Arldan yang baru saja keluar dari mobilnya hanya bisa menghela nafasnya kasar, Hari ini cukup melelahkan baginya, Dimana dirinya harus bolak balik ke perusahaan karna otaknya yang tiba tiba tidak berfungsi dengan baik.
Dia pikir bagaimana bisa dia menjadi begitu panik saat Rian memberitahu dirinya jika kakeknya akan segera tiba, Lalu kembali dengan tergesa gesa bahkan dirinya bisa menggunakan telepon untuk mengabari Vanesa di sana.
Yah, Dia akui dia cukup bodoh hari ini.
Setelah memberitahu istrinya Arldan harus kembali ke perusahaan karna akan melakukan pertemuan dengan beberapa investor yang telah membuat janji untuk bertemu.
Dan saat pria itu melangkahkan kakinya masuk dia sudah menebak jika kakeknya telah tiba sejak tadi.
Dan benar saja, Saat dia bergerak ke ruang tamu biasa dia lihat kakeknya tampak menatap dirinya dengan tatapan sulit di artikan.
"Segeralah bersihkan dirimu, Lalu temui kakek setelah jam makan malam, ada yang perlu kita bahas"
Begitu pria tua itu menyelesaikan kalimatnya, Dia segera pergi dari sana meninggalkan Arldan yang menatap kakeknya dengan rumit.
Dia jelas mengenal kakeknya dengan baik, Dan melihat ekspresi kakeknya dia bisa menebak jika ada sesuatu yang buruk masuk kedalam telinga pria tua itu.
Seketika pikirannya tertuju pada Vanesa, Dia pikir apakah gadis itu mengatakan semuanya pada kakeknya? Membayangkan hal tersebut membuat Arldan mengepalkan tangannya.
Dengan langkah besar dia menaiki anak tangga, Dimana bibi Sumi yang tidak sengaja berpapasan dengannya seketika merasa cemas melihat ekspresi mengerikan pria itu. Jelas saja pikiran wanita tua itu tertuju pada nona nya. Dia takut jika gadis itu kembali menjadi pelampiasan tuannya saat ini.
Vanesa tampak mengeringkan tangannya, Dia baru saja menyiapkan air hangat untuk Arldan ketika tidak sengaja melihat mobil pria itu masuk kedalam garasi dari lantai atas. Biasanya setelah kembali dari perusahaan pria itu langsung membersihkan dirinya.
Namun seketika gadis itu terkejut ketika pintu kamar di buka dengan cukup kasar, Dimana Arldan terlihat masuk dengan wajah dingin nya dan bergerak mengunci pintu kamar mereka.
Tubuh Vanesa menegang, Dia pikir apakah pria itu akan kembali memukulnya? Apakah dia baru saja membuat kesalahan?
Saat gadis itu bertanya tanya dalam pikirannya, Arldan melempar tas kerjanya ke sembarangan arah, Kemudian bergerak mendekati Vanessa di depan sana yang tampak begitu ketakutan menatapnya.
Grekkkk
Arldan mencengkram wajah gadis itu dengan keras, Membuat Vanesa tersentak di buatnya.
"Apa yang sudah kau katakan pada kakek?"
Suara Arldan terdengar begitu dingin dan mengerikan di telinga Vanesa.
Namun saat mendengar pertanyaan pria itu membuat Vanesa menatap bola mata Arldan beberapa waktu.
"Aku tidak mengatakan apapun"
Jawab gadis itu dengan cepat di tengah rasa sakit di wajahnya dimana Arldan semakin memperkuat cengkramannya.
"Apa kau berusaha membohongiku?"
Tanya Arldan kembali yang tampak mengeram marah.
"Tidak aku tentu tidak berani melakukannya, Aku benar benar tidak mengatakan apapun pada kakek"
Vanesa kembali menjawab dengan cepat, Dia merasa kini kuku pria itu tampak menancap cukup kuat di bagian wajahnya hingga membuat rasa perih tercipta.
Arldan menatap bola mata gadis di hadapannya dengan tajam, Mencoba mencari kebohongan di dalam sana, Sayangnya dia benar benar tidak menemukan apa yang dia cari, Hingga memilih menghempaskan wajah Vanesa dengan cukup kasar.
"Sebaiknya kau menutup mulutmu dengan baik, Jika aku tau kau membukanya sedikit saja, kau pasti bisa menebak apa yang akan aku lakukan padamu"
Sarkas Arldan yang kemudian menarik sebuah handuk di atas tempat tidur dan segera bergerak masuk kedalam kamar mandi.
