalan bersama motornya. Saya tidak tahu, sedang apa dia di situ,” kata Deni kemudian mengungkapkan fakta lain.

“Toni….?” Herman mengerutkan kedua alisnya.

“Ya, rekan kerja Diah dan Melani.”

“Anda kenal dengannya?”

“Tentu saja. Dia pernah satu kampus dengan saya waktu kuliah.”

Herman terdiam sebentar. Wajahnya tampak serius. Dia lalu kembali bicara pada Deni. “Toni bilang dia pulang sekitar jam setengah tujuh. Berarti saudara datang ke kantor itu bersamaan dengan pulangnya Toni. Tapi petugas security mengatakan melihat mobil saudara sekitar jam tujuh lebih seperempat. Mana yang benar?”

Sikap Deni mulai tidak tenang, ekspresi wajahnya sedikit berubah.

“E, saya memang datang ke kantor itu sekitar jam tujuh lebih dan saya yakin melihat Toni berada di pinggir jalan tak jauh dari kantornya pada jam itu juga! Kalau memang Toni pulang jam setengah tujuh, berarti ada sesuatu yang telah dilakukannya,” ujarnya bernada mencurigai Toni.

Dua orang petugas polisi itu saling pandang dan mengangguk-angguk.

“Berarti Toni telah berbohong pada kita?” cetus Budi kepada Herman.

“Kita harus korek lagi keterangan pada Toni!” Herman menanggapi ucapan rekannya itu dengan tegas.

“Dari mula aku sudah curiga dia orangnya!”

Diah dan Melani saling pandang. Ucapan kedua petugas polisi itu memberikan pemahaman bahwa Tonilah orang yang memang patut dicurigai. Gerak-gerik Toni selama ini menunjukkan dirinya punya obsesi ingin mendapatkan Melani. Mungkin karena pernah ditolak Melani, sehingga timbul dendam dalam hatinya dan kemudian melakukan tindakan tidak terpuji itu. Dia ingin menghancurkan hidup Melani dan merusak nama baiknya. Jika benar kesimpulan ini, sungguh hati Melani sangat gerah dan gusar. Dia jadi benci sekali pada Toni!

“Kalau benar Toni orangnya, dia harus dihukum dengan seberat-beratnya, Pak!” ujar Diah dengan nada geram seolah mewakili hati Melani.

“Itu tergantung bukti kejahatan yang didapat nanti,” sahut Herman.

Setelah keterangan dari Deni sudah dianggap cukup, kedua polisi itu lalu berpamitan pulang.

“Sebentar, Pak. Apakah Toni tidak perlu diperiksa lagi?” ujar Diah menahan kedua polisi itu sebentar.

“Kami akan memeriksanya lagi besok. Kami harus kembali ke kantor, karena kami masih ada tugas lain yang harus dikerjakan,” jawab Herman.

“Tapi, Pak…?” Melani ingin bicara, tapi segera dipotong Herman.

“Anda tak perlu khawatir. Kami pasti akan memeriksa Toni. Sekarang kami permisi dulu!”

Kedua polisi berpakaian preman itu kemudian melangkah pergi. Setelah bayangan mereka hilang di balik pintu, Melani menghela napas panjang. Sepertinya masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Dia tersadar dari lamunan ketika ada sebuah tangan mendarat di pundaknya dari belakang. Melani menoleh. Ternyata Deni yang telah menepuknya.

“Sudahlah, Mel. Kamu tak perlu kecewa. Polisi pasti dapat menangkap pelakunya!” ujar Deni seolah ingin meyakinkan.

Melani menatap Deni seksama. Mata Deni yang teduh terasa menentramkan hatinya. Ah, andai saja aku bisa melihat sedikit saja wajah si pemerkosa itu, tentu tak perlu harus bersusah payah begini memeriksa setiap orang! Batin Melani kelu. Dia tak mengira proses pemeriksaan terhadap kasusnya jadi berbelit-belit. Dia jadi pesimis pelakunya bisa tertangkap. Meski Toni ditengarai sebagai pelakunya, tapi kalau tidak ada saksi yang kuat, bagaimana dia bisa ditahan? Toni tentu juga tak akan membiarkan dirinya didakwa sebagai pemerkosa!

Polisi ternyata tidak bisa langsung menuduh Toni sebagai pelakunya. Laki-laki muda itu punya alibi kuat. Pengakuan Deni yang melihat Toni berada di pinggir jalan pada malam itu dijawab Toni dengan tegas. Saat itu ban motornya bocor. Dia hendak mencegat mobil yang lewat. Dan kebetulan dia bertemu dengan salah seorang rekannya yang bernama Rudi. Ketika keterangan Toni ini dikonfrontasikan dengan Rudi, ternyata memang benar. Toni tidak berbohong. Jadi tidak ada alasan menuduh Toni sebagai pelakunya. Ketika Melani diberitahu tentang hasil pemeriksaan ini dia jadi kecewa.

Tapi Melani mencoba memberikan bukti lain, yakni kiriman SMS dari penelepon gelap. Kiriman SMS ini mungkin bisa dilacak dari operator seluler mana, meski nomernya dirahasiakan. Tapi hal itu tidak serta merta bisa dilakukan. Polisi mesti menyerahkan bukti itu ke pakar telekomunikasi untuk diteliti lebih lanjut. Untuk lebih memudahkan polisi berniat mengambil ponsel Toni dan memeriksa apakah masih tersimpan SMS sama yang dikirim ke Melani. Polisi juga akan memeriksa barang-barang pribadi Toni lainnya. Tapi Toni menolak tindakan ini, sebab menganggap sudah melanggar privacy. Bahkan Toni mengancam akan melakukan tuntutan balik kepada pihak polisi.

Sikap Toni yang tidak ingin barang-barang pribadinya digeledah polisi menimbulkan ketegangan di ruangan kantor. Hal ini juga menarik perhatian karyawan lain. Beberapa karyawan mendukung sikap Toni, tapi sebagian ada pula yang meminta Toni untuk bersikap kooperatif pada polisi. Akhirnya, polisi memutuskan menyudahi pemeriksaan dan kembali ke kantor. Ketika kedua polisi itu sudah pergi, Toni tak bisa menguasai emosi. Dia bergegas menghampiri Melani di mejanya dan menudingkan telunjuknya ke arah wanita itu. Wajahnya tampak meradang diliputi kegusaran.

“Hai, gadis angkuh! Rupanya begini cara kamu mengindar dari aku? Seenaknya kamu mengundang polisi untuk mengacak-acak barang pribadi orang. Kamu ingin menjatuhkan namaku dan merusak reputasiku di sini? Kamu pikir kamu ini siapa? Mentang-mentang jadi orang kepercayaan Pak Tejo, seenaknya saja kamu merendahkan orang. Kalau kamu memang tidak suka padaku, bilang saja terus terang. Jangan pakai cara membohongi polisi seolah-olah kamu diteror seseorang. Aku tahu, ini hanya cara kotormu agar bisa mengeluarkan aku dari kantor ini. Iya, kan?” geram Toni emosional.

Melani tertunduk sambil menangis tersedu-sedu. Hatinya tertusuk perih oleh ucapan Toni yang sangat tajam. Melihat sahabatnya menangis, Diah tidak terima. Dia segera maju membela sahabatnya.

“Jaga mulut kamu, Ton! Apa yang kamu katakana itu tidak benar sama sekali. Melani tidak pernah berpikiran ingin menyingkirkan kamu. Dia memang sedang diteror seseorang. Dan orang itu ditengarai ada di dalam kantor. Kalau kamu merasa tidak bersalah seharusnya kamu mau membantu kerja polisi. Tindakan kamu menolak untuk diperiksa menunjukkan bahwa kamulah orangnya!” tukas Diah sengit.

“Hei, gadis reseh! Kamu tak perlu ikut campur urusan ini. Masalah ini antara aku dan Melani!” Toni melotot pada Diah.

“Bagaimana aku bisa membiarkan sahabatku diperlakukan semena-mena? Keselamatan jiwa Melani terancam karena teror seorang maniak yang berjiwa pengecut. Apakah kita akan membiarkannya begitu saja? Bagaimana kalau hal itu terjadi pada kita? Apakah kita juga akan diam saja?”

“Tapi itu bukan berarti harus memfitnah teman sendiri!” sergah Tuti menyela pembicaraan mereka.

“Apa maksudmu, Mbak?” tanya Diah menatap seniornya tajam.

“Ya! Dengan melakukan pemeriksaan terhadap semua orang di sini, bahkan sampai harus menggeledah barang-barang pribadi, bukankah itu secara tidak langsung menuduh kita sebagai pelakunya? Itu sama juga dengan fitnah. Kalau memang Melani merasa dirinya diteror dan terancam jiwanya oleh seseorang, jangan langsung menyalahkan orang lain. Coba lihat diri sendiri, jangan-jangan kesalahan itu datang dari diri Melani. Sikap angkuh dan sombongnya itu yang memancing antipati orang. Mungkin saja Melani telah menyakiti hati orang lain. Jadi wajar kalau orang itu menaruh dendam. Dan lagi orang itu bisa berasal dari luar. Mungkin dari teman-temannya sendiri!” ujar Tuti sambil mendengus.

Terpopuler

Comments

Heppy Margiyanto

Heppy Margiyanto

setuju mbk tuti. melani ma bodoh sekali

2022-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!