Bu RT dan Dodik menoleh bersamaan. Rupanya Citra berada di depan pintu dengan wajah terkejut. Melihat Bu RT lengah, Dodik langsung melepaskan dirinya dan bergegas bersembunyi di belakang tubuh Citra. Dodik bahkan memeluk Citra dari belakang.
“Apa kamu tidak melihatnya? Ibumu berusaha menerkamku!” kata Dodik mengadu.
“Bagus sekali Menantuku! Sekarang dia bersembunyi di belakang putriku,” sindir Bu RT ketus.
“Apa yang terjadi, Bu?” tanya Citra.
“Aku menyuruhnya mengganti baju karena baju itu harus dikembalikan, tapi dia merubahku menjadi singa,” jawab Bu RT.
“Lihatlah! Apa kain itu bisa disebut baju? Bahkan lap di rumahku tidak seburuk itu!” bela Dodik.
“Berani sekali kamu menghina baju suamiku!” Bu RT merasa tersinggung.
“Aku hanya berkata jujur,” dalih Dodik.
“Menyingkir, Citra! Aku benar-benar akan menerkamnya hari ini!” tegas Bu RT.
Bu RT bergegas mendekati Dodik dan bersiap mencakar menantunya itu. Namun, Citra berhasil menahannya.
“Udah,Bu! Udah, Bu!” kata Citra berusaha menahan.
“Lalu gimana baju sewaannya?” tanya Bu RT menagih.
“Aku yang akan mengembalikannya,” jawab Citra.
“Enggak mau! Aku enggak mau pakai kain-kain itu!” tolak Dodik merengek.
“Sini, kamu!” teriak Bu RT. Namun, Citra berhasil menahannya.
“Udah, Bu! Baju ini pasti dikembalikan,” sahut Citra meyakinkan.
Bu RT diam, memberikan kesempatan untuk putrinya. Sedangkan Dodik menggoyang-goyangkan tangan Citra dengan manja. Wajahnya begitu memelas. “Jangan paksa aku,” seakan itulah yang dikatakan bola matanya.
Citra tersenyum menenangkan sembari mengangkat sebuah tas besar. “Aku membeli beberapa kemeja di pasar barusan. Mungkin enggak semahal baju-bajumu. Tapi kuharap kamu mau memakainya. Maafkan aku, Tuan. Hanya ini yang bisa kulakukan.”
Dodik melepaskan tangannya dan langsung menarik tas itu. Dia membawa tas itu ke atas ranjang. Benar, banyak kemeja baru di dalamnya. Dodik memamerkan kemeja itu ke Bu RT dengan senyum semringah.
Bu RT tidak turut bahagia. Dia semakin sakit hati. “Apa yang kamu lakukan?! Apa kamu juga berpikir kalau baju-baju bapakmu enggak layak?!” sentaknya kepada Citra.
“Enggak gitu, Bu. Baju-baju bapak masih bagus, kok. Aku akan menyimpannya. Tapi aku tahu kalau Tuan Dodik enggak akan bisa memakainya,” dalih Citra.
“Tuan-tuan! Apa kamu pikir kamu budaknya?!” sindir Bu RT. Kemudian dia pergi begitu saja.
Citra merasa tidak enak hati kepada Bu RT. Setelah melihat senyum yang belum turun dari wajah Dodik, Citra merasa lebih baik. Dia pun keluar dari kamar mengikuti Bu RT.
“Bu, tunggu, Bu!” teriak Citra.
Bu RT pun berhenti dengan kesal. “Ada apa lagi?! Bukannya kamu cuma peduli sama tuanmu itu?!” sewot Bu RT.
“Jangan gitu, Bu. Ibu kan tahu kalau ibu yang terbaik dalam hidupku,” kata Citra merayu. Dia memeluk satu tangan ibunya dengan manja.
“Rupanya kamu masih mengingatku,” sindir Bu RT sinis.
“Jadi ….” Citra mengerucutkan bibirnya dan mengedip-edipkan matanya. Dia tengah memasang wajah imut untuk meluluhkan amarah ibunya. “Bisakah ibu memperlakukan Tuan Dodik dengan baik?” pintanya.
Bu RT langsung melepaskan tangan putrinya darinya. “Enggak dan enggak akan pernah! Bahkan aku enggak akan mau terima dia jadi menantuku sampai kapan pun!” tegas Bu RT.
“Apa maksud Ibu?” tanya Citra.
“Pokoknya kamu harus cerai dengan Dodik!” tegas Bu RT.
“Jangan gitu, Bu ….”
“Cukup tiga bulan. Kalau kalian belum juga bercerai, keluar dari rumah ini dan jangan panggil aku ‘ibu’ lagi!” Bu RT semakin menegaskan. Kemudian dia pergi ke kamarnya dan mengunci dirinya di sana. Membiarkan Citra bergelut sendiri dalam kebingungan.
***
Selalu like dan koment🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Celline Sintia
jgn gtu atuh bu... ntar memelas mau diakui sbagai ibu mertua 😅😂
2020-08-26
0
iffah_AZ19May
hmmm
2020-06-20
1
❀☘𝐿𝑒𝑚𝑜𝑛ᵗᵉᵃ
enak aja suruh cerai!!! jangan mau cit...emak macam apa begitu😏😏😏
2020-05-15
2