Setelah menyelesaikan makan malam, Vanesa terlihat bingung keadaan, Dia pikir dimana dia harus tidur, Tidak ada sofa di dalam kamar tersebut.
Dan meminta bibi Sumi untuk membawakannya karpet permadani juga cukup beresiko, Dia takut jika bibi Sumi akan ketahuan oleh tuan besar Santoso yang membuatnya benar benar tidak bisa mengelak oleh keadaan, Tidak ada alasan yang tepat menurutnya ketika mereka tertangkap basah meminta bibi Sumi untuk membawa sebuah karpet di kamar mereka berdua.
Vanesa tampak mengigit jarinya, Saat ini sudah memasuki jam tidurnya, Dia bukan tipe gadis yang sering begadang. Dan saat rasa kantuk mulai menyerangnya dia kesulitan memikirkan akan tidur dimana.
Gadis itu fikir dia tidak mungkin tidur di atas tempat tidur yang sama dengan Arldan, Itu jelas saja memancing amarah pria itu. Dan Vanesa jelas saja tidak menginginkannya.
Hingga tiba tiba gadis itu bergerak ke arah lemari, Mencari sebuah selimut yang bisa dia gunakan sebagai alas untuk tidur di bawah lantai.
Yah, Di bawah lantai.
Dia jelas tidak memiliki pilihan lain selain tidur di atas lantai yang menciptakan rasa dingin tersebut.
"Ahh syukurlah"
Gadis itu memekik bahagia ketika mendapatkan benda yang dia cari ada di sana.
Hingga secara perlahan mulai membentangkannya, Dan meletakkan bantalnya lalu tidur di atas selimut yang cukup besar tersebut.
Vanesa mulai mencoba memejamkan matanya, Dan tidak butuh waktu yang lama untuk gadis itu benar benar terlelap dalam tidurnya.
****************
"Sepertinya kau mulai keluar dari jalurmu, Arldan"
Suara tuan besar Santoso terdengar begitu datar, Memecah kesunyian di dalam ruangan kerja tersebut.
Arldan hanya diam, Sembari menatap kakeknya beberapa waktu, Dia menunggu pria tua mengatakan apa yang ingin dia katakan sejak tadi.
"Kau mulai berselingkuh dari istrimu, Vanesa, dengan wanita yang kau kenal dari club"
Lanjut tuan besar Santoso yang menatap cucunya dengan tatapan dingin.
Arldan jelas terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh kakeknya.
"Kakek itu tidak seperti yang kakek pikirkan"
Arldan berusaha untuk mengelak, Dia pikir siapa yang memberitahu kakeknya tentang hal itu, Bukankah Vanesa berkata tidak mengatakannya?
Di saat dia menerka nerka siapa yang membocorkan tingkahnya, suara tuan besar Santoso membuyarkan lamunannya.
"Berhenti mengelak dari pria tua ini, Kau jelas tau jika kakek memiliki banyak orang yang bisa bergerak di belakangmu tanpa sepengatahuan mu"
Sela tuan besar Santoso yang kini menyadarkan tubuhnya di belakang kursi yang dia duduki.
"Kau tidak ingin melihat foto foto di atas meja itu?"
Sahut pria tua itu kembali yang membuat Arldan segera memeriksa beberapa lembar foto di atas meja yang ada di hadapannya.
Matanya jelas saja membulat, Tenggorokannya seketika tercekat, saat menyadari jika foto foto tersebut memperlihatkan dirinya yang sedang bersama Nova di berbagai tempat, Bahkan termasuk di club dan saat mereka memasuki kamar hotel. Lantas pria itu menegak ludahnya kasar, Dengan bukti itu dia jelas tidak bisa mengelak dari tuduhan kakeknya.
"Kakek bisa mengerti jika saja pernikahan kalian di dasari oleh perjodohan dimana tidak ada cinta di dalamnya"
Ucap pria tua itu kembali yang menatap cucunya dengan jutaan rasa kecewa dalam hatinya.
"Tapi ini jelas saja berbeda, Kalian menjalin hubungan cukup lama, Dan kau datang ke hadapan kakek meminta izin untuk meminang gadis itu menjadi istrimu, Lalu siapa sangka jika kau yang berselingkuh"
Lanjut tuan besar Santoso kembali, Sebenarnya sebelum dia melihat buktinya, Dia juga enggan percaya dengan apa yang dikatakan Jack, Tangan kanannya.
