Keesokan harinya, Tuan besar Santoso pergi bersama Jack, Pria tua itu mengatakan akan bertemu dengan beberapa sahabatnya pagi ini.
Dan kini hanya menyisakan Vanesa dan Arldan di meja makan, Dimana gadis itu terlihat menatap Arldan beberapa waktu.
Saat ini pria itu terlihat sedang menyeruput kopi buatan Vanesa secara perlahan dengan tangannya bergerak menggeser layar ipad yang ada di hadapannya.
"Itu.. Tuan.."
Vanesa terlihat ragu mengatakannya.
"Apa?"
Tanya Arldan tanpa menatap Vanesa yang duduk cukup jauh dari posisinya.
"Bisa aku keluar sebentar? Aku ingin bertemu dengan Lili"
Jawab Vanesa takut takut
Arldan sejenak menghentikan gerakan tangannya, Kemudian menatap Vanesa dengan datar.
"Sepertinya kau cukup ketagihan untuk membuang buang waktu di luar"
Pria itu berkata dengan datar menatap Vanesa dengan tatapan tajam miliknya.
"I itu hanya sebentar tuan, Sa saya takut jika saya menolak Lili akan curiga dengan pernikahan ini"
Jelas gadis tersebut kembali.
Tentu saja dia bisa menolak ajakan Lili, Tapi sudah dia pastikan Lili akan menyerangnya denga sejuta pertanyaan, Dan apa alasan yang tepat untuk dia berikan?
Arldan melarangnya? Tentu saja Lili akan merasa aneh, Sebab Arldan juga tau jika mereka berteman sejak SMA. Selama berteman juga mereka tidak pernah melakukan hal hal yang aneh, Jadi jelas saja Lili akan berfikir tidak ada alasan untuk Arldan melarang mereka untuk bertemu.
Lalu apakah alasan jika dirinya sakit bisa dia gunakan? Tentu saja bisa, Tapi Vanesa pastikan jika Lili sahabatnya itu akan terbang ke kediaman mereka untuk menjenguknya dalam 10 menit.
Arldan yang mendengar apa dikatakan Vanesa seketika terdiam, Yang di katakan gadis itu ada benarnya juga, Lagi pula dia tidak ingin berurusan dengan Lili dimana dia mengenal tabiat gadis itu yang terasa begitu mengerikan untuknya.
"Sepertinya semenjak kedatangan kakek kau mulai pandai berbicara"
Ucap pria itu tanpa menatap Vanesa yang tampak terkejut mendengar perkataannya.
"Pergilah, Pulang sebelum aku kembali dari perusahaan"
Lanjut pria itu dengan datar setelah mempertimbangkan segalanya.
Vanesa yang mendengar itu langsung melebarkan senyum terbaiknya, Tentu saja dia bahagia saat ini, Kali ini dia tidak perlu bersembunyi takut jika berpapasan Arldan nanti di tengah jalan.
"Aku akan kembali dengan cepat"
Sahut gadis itu dengan riang.
"Aku permisi tuan"
Lanjut Vanesa yang kemudian berlalu dari sana, Dia akan bersiap saat ini, Lagi pula dia telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya sejak tadi.
****************
Art Space
Di mana tempat tersebut merupakan sebuah tempat khusus bagi orang orang yang menggemari dunia seni.
Saat ini di dalam cafe, Terlihat seorang gadis muda dengan pakaian glamor yang melekat pada tubuhnya tidak lupa dengan tas serta kacamata sebagai penunjang penampilannya.
Gadis tersebut terlihat menyesap minumannya, Yakni segelas macha yang menjadi favoritnya sejak kecil.
"Lili"
Sahutan seseorang di arah yang berbeda terdengar menyebut namanya, Membuat gadis tersebut lantas membalikkan badannya ke arah sumber suara.
Seketika dia melebarkan senyumnya ketika melihat sahabatnya yang kini melambaikan tangan ke arahnya.
"Ohh god, Kau memakai pakaian lengan panjang lagi, Kau terus menutupi tubuh indah mu"
Sahut Lili yang menatap heran ke arah temannya yang selalu menggunakan pakaian tertutup setiap bertemu dengannya.
"Aku nyaman memakainya"
Timpal Vanesa dengan senyum mengembang di balik wajah cantiknya.
Dia tentu saja rindu memakai beberapa pakaiannya, Dress yang menjadi baju favorit nya kala itu.
Tapi semenjak menikah dia benar benar tidak bisa memakainya, Sebab terkadang ada memar di bagian lengannya betisnya yang di sebabkan oleh Arldan ketika menyiksanya. Hingga memutuskan memakai pakaian yang cukup tertutup untuk menutupi bekas tangan pria itu.
Lili hanya merotasi malas, Sebab selama sahabatnya menikah dia rasa Vanesa cukup berubah, Namun dia tidak ingin mengatakannya, Berfikir mungkin hanya perasaannya saja, Lagi pula bukankah setelah menikah suami yang menjadi prioritas utama.
Ahh membayangkan itu membuat Lili kehilangan kata katanya, Dia tentu saja masih ingin menikmati masa mudanya maka dari itu dia tidak segan segan menolak permintaan daddynya yang berkata ingin menjodohkan nya dengan seorang pria yang bahkan dia tidak kenal sama sekali.
Yang benar saja.
Tentu saja dia juga berfikir untuk menikah, Tapi bukan sekarang waktunya, Dan juga kelak dia akan menikah dengan pria yang mampu membuatnya jatuh cinta, Bukan di jodohkan.
"Lili?"
Seketika gadis itu tersentak ketika Vanesa menggoyangkan lengannya dengan pelan.
"Ya?"
"Memiliki masalah?"
Tanya Vanesa ke arah sahabatnya, Dia menatap khawatir ke arah Lili yang tampak sedang memikirkan banyak hal.
"Ahh bukan masalah yang cukup besar"
Lili menghela nafasnya beberapa waktu.
Dimana kini terlihat seorang pelayan menyajikan segelas coklat panas dan pancake strawberry di hadapan mereka.
"Masalah?"
Tanya Vanesa yang mengerutkan keningnya ke arah Lili.
"Daddy berniat menjodohkan ku dengan seseorang, Bukankah sangat lucu? Dia pikir aku tidak laku sehingga harus di jodohkan seperti itu"
Lili berkata dengan kesal, Lantas menyeruput macha miliknya hingga tandas.
"Ahh tapi jangan khawatir, Kau jelas tau jika aku tidak akan bisa di paksa oleh siapapun bukan? Termasuk daddy ku"
Lanjut gadis tersebut yang tampak terkekeh ringan mengatakannya.
"Tapi kadang orang tua tau apa yang terbaik untuk anaknya"
Timpal Vanesa yang kini mulai menyesap coklat panas miliknya.
Lili menganggukkan kepalanya, Dia cukup setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Itu memang benar, Tapi bagiku ini masih terlalu cepat, Aku masih ingin menikmati masa muda ku, Lagi pula menikah tanpa dasar cinta aku rasa itu sesuatu yang tidak masuk akal"
Ucap Lili dengan santai.
Bagi gadis itu, Bukankah membangun rumah tangga harus di dasari dengan rasa cinta? Bahkan banyak orang yang telah lama menjalin hubungan sebelum menikah terkadang masih cekcok antara satu dengan yang lainnya, Dari masalah kecil hingga masalah yang besar hingga menimbulkan sebuah perceraian.
Lalu bagaimana jika kedua orang di satukan dalam pernikahan tanpa cinta? Bukankah itu lebih cukup beresiko.
Berbeda dengan saat pacaran dimana saat mereka putus maka tidak ada yang perlu di pertimbangkan. Sedangkan setelah menikah dan tidak menemukan kecocokan antara satu dengan yang lainnya, Lantas harus kan mereka bercerai?
Bercerai? Menjadi janda? Di usia muda?
Brrrrrrr
Itu terlalu menakutkan bagi Lili, Menjadi janda di usia muda jelas hal mengerikan di telinganya.
"Berhenti membahasnya, Aku mengajakmu kemari karna ingin melupakan itu, Jadi jangan mengingatkanku"
Ucap gadis itu yang memuyungkan bibirnya dengan kesal.
Vanesa yang melihat itu lantas terkekeh, Baginya Lili terlalu mengemaskan untuknya.
"Baiklah, Kita akan menghabiskan makanannya lalu pergi melukis untuk membuang masalah yang ada di pikiran kita"
Sahut Vanesa kemudian yang membuat Lili mengambangkan senyumnya.
"Itu adalah ide yang terbaik"
Timpalnya kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments