Diperkosa Orang Tak Dikenal

Siang itu Pak Tejo menelepon Melani yang masih ada di kantor.

“Hari ini aku ada acara meeting di luar, Mel. Tolong kamu selesaikan berkas-berkas yang aku berikan tadi pagi. Besok sudah harus kelar karena mau dibawa dalam rapat dewan direksi!” perintah Pak Tejo melalui saluran telepon.

“Baik, Pak!” sahut Melani mantap.

Melani segera menggarap tugas yang diperintahkan atasannya. Hingga menjelang maghrib tugas itu masih belum kelar. Melani terpaksa lembur malam ini. Ketika rekan-rekannya sudah pada pulang, Melani masih suntuk di depan layar computer. Diah yang sudah bersiap pulang menghampiri mejanya.

“Kamu tidak ikut pulang, Mel?” ujar Diah yang sudah merapikan mejanya.

“Aku harus lembur, Di. Kamu pulang saja dulu,” balas Melani.

“Kamu tidak takut pulang malam lagi? Ingat peristiwa tempo hari, Mel!” Diah memperingatkan.

“Aku tidak takut lagi, Di. Kemarin mungkin hanya insidentil saja kok. Hari kamis kemarin aku pernah pulang malam, tapi tidak ada apa-apa. Kamu tak perlu cemas,” tukas Melani meyakinkan.

“Tapi, Mel…?”

“Sudahlah, Di, jangan buat aku tidak konsentrasi mengerjakan tugas-tugas ini. Oke?”

“Baiklah. Kalau begitu nanti aku akan suruh Deni menjemputmu. Kira-kira jam berapa kamu selesai?”

“Tidak usah, Di. Aku bisa naik taksi kok. Aku tak mau merepotkan orang lain. Lagian Deni pasti juga sudah capek kerja seharian. Kasihan dia!”

Diah mengangkat bahunya. Karena Melani tetap bersikeras mau pulang sendiri, dia tak bisa berbuat apa-apa. Diah lalu melangkah pergi, tapi sebelum itu dia berpesan agar Melani berhati-hati dan waspada. Melani hanya mengangguk. Dia lalu kembali menekuni layar komputernya.

Ruangan itu seketika berubah senyap begitu semua pegawai pulang. Tinggal Melani yang masih sibuk memainkan jari jemarinya di atas tuts keyboard. Pandangan matanya tak lepas dari layar computer. Meski rasa lelah dan kantuk menggayutinya, namun Melani berusaha untuk terus mengerjakan tugasnya. Secangkir kopi panas menemaninya. Tepat jam tujuh malam dia sudah menyelesaikan tugasnya. Melani segera mematikan komputer dan beranjak dari tempatnya. Dia melangkah keluar dari ruangan kerja.

Sebelum pulang Melani menyempatkan ke toilet untuk berbenah. Melani tidak merasakan sesuatu yang ganjil dan mencurigakan saat memasuki kamar kecil. Bahkan ketika ada suara langkah kaki mengendap-endap memasuki ruangan toilet. Tiba-tiba saja lampu ruangan toilet padam. Melani terpekik kaget. Dia hendak beranjak keluar, tapi sekonyong-konyong ada tangan mendorong tubuhnya dengan kasar. Sebelum dia sempat berteriak, tangan kekar itu membekap mulutnya dan menekan tubuhnya ke dinding.

Ketegangan dan ketakutan bercampur aduk dalam dada Melani. Hatinya dicekam kengerian. Jantungnya berdebar kencang seakan hendak meledak. Melani meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari cengkeraman orang itu, namun kekuatan orang itu begitu besar dan sulit dilawan. Melani juga tak begitu jelas melihat wajah orang itu karena suasana dalam ruangan gelap gulita.

“Ebb… eb…!” Hanya itu suara yang bisa keluar dari mulut Melani.

“Jangan coba berteriak! Berani berteriak, aku tak segan membunuhmu!” desis orang misterius itu dengan suara berat penuh ancaman.

Melani hanya bisa menangis dan merintih pilu. Batinnya seperti tercabik-cabik sembilu amat tajam saat laki-laki ******** itu mulai melepaskan baju dan roknya. Rasa panik, takut, cemas, dan tegang berbaur menjadi satu. Bayang-bayang kengerian melekat di matanya. Melani tak sanggup melawan kekuatan iblis yang sedang merasuki jiwa laki-laki itu. Dengan sangat beringas dan bernafsu laki-laki itu berusaha merenggut kegadisannya. Melani hanya bisa merintih perih dan menggelepar tak berdaya seperti ikan di atas penggorengan. Ada kepedihan dan luka yang sulit dilukiskan oleh kata-kata saat rasa sakit itu merobek bagian vital tubuhnya. Bahkan karena tak kuasa menahan sakitnya, akhirnya dia jatuh pingsan.

Melani tak tahu, berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Ketika dia siuman, dia melihat ruangan dalam toilet sudah kembali menyala. Dia mendapati dirinya tergeletak di lantai kamar kecil itu dalam keadaan tak karuan. Rambutnya kusut masai dan pakaiannya acak-acakan. Masih dia rasakan kepedihan menjalar ke sekujur tubuhnya, terutama pada alat vitalnya. Melani meringis kesakitan. Saat dia melihat ke bawah kakinya terlihat bercak darah di pangkal pahanya. Kembali Melani menahan rasa shocknya. Dia langsung menjerit histeris sambil menjambak rambutnya sendiri. “Tidak! Tidaaak…!!!”

Tapi suaranya hanya bergema dan menusuk kembali gendang telinganya, mencabik-cabik tirai kalbunya. Untuk sesaat Melani menangis sedu sedan meluapkan segenap perasaan sedihnya. Dia merenungi nasibnya yang demikian malang. Beribu penyesalan dan kemarahan menggedor-gedor jiwanya. Namun sejurus kemudian dia tersadar, tak ada gunanya menangis. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Tiba-tiba dia sangat khawatir ada orang yang mendengar suara jeritannya tadi lalu berbondong-bondong menghampirinya. Maka, semua orang akan tahu apa yang telah terjadi padanya. Aib itu akan segera tersebar luas.

Oh, tidak! Melani tak ingin mendapat pukulan untuk kedua kalinya.

Dengan sisa kekuatan tenaganya yang masih ada, Melani kemudian bangkit dari tempatnya. Dia membenahi rambut dan pakaiannya sebelum kemudian melangkah keluar dari ruang toilet. Langkahnya tampak gontai karena rasa sakit yang masih terasa dan juga shock yang masih memukul jiwanya. Kejadian pahit yang barusan dialaminya membuat hatinya sangat geram, marah, sedih, sekaligus malu bukan main. Ketika akan melewati pos jaga security, Melani berusaha menyembunyikan keadaannya. Dia melangkah dengan tergesa-gesa melintasi pintu keluar. Dua orang petugas Satpam yang saat itu ada di dalam pos jaga sempat heran melihat sikap Melani.

Sesampai di pinggir jalan Melani segera menyetop taksi. Dia meminta sopir taksi agar secepatnya mengantar dirinya ke rumah. Dalam perjalanan pulang Melani kembali tak dapat menahan tangisnya. Bayangan pemerkosaan itu terus menghantui pikirannya. Sopir taksi jadi bingung melihat penumpangnya, tapi dia tak berani bertanya. Akhirnya Melani sampai di rumah. Dia langsung bergegas memasuki kamar tanpa mempedulikan ibu dan adik-adiknya yang ada di ruang tengah. Melani mengunci pintu kamar. Setelah itu melepas seluruh pakaiannya dan berganti dengan daster. Dia membuang pakaiannya tadi ke keranjang sampah, seolah menganggap benda itu kotor dan najis.

Melani menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan menangis sepuasnya untuk meluapkan segala penat dan beban dalam hatinya. Dia tak ingat lagi untuk mandi dan makan malam. Ketika ibunya mengetuk pintu kamarnya mengajak makan, Melani beralasan sudah makan. Dia mau istirahat dan minta jangan diganggu. Meski Bu Marni merasa heran dengan sikap putrinya itu, namun beliau tak menaruh rasa curiga apa-apa. Melani masih meringkuk di atas pembaringan. Tapi kali ini tak lagi menangis. Mungkin karena air matanya sudah mengering. Melani juga tak ingin tangisannya didengar ibu dan adik-adiknya.

Entah, karena terlalu lelah dan capek, Melani akhirnya tertidur. Tapi dalam tidurnya dia bermimpi buruk. Dia merasakan tubuhnya seperti dilempar ke jurang yang dalam. Di dasar jurang itu dirinya berkubang dengan lumpur bercampur ribuan cacing, belatung, dan ular berbisa. Melani menjerit-jerit ketakutan. Untunglah dia segera terjaga. Ternyata semua itu hanya mimpi. Wajah Melani dibanjiri keringat. Kesunyian malam menyergapnya. Kembali Melani tak kuasa menahan tangis kepedihan.

Ya, Tuhan! Apa salah dan dosaku harus menerima kenyataan sepahit ini. Hancur sudah masa depanku! Hilang sudah semua harapanku! Aku sekarang tak ubahnya seonggok sampah yang tak berguna dan berharga lagi. Aku telah mati! Jeritnya dalam hati merutuki dirinya sendiri. Melani terpuruk dalam penderitaan batin yang menyiksa dirinya luar dalam. Sungguh, perasaannya remuk redam seakan tak bisa diperbaiki lagi. Segala impian dan harapan indah yang pernah menghiasi benaknya kini runtuh dan musnah seketika. Melani tak sanggup lagi menatap masa depannya.

Terpopuler

Comments

berati pelkunya orang kantor juga donk.dan tahu klo hanya melani yg lembur

2022-11-24

0

Nabila

Nabila

salah dan dosa mu itu terlalu percaya diri km itu Mel dan gak pernah dengar nasehat sahabat mu sendiri dan paling naif lagi km itu mudah percaya dan gak mau belajar dengan situasi yg pernah km alami sebelum nya ,. di pikiran mu itu hanya ada uang dan tangung jawab untuk membahagiakan adek2 dan orang tua . boleh lah km punya sadar akan tangun jawab keluarga dapi km gak pernah berpikir untuk diri mu sendiri sebagai seorang anak gadis yg selalu teropsesi dengan karir mu itu . hemmmm Yen wes ngono iku , .. wes kapok kan , makanya Jagan Sok yakin degan orang lain boleh percaya tapi gak boleh lengah .

2022-10-20

2

botak

botak

eng ing eng.hayoo siapaaa....apa mungkin lg dlm keadaan obat perangsang,CEO kah....Atau di teman yg sakit hati...hayoo 😂

2022-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!