Namun siapa sangka saat itu Jack memberikan banyak bukti membuat dia kehilangan kata katanya.
"Perlu kakek tekankan, Keluarga Santoso tidak mentolerir sebuah perselingkuhan Arldan, Kau jelas tau itu, Karna kakek berulang kali memperingati dirimu sebelum menikah"
Ucap tuan besar Santoso panjang lebar ke arah cucunya tersebut, Dia jelas tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran cucunya saat ini, Bertindak begitu bodoh dalam sebuah hubungan sakral pernikahan yang jelas saja tidak bisa di permainkan.
Seperti yang dia katakan, Jika saja pernikahan cucunya terjadi karna sebuah keterpaksaan dia mungkin bisa mengerti. Tapi jelas saja hubungan mereka terjadi atas dasar rasa suka. Lantas kenapa Arldan memilih selingkuh?
Dia pikir kenapa banyak di jaman sekarang melakukan sebuah perselingkuhan, Sedangkan bagi pria tua itu tidak memiliki niar sedikitpun untuk melakukannya, Dan jangankan untuk berselingkuh membuka hati ketika istrinya pergi lebih dulu menghadap ilahi membuat dia kehilangan ketertarikannya pada lawan jenisnya.
Hatinya benar benar hanya tertuju pada mendiang istrinya yang tidak lain nenek dari Arldan.
Bughhh
Tiba tiba Arldan berlutut di bawah kakinya membuatnya segera tersadar dari lamunannya.
"Maafkan aku kakek, Aku benar benar khilaf"
Ucap Arldan ke arah kakeknya, Dia menundukkan kepalanya di hadapan pria tua itu.
"Maafkan aku, Beri aku kesempatan dan aku tidak akan melakukannya lagi"
Sahut Arldan dengan penuh penyesalan, Dia berusaha menyentuh kaki pria tua itu, Berharap jika kakeknya akan memaafkan dirinya.
Tuan besar Santoso menghela nafasnya kasar, Dia berharap jika yang di lakukan cucunya hanya karna sebuah ke khilafan.
"Akhiri hubunganmu dengan wanita itu, Atau kau jelas tau apa yang akan kakek lakukan padamu"
Ucapnya kemudian, Mau tidak mau pria tua itu memilih memilih memberi kesempatan pada cucunya, Dia pikir mungkin perselingkuhan itu terjadi karna rasa bosan antara satu dengan yang lainnya.
"Kau tau Arldan, Kakek jelas tidak memihak siapapun dalam sebuah kesalahan"
Ucap tuan besar kembali yang menatap bola mata cucunya dengan dalam
"Bahkan jika suatu saat kau melakukan kesalahan cukup fatal dalam pernikahanmu, Dan membuat Vanesa meninggalkanmu, Maka kakek tidak akan pernah membantumu membujuk gadis itu untuk kembali"
Lanjut tuan besar Santoso membuat Arldan seketika bungkam, Tidak ada yang tau apa yang ada di pikiran pria itu saat ini.
"Perlakukan dia dengan baik, Jangan sampai kau menyesalinya di kemudian hari"
Lanjut pria tua itu lagi yang menatap cucunya dengan datar.
"Sebab terkadang seseorang menyadari sesuatu yang berharga ketika hal tersebut telah pergi darinya"
Setelah berbincang dengan kakeknya, Arldan memilih kembali kedalam kamarnya.
Dan hak pertama yang dia lihat saat pria itu membuka pintu kamarnya adalah istrinya yang saat ini telah terlelap di bawah lantai beralaskan sebuah selimut yang tidak begitu tebal. Arldan yakin jika gadis itu masih bisa merasakan dingin dari lantai di bawah sana.
Arldan lantas melangkahkan kakinya, Menatap Vanesa di bawah sana yang terlihat begitu damai dalam tidurnya.
Tatapan pria itu jelas saja begitu rumit, Seolah tidak ada yang mampu menebak apa yang ada di pikiran Arldan saat ini.
Hingga secara perlahan dia memilih berlalu dari sana, Naik ke atas tempat tidurnya dan mencoba memejamkan matanya dalam beberapa waktu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments