Bab.9

pagi harinya Laras duduk dengan tatapan datar yang masih fokus dengan makanan di meja makan nya itu.

 Sedangkan ayah nya dan juga istri barunya itu terlihat sangat bahagia sekali. tanpa mau mengajak nya berbicara mereka bahkan terkekeh bertiga saja seolah kehadiran nya tak dianggap. Atau lebih tepatnya di cuekin oleh ayah dan ibu tirinya itu.

"Ayah... lihat aku akan masuk ke perguruan tinggi. Ayah aku mau ke universitas ternama disini. Apakah boleh?" tanya Desi dengan tatapan melas memandang wajah jaya.

 "Boleh nak, tentu saja ayah akan mendukung mu. Ini juga demi masa depan mu." ucap jaya dengan penuh pengertian

Laras yang berada duduk di sana merasa muak. Dan berdecak sinis. Sok sok an mau biayain anak tirinya kuliah, sedangkan anak kandung nya saja ditelantarkan. Memang kejam ayah nya itu.

 "Yey... makasih ayah... Aku sayang ayah." ucap nya dengan senyum mengembang dan menatap licik ke arah Laras yang terlihat emosi.

 "Ayah juga sayang sama desi."

Tanpa banyak bicara Laras bangkit dari kursi nya. karena hari ini ada jadwal kelas pagi sehingga dia lebih baik berangkat awal dibandingkan dengan melihat keharmonisan keluarga ayah nya itu.

 "Aku Selesai." ucap nya dengan datar dan mengambil tas nya yang diletakkan di kursi nya itu.

 "apa ada kelas pagi Laras?" tanya Weni yang berusaha cari muka di depan jaya.

 "Hmm.."

"Laras... apa kau tak bisa berbicara sopan kepada ibu mu ini. Ingat dia itu ibu mu mulai sekarang." ucap jaya dengan tatapan emosi nya.

"Ibu ku sudah tiada... Dan dia bukan ibuku." elek Laras dengan datar nya.

 "Laras." bentak jaya dengan suara kerasnya.

 "Mas... Udah, jangan kencang kencang suara nya ya." ucap Weni dengan lembut nya.

"Tapi anak ini semakin hari semakin membangkang Weni, dia tak menghormati mu disini, bagaimana pun kau adalah istri ku."

"Aku gpp mas, mungkin Laras cuman butuh waktu buat Nerima aku dan Desi disini." ucap nya dengan wajah tersenyum seolah dia tak apa apa. Padahal dalam hati nya menggerutu kesal melihat anak tirinya itu. Ingin sekali ia menyingkirkan nya dari sini.

"Cih... Trik murahan, aku muak melihat mu seolah ibu yang baik." ucap laras dengan tatapan musuh

"Denger Laras, kalau kau seperti ini terus, ayah akan menjodohkan mu dengan rekan bisnis ayah!'' ucap jaya dengan tajam menatap putri nya itu.

 "Deg....

"Apa yang ayah lakukan, apa tak cukup merebut perasaan ku. Apa tak puas buat aku kecewa. Ayah itu udah berubah banyak tau ga, ayah udah nyakitin hati Laras. Ayah berubah. Ayah jahat!" terika Laras dan langsung meninggalkan ruangan itu dan penuh keheningan di dalam nya.

Jaya termenung mendengar ucapan anaknya. Entah mengapa rasanya begitu sakit. Tapi entahlah mungkin hanya perasaan nya saja.

"Mas... Kamu gpp kan?"

"Aku pusing Wen, rasanya Laras semakin menjadi berontak sekarang." ucap jaya sambil memijit kepala nya dengan wajah lesu nya.

"Tapi nanti malam kita berangkat ke pesta itu kan mas, kita bawa Laras juga."

 "Makasih Wen, udah mau mengerti tentang ku dan Laras."

"sama sama mas." ucap nya dengan tersenyum smirk.

Nanti malam adalah pesta pernikahan putra sulung keluarga Mahesa. Tentu saja keluarga jaya juga diundang sebab kakek Brio itu kenal dengan istri pertama jaya. Kalau saja Kiran tak kenal, mungkin jaya ga akan Berani minjam uang sampai 1 M untuk biaya berobat anak tirinya.

Jaya pun menurut saja apa kata Weni, entahlah mungkin karena efek guna guna itu. Maka nya dia tak bisa membantah ucapan istri mudah nya itu.

Di kampus...

Saat berada di kampus, Laras duduk di kantin dengan wajah termenung sambil mengaduk ngaduk minuman nya itu. rasanya tak terlalu berselera saat ini. Yang dipikirkan nya hanyalah ayah nya. sifat dan sikap ayah nya perlahan mulai menjauh darinya. Tak ada lagi ucapan ulang tahun. padahal sudah jelas masalah kemarin saat Weni membuang kue buatan mbok Lela untuk Laras. Ayah nya tau bahwa dia sedang berulang tahun. Tapi tak ada ucapan special untuknya.

 "Woi.... Melamun aje lu neng." ucap sahabat nya dengan cengengesan.

 Laras masih termenung bahkan tak merasa kaget saat sahabatnya itu datang.

 "Ada apa sih neng. Kayak punya utang Bae lu, sini cerita sama aye." ucap nita yang menyomot kentang goreng dihadapan nya itu.

Nita ini memang orang Betawi. Jadinya begitu logat nya kadang Betawi kadang bandung. Suka suka dia aja memang.

 "Gue rasanya udah ga betah nit, bokap berubah. Dia lebih cenderung ke ibu tiri gue."

mendengar ucapan sahabat nya, membuta Nita berubah menjadi serius. Okey ini bukan waktunya bercanda. sebab sahabat karib nya itu lagi sedih. Waktunya menghibur

 "Cerita kawan, ada apa lagi sama si Mpok Weni itu."

"Dia ga ingat ultah gue nit, dia lupa. Bahkan ga ada kata kata spesial setiap tahun nya ke gue."

"jangan sedih besti, entar cantik Lo luntur. Gue ada sesuatu buat Lo ni. Dari mama papa." ucap nya yang menyodorkan sebuah Tote bag ke arah Laras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!