Vanesa menghela nafasnya pelan, Sejenak gadis itu perlahan memperbaiki posisinya kemudian duduk di atas tempat tidur yang ada di sana.
Dia sekalipun tidak pernah berfikir akan melakukan sesuatu seperti yang ada di pikiran Arldan, Bahkan untuk Lili yang merupakan sahabat dekatnya benar benar tidak tau apapun yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan rumah tangganya.
Dia selalu berkata jika dia bahagia dengan Arldan yang begitu mencintainya. Tidak bisa Vanesa bayangkan bagaimana jika Lili tau apa yang terjadi, Mungkin gadis itu terbang dengan jutaan kemarahan ke arah suaminya. Dan memberitahu tuan besar Santoso juga tidak pernah ada dalam pikirannya.
Gadis itu kembali menghela nafasnya, Lantas kemudian mulai mempersiapkan pakaian yang akan di gunakan Arldan nanti setelah menyelesaikan mandinya.
Di lantai bawah, Terlihat tuan Santoso duduk bersama Jack, Mereka terlihat sedang membahas beberapa hal yang begitu penting jika dilihat dari ekspresi serius di wajah mereka.
"Atur waktu pertemuanku dengannya"
Sahut Tuan besar Santoso kemudian.
"Baik tuan besar"
Timpal Jack yang menundukkan kepalanya.
Vanesa yang menuruni anak tangga memilih berlalu ke arah dapur untuk menyiapkan makan malam di bantu oleh bibi Sumi.
Hingga tidak butuh waktu yang lama setelah berkutat dengan alat masaknya, kini makanan telah tersaji di atas meja.
Tuan besar Santoso telah mengambil posisi duduknya, Dimana Arldan terlihat berjalan menghampiri mereka dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana.
"Apa terjadi masalah keuangan di perusahaan, Arldan?"
Tuan besar Santoso melontarkan pertanyaannya ke arah cucunya yang baru saja duduk tepat di sampingnya.
Arldan mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Tentu saja tidak kakek, Aku akan memberitahu kakek jika sesuatu yang buruk terjadi di perusahaan"
Jawab pria itu dengan cepat
Vanesa memilih bungkam, Dia cukup tidak mengerti pembahasan mengenai perusahaan, Dengan tangannya yang begitu cekatan mengambil nasi dan lauk di atas piring untuk tuan besar Santoso.
Tuan besar Santoso terlihat mendengus, Membuang pandangannya kemudian berkata
"Aku pikir terjadi sesuatu yang buruk, Hingga membuatmu menjadi miskin dan tidak bisa membayar beberapa pelayan untuk bekerja di rumah ini dan membantu istrimu"
Sarkas tuan besar Santoso ke arah cucunya.
Sejak tadi dia merasa ada yang aneh, Dia tidak melihat keberadaan pelayan yang lain di rumah besar ini, Hanya ada bini Sumi yang jelas telah bersama keluarga Santoso 10 tahun lamanya.
Dia pikir, Apakah kedua wanita itu yang membersihkan rumah besar ini, Itu jelas tidak masuk di akal, Bibi Sumi jelas sudah tua dan untuk cucu menantunya, Jelas saja gadis itu tidak boleh kelelahan karna kondisi kesehatannya karna saat ini hanya memiliki satu ginjal di dalam tubuhnya.
Vanesa mengentikan gerakan tangannya ketika mendengar apa yang dikatakan tuan besar Santoso, lantas gadis itu menatap kakek dari suaminya dengan cepat.
"Kakek jangan marah padanya, Aku yang meminta Arldan untuk memberhentikan pelayan pelayan lain, Aku pikir aku masih bisa mengerjakan semuanya sendiri, lagi pula masih ada bibi Sumi yang membantuku"
Jelas gadis itu dengan cepat, Dia tentu saja tidak ingin Arldan mendapatkan kemarahan dari tuan besar Santoso. Meskipun dia cukup kikuk menyebut nama pria itu saat ini, Tidak mungkin bukan dia akan memanggilnya dengan sebutan tuan.
"Tidak perlu menghemat nak, Perusahaan tidak akan bangkrut hanya dengan mempekerjakan beberapa pelayan untuk membantumu"
Suara tuan besar Santoso terdengar melembut, Menatap cucu menantunya dengan penuh kasih sayang.
"Aku akan mencoba mencari beberapa pelayan besok"
Sahut Arldan yang kini membuka suaranya.
"Itu bagus"
Timpal tuan besar Santoso kemudian.
"Tapi"
Vanesa hendak menyela namun Arldan kembali membuka suaranya
"Makan makananmu"
Titahnya membuat Vanesa yang pada akhirnya menutup mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments