Di salah salah satu club yang ada di jakarta, Terlihat seorang wanita tengah duduk sembari menyesap rokok yang ada di tangannya.
"Kau masih belum bisa menggeser posisi gadis itu?"
Mendengar pertanyaan untuknya membuat wanita tersebut melirik ke sebelah kanannya.
"Saat ini aku tidak bisa bergerak terlalu jauh, Sebab kekuasaan Santoso belum jatuh sepenuhnya di tangan Arldan"
Jawabnya cepat.
"Kau terlalu lama bergerak, Nova"
Yang di sebut Nova tampak terkekeh.
"Kita butuh waktu pas untuk bergerak"
Jawab Nova yang kini membuang puntung rokoknya di atas meja yang ada di hadapannya.
"Lalu bagaimana jika Alrdan jatuh cinta pada istrinya? Bukankah usahamu selama ini hanya akan sia sia?"
Wanita di sampingnya kembali berbicara, Menatap Nova yang tampak begitu santai menegak minumannya.
"Kau tetap tidak bisa menjadi nyonya Santoso dan hanya berakhir menjadi perempuan sebagai pemuas nafsunya"
Lanjut wanita itu lagi.
"Arldan jatuh cinta? Pada istrinya? Arldan jatuh cinta pada anak dari pembunuhan adiknya? yang benar saja, Itu sangat mustahil, Elena"
Timpal Nova yang terkekeh lucu mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Aku hanya mengatakan kemungkinan terburuknya"
Elena berkata dengan santai, Mengangkat kedua bahunya acuh.
"Jangan khawatirkan apapun, Akan ku pastikan Arldan bertekuk lutut di bawah kakiku"
Sahut Nova yang kemudian menarik ujung bibirnya.
****************
Sedangkan di rumah besar milik Arldan
Terlihat bibi Sumi tampak tergopoh gopoh lari menaiki anak tangga satu persatu dengan cukup tergesa gesa
"Bibi sumi, Hati hati, Kau akan terjatuh"
Vanesa di atas sana berteriak dengan panik ketika melihat wanita tua itu hampir saja terjatuh dari tangga.
"Lupakan tentang saya nona, Tuan besar sudah datang"
Sahut bibi Sumi dengan cepat ke arah gadis itu.
Vanesa mengembangkan senyumnya mendengar kabar itu, Tanpa membuang buang waktu dia segera berlari ke lantai bawah untuk menjemput pria tua tersebut.
Dia merindukannya, Merindukan pria tua yang benar benar menganggapnya sebagai cucu sendiri, Bahkan begitu menyayanginya
"Kakek"
Teriak Vanesa ketika melihat tuan besar Santoso berada di ambang pintu.
Tuan besar Santoso yang melihat keberadaan cucu menantunya langsung melebarkan senyumnya.
"Ohh astaga lihatlah cucu menantuku menyambut ku"
Sahutnya yang kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Kakek kenapa tiba tiba? Bukannya akan datang dua hari lagi?"
Tanya Vanesa cepat yang kemudian memeluk hangat tuan besar Santoso.
"Apa kau tidak senang jika aku tiba lebih cepat?"
Tanya pria tua itu yang mengerutkan keningnya ketika pelukan mereka terlepas.
"Tentu saja aku senang, Sangat senang"
Pekik Vanesa dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Ahh paman Jack, Senang bertemu denganmu lagi paman"
Ucap Vanesa yang ketika menyadari keberadaan Jack di belakang tuang besar Santoso.
"Senang bertemu dengan anda juga nona"
Timpal Jack dengan sopan, pria paruh baya itu menundukkan sedikit kepalanya ke arah Vanesa.
"Dimana Arldan?"
Tanya tuan besar Santoso kemudian.
"Dia pergi ke perusahaan kakek,Aku akan mengabarinya agar dia kembali lebih awal"
Jawab Vanesa yang menuntun tuan besar Santoso ke arah sofa.
Bibi Sumi terlihat mengembangkan senyumnya, Melihat tuan besarnya memperlakukan nonanya dengan sangat baik tentu saja membuat dia bahagia.
Dalam hati dia berfikir, Andai saja tuannya Arldan memperlakukan nona Vanesa sama dengan cara tuan besar Santoso memperlakukan nonanya, Maka itu mungkin jauh lebih baik.
"Apa Arldan memperlakukanmu dengan baik?"
Tanya tuan besar Santoso yang menatap mata Vanesa dengan dalam.
"Tentu saja dia memperlakukan ku dengan baik kakek, Dia begitu mencintaiku, Kakek tau itu"
Bohong Vanesa ke arah pria tua tersebut, Dia tidak mungkin mengatakan apa yang dilakukan Arldan padanya. Sebab dia tidak ingin suaminya terkena amarah dari Kakeknya.
"Kau yakin?"
Tanya pria tua itu kembali, Dia berusaha memastikannya kembali
Vanesa menganggukkan kepalanya cepat
"Aku tidak mungkin membohongi kakek"
Jawabnya yang kini melebarkan senyumnya.
"Itu bagus, Setidaknya dia harus memperlakukanmu dengan baik karna telah menerima ginjal darimu"
Tuan besar Santoso tampak mendegus yang kemudian menyadarkan tubuhnya di belakang sofa.
"Tanpa mu dia bisa apa?"
Lanjut pria tua itu kembali yang menatap cucu menantunya dengan serius.
"Kakek, Jangan bahas itu lagi"
Vanesa berkata dengan pelan, Menyentuh tangan pria tua itu dengan hangat.
"Kenapa tidak ingin memberitahu dia jika kau yang mendonorkan ginjalmu untuknya? Setidaknya dia bisa lebih menghargai kamu ketika mengetahui fakta itu"
Ucap tuan besar Santoso kembali yang terlihat kesal dan mengabaikan apa yang dikatakan oleh cucu menantunya.
Vanesa menggelengkan kepalanya, Tentu dia tidak ingin Arldan mengetahuinya.
Beberapa bulan yang lalu, Sebelum pernikahan Arldan dan Vanesa
Dimana Alrdan tumbang dan mengalami kerusakan parah pada ginjalnya, Semua orang tampak panik, Bahkan beberapa orang telah di kerahkan tuan besar Santoso untuk menemukan pendorong ginjal untuk cucunya, Dia rela membayar berapapun untuk itu.
Kerusakan ginjal Arldan di sebabkan pola hidupnya yang benar benar buruk, Makan tidak teratur bahkan pria itu terkadang melewati jam makannya dalam sehari penuh. Hanya memilih mengkonsumsi kopi untuk menuntaskan rasa laparnya.
Alkohol setiap hari menemani pria itu, Bahkan minuman itu seolah tidak bisa di lepaskan oleh Arland. Baginya, Hanya alkohol yang bisa membuatnya lupa dengan kenangan kenangan buruk yang menghantuinya.
Namun tidak butuh waktu yang lama dokter memberi tuan Santoso kabar jika mereka telah menemukan pendonor yang ginjalnya sangat cocok dengan Arldan.
Mereka jelas saja senang, Sebab tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukannya.
Pada saat itu Tuan Santoso membujuk beberapa dokter untuk memberitahu siapa yang mendonorkan ginjalnya untuk cucunya< Namun tidak peduli bagaimana caranya dia memaksa tetap saja para dokter enggan membuka mulutnya.
Namun saat pria tua itu hendak pergi meninggalkan rumah sakit, Siapa sangka jika dia menemukan Vanesa yang terbaring di atas brangkar rumah sakit.
Saat itu tuan besar Santoso cukup terkejut begitupun dengan Vanesa yang menyadari keberadaan mereka antara satu dan yang lainnya. Dia jelas mengenal gadis itu, Putri tunggal dari keluarga Hermawan yang menjalin hubungan dengan cucunya, Arldan. Seketika sebuah pemikiran terlintas dalam benaknya.
Cukup lama bagi tuan besar Santoso untuk membujuk gadis itu mengatakan yang sebenarnya, Hingga pada akhirnya Vanesa mengatakan jika dialah yang mendonorkan ginjalnya untuk cucunya.
Dia jelas terkejut, Tidak menyangka jika gadis itu rela melakukan hal tersebut hanya atas dasar cinta. Dia masih ingat bagaimana percakapan mereka pada saat itu.
"Kenapa kamu melakukan ini? Kau jelas tau setelah mendonorkan ginjalmu kau akan menjalani hidupmu cukup sulit, Ada banyak pantangan untuk orang yang hanya hidup dengan satu ginjal"
"Aku mencintai Arldan, Tidak tau bagaimana mendeskripsikan nya, Tapi aku tidak ingin Arldan pergi sama dengan orang tuaku yang meninggalkanku"
"Jangan beritahu Arldan, Aku tidak dia merasa bersalah karna itu, Kakek"
Kembali ke masa sekarang.
Vanesa menggelengkan kepalanya, Lantas berkata.
"Aku tidak ingin dia terbebani dengan hal itu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
yurama
jahat bett si arland
2025-04-10
0