Keesokan paginya Vanesa bangun di pukul 5 pagi, Dalam langkahnya dia melirik ke kamar Arldan, Dia tau jika pria itu tidak kembali tadi malam, Sebab hal itu sering terjadi ketika pria itu sudah memukulinya dengan menggila, Jika di tanya apakah dia tau suaminya pergi kemana? Maka jawabannya tidak.
Vanesa melangkahkan turun kakinya ke arah tangga, Bergerak melakukan aktivitas memasaknya seperti biasa.
Sesekali gadis itu meringis, Menggenggam perutnya yang mulai terasa sakit. Namun memilih mengabaikannya dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Setelah menyelesaikannya Vanesa segera membuat beberapa baju dari keahlian merajutnya, Gadis itu berusaha menyelesaikan beberapa baju yang kemarin belum sempat dia selesaikan.
Meski kadang jarinya tertusuk karna kurang fokus karna rasa sakitnya, Gadis itu tetap memilih untuk tidak berhenti, Sebab pekerjaannya ini sebagai tempat dia menghasilkan uang.
Ponsel miliknya bergetar, Nama Lili terlihat muncul di layar benda pipih tersebut.
Vanesa segera mengeceknya, Dimana terlihat beberapa pesan yang di kirim sahabatnya tersebut.
"Apa kau baik baik saja?"
"Kau belum membalas pesanku, Vanesa"
"Jangan membuat aku khawatir"
"Apa kau baik baik saja?"
"Jawab aku atau aku akan menyusulmu ke sana"
Rentetan pesan yang di kirim Lili sahabatnya, Sepertinya gadis itu khawatir tentang keadaannya karna tidak sempat membalas pesannya semalam, Bukankah dia tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama.
"Aku baik baik saja, Jangan khawatirkan apapun, Kau tau aku gadis yang kuat"
Itu adalah balasan pesan yang di kirim Vanesa kepada sahabatnya
Dan tidak butuh waktu lama Lili kembali membalas pesannya
"Baiklah baiklah, Kau memang gadis terkuat di dunia ini"
Vanesa melebarkan senyumnya membaca pesan itu.
"Mari bertemu, Aku punya oleh oleh untukmu dari Mahnattan"
"Baiklah, Di cafe seperti biasa"
"Oke gadis kuatku"
Dan itu menjadi pesan terakhir dalam percakapan mereka hari ini.
...****************...
Di salah satu cafe yang tampak begitu sederhana, Seorang gadis dengan pakaian glamor melekat di badannya terlihat duduk sembari menyeruput segelas macha yang ada di hadapannya.
Sesekali gadis itu melirik ke arah jam tangan mewah di tangannya, Lantas kembali memainkan ponselnya untuk mengurangi rasa bosan yang mulai menyerang gadis itu.
"Lili, Ini demi kebaikanmu, Nak"
Itu adalah pesan masuk yang di kirim oleh sang daddy.
Namun gadis itu memilih mengabaikannya, Kembali memainkan ponselnya hingga tidak berselang lama matanya menangkap sosok gadis dalam balutan sweeter sederhana yang di padukan celana jeans tampak tersenyum ke arahnya.
"Lili"
Gadis itu berseru, Menatap sahabatnya dalam perasaan bahagia.
"Kau cukup lama"
Sahut Lili yang terdengar penuh keluhan.
"Maafkan aku, Jalan cukup macet hingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai kemari"
Ucap Vanesa yang terlihat penuh penyesalan, Gadis tersebut kemudian duduk di kursi yang ada di hadapannya
"Kenapa begitu serius, Aku hanya bercanda, Aku belum lama sampai"
Timpal Lili yang kini terkekeh melihat ekspresi sahabatnya.
Lantas gadis tersebut mengangkat tangannya memanggil pelayan cafe dan memesan segelas coklat panas dan pancake strawberry yang merupakan favorite sahabatnya.
Vanesa mengembangkan senyum manisnya
"Kau selalu tau apa yang aku suka"
Sahutnya ketika pelayan cafe tersebut bergegas pergi menyiapkan pesanan mereka.
Lili tersenyum manis mendengar perkataan Vanesa, Memperlihatkan kedua lesung pipinya yang semakin menambah kecantikannya
"Aku sahabat yang penuh perhatian bukan?"
Timpalnya dengan penuh percaya diri.
"Ahh tunggu"
Lili terlihat merogoh tasnya mencari sesuatu di dalam sana.
Vanesa memperhatikan gadis itu dengan baik, Hingga saat Lili meletakkan kotak bludru bewarna navi di atas meja.
"Untukmu"
Ucapnya dengan mendorong kotak tersebut tepat di hadapan Vanesa
"Lili ini terlalu mahal untukku, Aku tidak mau"
Sahut Vanesa yang mendorong kotak tersebut kembali di hadapan Lili sahabatnya, Dia bisa menebak jika kotak tersebut pasti berisi perhiasan mewah, Dan itu terlalu berlebihan untuk sebuah oleh oleh baginya.
"Kau menolak ku? Astaga betapa sakitnya hatiku, Vanesa"
Lili memulai dramanya, Menampilkan ekspresi sedih di wajah cantiknya itu.
"Aku tidak bermaksud begitu Lili"
Vanesa menghela nafasnya pelan.
"Tapi ini terlalu mahal untukku, Tidak bisa kah kau membeli sebuah baju yang cukup murah saja sebagai oleh oleh"
Lanjut gadis itu yang menatap Lili beberapa waktu, Dia pikir entah berapa uang banyak yang telah di keluarkan gadis itu selama berteman dengannya.
Dia tidak tau berapa, Namun dia bisa menebak jika itu tidak sedikit. Acap kali gadis itu membelikannya barang barang mewah ketika pulang dari luar negri, Meski dia menolak Lili selalu punya banyak cara agar membuatnya menerima hadiah berkedok oleh oleh itu.
Lili terlihat memberengut kesal
"Ohh gadis kuatku, Kau tau aku tidak mungkin membeli barang murah bukan"
Sahutnya kemudian, Dan Vanesa tanpa sadar menganggukkan kepalanya, Yah sejak dia berteman dengan Lili cukup lama, dia tidak pernah melihat gadis itu membeli barang yang murah.
"Kenapa cepat menolaknya, Kau harus memastikannya lebih dulu, Cepat buka, Aku yakin kau tidak akan menolaknya"
Lanjut Lili yang terdengar begitu antusias.
"Ayo buka, Kau harus membukanya dulu"
Desak gadis itu kembali ketika Vanesa tak kunjung membuka kotak hadiah tersebut.
Vanesa menurut, Dan mulai membuka kotak bludru tersebut secara perlahan. Dan ketika dia membukanya terlihat sebuah liontin berbentuk hati di sana, Di hiasi dengan kristal yang berbentuk hati juga di tengahnya, Begitu indah dan sangat memukau di matanya.
"Bagaimana menurutmu? Cantik bukan?"
"Bukankah seleramu sangat bagus? Aku tidak pernah meragukannya"
Jawab Vanesa yang membuat Lili tersenyum bangga.
Tangan Vanesa mengelus liontin tersebut, Meraihnya lantas membukanya, Dan matanya seketika memerah ketika melihat isi di dalam liontin tersebut dimana ada foto dia dan Lili.
Dia lantas mendonggakan kepalanya, Menatap Lili beberapa waktu dengan mata berkaca kaca.
"Ohh ayolah, Aku tau itu sangat indah, Tapi tidak usah menangis"
Lili terkekeh melihat ekspresi sahabatnya.
"Terima kasih"
Ucap Vanesa dengan penuh haru.
Ini benar benar hadiah istimewa untuknya, Tangannya bergerak mengelus foto dirinya dan Lili yang ada di sana.
Itu adalah foto saat mereka masih SMA, Saat kebahagiaan masih menyertai kehidupannya, Memikirkan hal itu membuat Vanesa benar benar ingin mengulang waktu.
"Emmmmm Vanesa"
Sahutan Lili membuat Vanesa tersadar dari lamunannya, Gadis itu lantas menghapus air matanya dengan cepat.
"Astaga kau menangis lagi"
Lili tampak terkekeh ringan.
"Aku ingin bertanya padamu?"
Lanjut gadis tersebut.
"Tanyakanlah"
"Apa kau bahagia dengan suamimu?"
Tanya Lili dengan ragu.
Vanesa mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Terdengar cukup aneh menurutnya, Meski pada faktanya dia belum bisa jujur pada Lili tentang apa yang terjadi pada rumah tangganya.
Selama ini Lili tidak banyak tanya tentang pernikahan mereka, Sebab gadis itu yakin jika Vanesa pasti bahagia, Bagaimanpun dia bisa melihat bagaimana cintanya Arldan pada sahabatnya ketika masih menginjak sekolah menengah atas. Dan ketika menikah bukankah cinta semakin besar? Begitu pikir Lili.
"Tentu saja aku bahagia, Kau tau bagaimana Alrdan mencintaiku"
Jawab Vanesa kemudian dengan senyum lebar di wajahnya.
"Kenapa?"
Di tanya seperti itu membuat Lili menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bukan apa apa, Aku hanya penasaran, Lagi pula aku tidak pernah bertemu dengan Alrdan sejak kalian menikah"
Ucap Lili yang kembali menyesap minuman miliknya.
"Dia cukup sibuk belakangan ini"
Timpal Vanesa yang membuat Lili menganggukkan kepalanya pelan.
"Andai saja kau tidak bahagia vanesa, Aku akan mendekatkan mu dengan kakak sepupuku"
Gumam Lili dengan suara begitu rendah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments