Vanesa Brilia Hermawan

Saat ini kedua gadis itu dalam posisi berhadapan, Dimana ada antara kanvas yang berdiri di antara mereka masing masing

Mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan melukis seperti hari hari sebelumnya, Dan beruntungnya mereka jelas memiliki hobby yang sama.

Seolah mereka sengaja mengambil posisi tersebut agar tidak menunjukkan hasil dari karya mereka sebelum waktunya.

Vanesa dan Lili, Gadis itu telah menjalin hubungan persahabatan sejak lama, Mungkin lebih tepatnya saat mereka masih menginjak sekolah menengah atas.

Kala itu Liliana Eldegar, Gadis yang baru saja pindah dari Manhattan ke Indonesia mengikuti daddynya yang mengharuskan gadis itu pindah di sekolah yang sama dengan Vanesa brilia hermawan.

Pertemuan mereka cukup ekstrim, Waktu itu saat hari pertama Lili pindah di sekolah tidak ada yang mendekatinya seolah berfikir jika murid baru itu begitu sombong dan angkuh.

Lili jelas saja tidak peduli, Baginya pendapat orang lain tidak begitu penting untuknya, Memiliki teman atau tidak, sama saja bagi dirinya.

Namun ada sosok gadis cantik yang menarik perhatiannya, Netra matanya bewarna biru begitu lembut dan seolah mampu menenangkan siapapun yang melihatnya.

Dan nama gadis itu adalah Vanesa Brilia Hermawan.

Namun batas kagum Lili hanya sampai di situ tidak lebih ataupun kurang.

Hingga sebuah tragedi menakutkan menimpa dirinya berkali kali gadis itu hampir celaka, Dan orang pertama yang mengulurkan tangannya adalah Vanesa. Dan semenjak kejadian itu Lili lebih sering menempel pada Vanesa, Hingga menjalin persahabatan sampai sekarang.

Baginya Vanesa terlalu istimewa untuknya, Entahlah seolah gadis itu mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Gadis itu begitu ceria, lemah lembut dan penyayang, Membuat Lili seolah melihat sikap mendiang mommynya di tubuh sahabatnya, Vanesa.

"Kau ingin melukis apa?"

Sebuah pertanyaan yang di lontarkan Vanesa membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.

"Hmmm aku cukup bingung memikirkannya"

Jawab Lili kemudian.

"Bagaimana jika senja?"

Mendengar itu membuat Lili tertawa renyah.

"Di tambah dengan siluet anak laki laki dan perempuan yang memandang senja yang begitu indah di hadapan mereka"

Lanjut Lili yang membuat pipi Vanesa merona. Yah temannya itu selalu tau apa yang dia suka.

"Kau selalu melukis itu sejak dulu, Entah kenapa seolah kau memiliki kenangan indah di dalam imajinasi mu itu"

Lanjut Lili lagi yang tampak menggelengkan kepalanya pelan.

Dia jelas sudah bisa menebak apa yang akan di lukis oleh sahabatnya, Senja di tambah dengan siluet sepasang anak kecil dengan genre yang berbeda. Vanesa selalu menggambar itu ketika mereka melukis, Hanya beberapa kali menggambar objek yang berbeda, Dan senja adalah pilihan terbaik gadis itu.

"Indah, Bahkan sangat indah hingga aku selalu ingin mengabadikannya dalam setiap karya ku"

Gumam Vanesa dengan suara yang cukup rendah sehingga Lili tidak bisa mendengar apa yang dia katakan.

Secara perlahan kedua gadis itu mulai meraih kuas mereka, Lantas membiarkan kuas tersebut mengenai warna yang telah mereka pilih sebelumnya.

Mereka berdua terlihat begitu fokus dengan kegiatan mereka, Membiarkan kuas tersebut secara perlahan menyentuh kanvas yang ada di hadapan mereka masing masing.

Vanesa mulai menyapu kuasnya secara perlahan, Menciptakan warna yang cukup tipis di sapuan pertamanya.

Berbeda dengan Vanesa yang memilih tema senja, Maka Lili memilih tema salju, Yah itu adalah musim favoritnya.

Di saat keduanya tengah fokus dalam kegiatan mereka ponsel milik Lili bergetar.

Sang pemilik ponsel melirik sebentar ke arah ponselnya dengan acuh, Namun melihat nama siapa yang tertera di sana dan sedang melakukan panggilan video untuknya membuat gadis itu segera menyambar ponselnya tanpa basa basi.

