Jepang

Teressa tercegang untuk beberapa waktu, wanita itu terdiam merasakan rasa panas dan sakit di pipinya, Lantas bola matanya menatap aunty nya dengan bola mata berkaca kaca.

"Tidak kah kau berfikir jika kau egois Teressa"

Aunty Freya nya berkata dengan suara bergetar, Matanya terlihat memerah dan siap menumpahkan lelehan bening di bawah pipinya.

"Kau fikir hanya kau yang menderita? Kami semua juga menderita? Kau fikir hanya kau merasakan sakit? Kami juga sama"

Freya menatap keponakannya dengan marah, Namun air matanya tumpah begitu saja.

"Kau tau? Kami juga sedih sangat sangat sedih saat kehilangan bayimu, Semua orang merasakannya"

Itu memang benar, Tidak hanya Teressa yang terluka, Tapi mereka juga sama

"Tapi tidakkah kau berfikir untuk mengikhlaskannya jika memang tidak menemukannya?"

"Ini bukan hanya setahun dua tahun bahkan lima tahun kita melakukan pencarian, Tapi sudah puluhan tahun lamanya"

"Dan puluhan tahun itu juga kau menderita dalam kondisi yang begitu memprihatinkan, Kau bahkan sering keluar masuk rumah sakit"

Freya terus mengeluarkan suaranya, Seolah tidak peduli dengan air matanya yang tumpah sejak tadi.

Pikirannya berkelana, Mengingat bagaimana kondisi keponakannya yang terus saja menurun semenjak kejadian itu. Dan beberapa tahun belakangan ini, Kondisi Teressa semakin memburuk.

"Kau memikirkan putrimu bukan? Lalu bagaimana dengan aunty? Aunty juga menganggap mu sebagai putri aunty meski bukan dari rahim ku, Apakah kau pernah berfikir bagaimana perasaanku melihatmu yang terbelenggu dengan kesedihan?"

Freya menatap Teressa dengan jutaan kekecewaan yang terlihat jelas dimatanya.

"Aunty hancur? Aunty sakit? rasanya ingin mati, Bukankah itu begitu menyiksa?"

"Lupakan tentang auntymu jika itu tidak begitu penting"

Sahut Freya kembali dengan mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya dengan kasar

"Tapi bagaimana dengan suamimu? Kau fikir Alexander tidak menderita? Dia mungkin tampak kuat di depanmu agar tidak membuatmu semakin sedih"

Lanjutnya lagi, Dia berusaha menyadarkan keponakannya itu.

"Tidakkah kau tau bagaimana hati pria itu? Alexander terluka, hatinya hancur, kau harus tau itu, Pergi tanyakan pada uncle Hussain mu, Bagaimana rapuhnya suamimu ketika menceritakan kondisi kesehatanmu"

Teressa yang mendengar itu langsung membelalakkan matanya, Yahhh suaminya? dia tidak tau apapun tentang suaminya.

Benarkah suaminya terluka? Sakit? Karna pada faktanya suaminya selalu terlihat tenang dan baik baik saja.

Melihat keponakannya yang hanya diam, Freya kembali melanjutkan perkataannya.

"Dia merasa gagal menjadi ayah, Dan juga gagal menjadi suami, Kau tau? Dia begitu menyalahkan dirinya sendiri dengan kejadian di masa lalu"

Mendengar apa yang dikatakan aunty nya membuat tubuh Teressa mematung dengan rasa sakit yang tiba tiba menghantam dadanya.

"Perhatikan wajah suamimu dengan baik, Apakah pria itu terlihat baik baik saja seperti yang ada di pemikiranmu?"

"Kau tau di banding kau kehilangan bayimu, Alexander jauh lebih terluka, Dia harus kehilangan putri dan juga jiwa istrinya"

Freya benar benar berusaha menarik kesadaran dan akal sehat dari keponakannya itu, Sebab kadang kali wanita itu selalu bertindak seenaknya dan tidak mementingkan perasaan orang lain.

"Kau sangat egois, Hanya memikirkan perasaanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain terutama suamimu"

"Tidakkah kau kasian padanya? Di saat dia sakit dan terluka dia masih mengurus mu, mengurus perusahaannya tanpa pernah berkata lelah"

"Kau benar benar istri yang egois, Kau bukan Teressa Damaresh yang aku kenal, Taressa ku adalah wanita penyayang dan begitu peduli dengan orang lain, Sedangkan wanita ini"

Freya menjeda kalimatnya, Dia menatap Teressa si hadapannya beberapa waktu.

"Wanita itu wanita yang egois"

Lanjut Freya dengan jutaan kekecewaan di dalam hatinya.

Wanita tua itu benar benar menumpahkan seluruh perasaannya, Seolah tidak peduli dengan perasaan Teressa yang bisa saja terluka karna perkataannya.

Dia juga tau, Tidak ada sakit yang melebihi sakitnya kehilangan buah cinta mereka, Tapi terkadang tanpa orang itu sadari perlakuannya lebih menyakiti orang di sekitarnya.

Lantas dia berbalik, Hendak pergi dari sana.

Namun siapa sangka sebuah tangan mendekap tubuhnya, Tangan tersebut terlihat gemetar.

"Aunty maafkan aku, Maafkan aku, Maafkan aku"

Teressa mengulang kalimatnya, Memejamkan matanya dalam pelukan aunty nya.

Rasa sesal seketika menghantamnya, Ya apa yang dikatakan aunty nya benar. Bagaimana bisa dia menjadi manusia seegois itu? Tentang suaminya? Apakah dia pernah memikirkan perasaan suaminya? Apakah dia pernah tau kapan suaminya terluka? Tidak jawabannya adalah tidak, Tidak sama sekali.

Perlahan tubuh wanita luruh di atas lantai, Membiarkan tangisnya pecah begitu saja.

Freya membalikkan badannya, Lantas menyambar tubuh keponakannya yang ringkih itu kedalam pelukannya.

Suara isak tangis keduanya benar benar memecah kesunyian di dalam manshion mewah tersebut.

Membuat para pelayan yang menyaksikan perdebatan kedua wanita tadi secara diam diam juga meneteskan air matanya.

Tidak ada yang salah

Kadar rasa sakit semua orang berbeda beda, Hanya saja mereka tidak boleh berkabung lama waktu yang cukup cukup lama, Hingga membuat orang orang di sekitar mereka juga terluka.

"Tidak apa apa, Kami mengerti perasaanmu"

Sahut Freya dengan pelan di telinga keponakannya, Tangannya terulur mengelus surai panjang milik Teressa.

****************

Di sisi lainnya

Vanesa mengerutkan keningnya ketika mendapatkan pesan dari sahabatnya, Lili.

"Aku juga ada di jepang, Bukankah kamu ada di jepang"

Ya? Sahabatnya itu ada di Jepang? Bukankah itu sangat kebetulan. Dia pikir sahabatnya akan pergi ke Prancis bertemu dengan uncle seperti yang dia katakan padanya sebelumnya.

Lalu tiba tiba gadis itu ada di Jepang? Meski cukup terkejut namun tidak di pungkiri Vanesa merasa bahagia, Sebab mungkin dengan adanya Lili dia bisa menghabiskan waktunya berharganya dengan penuh kebahagiaan.

Dia pikir mungkin beberapa hari kedepan dia hanya bisa berbaring di atas tempat tidur hotel, Sedangkan Arldan? Suaminya, Pria itu telah pergi di beberapa destinasi di jepang dengan Nova, Ya selingkuhan pria itu.

Dengan keberadaan Lili seolah tuhan memberinya hadiah yang istimewa di negeri sakura ini.

"Begitu tiba tiba?"

Vanesa segera mengirim balasan pada sahabatnya itu.

"Hmmm, Ada urusan yang mendesak"

"Ingin bertemu? Kita bisa bertemu di suatu tempat dengan segelas macha terbaik di negara ini"

Dua pesan itu masuk tanpa menunggu lama.

Membuat Vanesa mengembangkan senyumnya.

"Kau benar benar gadis penggila macha"

"Baiklah mari bertemu, Kirim lokasinya jika kau sudah menemukan tempat yang pas untuk kita"

Vanesa juga membalas dengan cepat, Dia membiarkan Lili yang memilih tempatnya, Sebab ini pertama kalinya dia ke jepang dan cukup bingung memilih tempat yang baik untuk mereka bertemu.

"Baiklah, Aku akan kirim lokasinya"

Dan setelah pesan itu masuk, Tidak berselang lama pesan dengan isi sebuah alamat lengkap dimana mereka akan bertemu langsung masuk kedalam ponselnya.

Terpopuler

Comments

Popo Hanipo

Popo Hanipo

novelnya bagus kenapa like nya sedikit ya

2025-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!