“Gimana aku bisa ingat, ada lebih dari dua ratus pekerja di rumahku,” sewot Dodik. Dia tidak mau terlihat bodoh di hadapan perempuan bodoh.
“Kalau gitu, aku pergi dulu, Tuan,” pamit Citra. Akhirnya dia benar-benar pergi dari kamar ini meninggalkan Dodik sendirian.
Setelah pintu tertutup, Dodik merebahkan kepalanya lagi. Matanya terpejam, tetapi tidak tertidur. Dia masih penasaran dengan Citra. Seharusnya tidak mudah melupakannya karena tiga tahun lalu, Dodik hanya sekali ke Indonesia dan dia tidak pernah ikut campur dalam urusan pekerjaan di rumahnya.
Tiba-tiba kelopak mata Dodik terbuka. Dia berhasil menemukan foto Citra dalam laci pikirannya. Dia pun tersenyum. Dia selalu meminta maaf dengan baik dan tak pernah berubah. Kamu memang guru yang hebat, Kak Bima, batin Dodik.
***
Bu RT masuk ke dalam kamar Citra. Dia menggeleng-gelengkan kepala melihat menantunya masih terbaring di atas ranjang dengan mengenakan pakaian pernikahan. Padahal Citra sudah lenyap pagi-pagi dengan motor merah milik Pak RT.
“Bangun!” sentak Bu RT sambil melemparkan tumpukan pakaian yang dipeluknya. Dia sudah kesal karena Radi batal menjadi menantunya, kini kekesalannya bertambah karena malah memiliki menantu pemalas seperti ini.
Pelan-pelan Dodik membuka matanya. Menemukan tumpukan pakaian menimbun tubuhnya, dia langsung melemparkan pakaian itu sembarangan. Sialnya, lemparannya malah mengenai wajah Bu RT. Dodik cengar-cengir sembari membangunkan punggungnya. Sedangkan wajah Bu RT semakin menyeramkan.
“Eh, Tante, maksudku Ibu Mertua. Ada apa, ya?” sapa Dodik.
“Semua itu bajunya Pak RT. Copot baju pernikahan itu dan ganti dengan kaus itu!” titah Bu RT.
Dodik langsung memeluk pakaiannya erat-erat. “Enggak mau. Aku lebih suka baju ini,” tolaknya.
“Itu baju sewaan. Harus dibalikin!” tegas Bu RT.
Dodik menjimpit kaus yang dilemparkan Bu RT yang ada di sekitarnya. Kaus itu terlalu jelek untuk disebut pakaian. Polos, kusam, longgar lagi. Dodik langsung melepaskan kaus itu.
“Aku enggak mau pakai baju yang udah dipakai orang lain!” tegas Dodik.
“Apa kamu pikir baju yang kamu pakai itu enggak pernah dipakai orang lain? Itu baju sewaan. Siapapun bisa pakai. Radi udah nyoba juga, kok.” Bu RT mulai membanding-bandingkan Dodik dengan Radi.
Alur takdir tak terduga. Radi yang mencoba pakaian itu, malah Dodik yang memakainya.
“Mau gimana lagi, enggak ada baju yang layak selain ini,” sahut Dodik.
“Jadi, maksudmu, bajunya suamiku enggak layak, gitu?” Bu RT merasa tersinggung.
Dodik meringis. “Ibu mikir kayak gitu? Aku juga. Lihat aja warnanya, udah pudar semua.” Dodik menunjuk kaus-kaus Pak RT tanpa rasa bersalah.
Bu RT sudah tidak mampu menahan dirinya lagi. Dia pun melompat ke atas ranjang dan langsung menerkam Dodik. Dia berusaha melepaskan kancing-kancing baju Dodik. Namun, Dodik bersikukuh dengan memeluk tubuhnya sendiri.
“Apa yang Ibu Mertua lakukan?!” jerit Dodik.
“Lepas bajumu!” titah Bu RT.
“Jangan lakukan ini, Bu! Aku udah nikah!” jerit Dodik seakan-akan Bu RT berusaha mengapa-apakan dirinya.
“Karena kamu udah nikah, makanya baju ini harus dibalikin. Lepasin bajumu!” seru Bu RT.
Akhirnya Bu RT berhasil menelusupkan tangannya ke dalam tangan Dodik.
“Jangan lakukan ini, Ibu Mertua!” jerit Dodik karena kancing bajunya terbuka satu per satu.
“Apa yang kalian lakukan?” Akhirnya suara itulah yang menghentikan gerakan Bu RT.
.
.
.
Selalu like dan koment🤗dan maaf baru bisa update. Sungguh tahun baru yang melelahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Triiy Ariiez
gw ngakak
2023-01-14
0
Lia
mulai seru, aku nikmatinnnn.....😄😄😄
2021-10-22
0
Dyah Faurowati
hadehhhhh... dasar horang kayaa...
2021-05-10
0