"Kakak"

Seru gadis itu ketika panggilan telah terhubung.

Bisa dia lihat, Pria tampan di seberang sana tampak melebarkan senyumnya, Menatapnya dengan penuh kasih sayang.

"Jadi sedang apa gadis ku hari ini? Sepertinya kau cukup sibuk sehingga tidak menghubungi ku"

Sahut pria di seberang sana yang membuat Lili tampak terkekeh ringan.

Dia sedikit melirik ke arah Vanesa, Melihat gadis itu tampak begitu serius dengan kegiatannya seolah tidak mempedulikan apa yang dilakukan Lili saat ini.

"Aku sedang melukis? Kakak ingin melihatnya?"

Tanya gadis itu kemudian

"Tentu saja, Aku ingin melihat apa yang adikku lukis kali ini dengan tangan indahnya"

Pria di seberang sana kembali bersuara.

Lantas Lili segera mengalihkan kamera ponselnya dari kamera depan ke arah belakang, Memperlihatkan gambarnya yang masih belum sempurna miliknya

"Aku akan melukis salju"

Ucap gadis itu dengan perasaan bahagia.

Sedangkan di belahan dunia yang berbeda

Tampak seorang pria yang baru saja membersihkan dirinya, Membiarkan tubuhnya di tutupi bathrobe yang masih memperlihatkan dadanya yang mampu membuat wanita memanas dan bergairah ketika melihatnya.

Tangan pria itu bergerak meraih ponselnya, Melakukan panggilan video pada seseorang.

"Kakak"

Bisa dia dengar suara gadis di seberang sana tampak begitu nyaring, Menatap dirinya di balik layar dengan wajah riangnya.

"Jadi sedang apa gadis ku hari ini? Sepertinya kau cukup sibuk sehingga tidak menghubungi ku"

Sahut pria tersebut yang tampak penasaran dengan apa kegiatan gadis tersebut hari ini.

Gadis di sana tampak terkekeh ringan seolah olah mengejek pria itu dalam tawanya.

"Aku sedang melukis? Kakak ingin melihatnya?"

Lili kembali membuka suaranya, Lantas mulai memperlihatkan sebuah lukisan belum jadi di sana.

"Aku akan melukis salju"

Ucap gadis itu yang terdengar begitu bahagia, Pria itu lantas tersenyum, Dia cukup tau jika gadis itu benar benar menyukai musim dingin tersebut.

Namun kala itu perhatiannya teralihkan pada sosok gadis di depan sana yang tampak serius memoleskan kanvas miliknya.

Tanpa sengaja pria itu bergumam

"Cantik"

Dan sialnya, Lili mendengarnya hingga membuat gadis itu kembali berceloteh.

"Aku tau dia cantik, Dia sahabatku, Kakak jelas sering mendengarkan aku bercerita tentang dia"

Ucap gadis tersebut dengan suara yang cukup rendah, Sepertinya dia tidak ingin di gadis di hadapannya mendengar obrolan mereka.

Sahabat Lili? Vanesa Brilia Hermawan? Yah, Lili sering menceritakan gadis itu, Seolah dia benar benar mengagumi gadis itu.

"Sayangnya dia sudah menikah, Aihhh andai saja aku cepat memperkenalkan kakak dengan dia"

Ucap Lili di seberang sana yang terdengar seperti sebuah keluhan.

Pria itu hanya terkekeh ringan, Tidak mengambil serius dengan apa yang dikatakan oleh Lili.

"Masih ada banyak gadis cantik yang lain untukku, Kenapa terdengar begitu sedih"

Pria tersebut berkata dengan santai, Dia tau gadis di hadapan Lili cantik, Tapi bukan berarti mampu membuatnya tertarik bukan.

"Aishhhh kakak tidak akan mengerti, Tentu saja banyak gadis cantik, Bahkan ada gadis cantik juga yang secara cuma cuma rela melemparkan dirinya di tempat tidur kakak"

Celoteh gadis itu kembali

"Tapi jelas wanita seperti itu tidak cocok untuk menyandang status nyonya Xavier"

"Mereka semua hanya menyukai harta dan kekayaan kakak, tidak lebih"

Terpopuler

Comments

Adinda

Adinda

aku dukung kamu jadi pebinor daripada Vanessa disiksa terus

2025-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!