Hari keberangkatan Rafael ke ingrish akhirnya tiba juga. Ini bukan kali pertama Rafael keluar negri namun entah mengapa kali ini dada Rafael berdegup kencang seolah akan mendapatkan sesuatu yang selama ini di carinya.
‘ aku harap aku akan menemukanmu, Emily.’ batin Rafael mengusap dada nya berdebar- debar.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi ketika dirinya telah sampai di campus Royal College of Art , Rafael tengah bersiap menyampaikan tema seminar di ruangan khusus yang disediakan untuknya. Ia berjalan menuju tempat yang sudah disediakan untuknya menyampaikan materi seminar sebelum di buka oleh MC. Rafael mengedarkan pandangan ke semua mahasiswa yang hadir di seminar ini.
Berharap ada Emily hadir menjadi salah satu mahasiswi di campus yang sekarang sedang di datanginya. Ia memandang beberapa mahasiswa bukan hanya beasal dari interior design namun dari beberapa jurusan yang mengharapkan bisa mendapatkan beasiswa untuk memperingan biaya kuliah mereka beberapa tahun kedepan.
Dengan nafas berat Rafael menyelesaikan seminar pada hari itu juga.
“ ada apa, tuan. Anda kelihatan tak merasa puas, apakah pelayanan kami kurang memuaskan. Ruangan kami kurang luas?” ucap Andy selaku paitia penyelenggara.
“ ah, tidak, semua alat- alat kalian sangat menunjang jalannya seminar, dan ruangan kalian pun bagus.” ucap Rafael menenangkan.
“ apakah ada recomendasi mu? Untuk anak interior design yang memiliki kemampuan, namun berhalangan hadir.” ucap Rafael.
“ saya akan mengeluarkan design- design mereka, tuan. Anda bisa melihat dan menilai sendiri.” ucap Andy menuntun Rafael menuju tempat berkas- berkas karya mahasiswa di simpan.
Setelah sampai di ruangan yang di tuju, mata Rafael tertuju pada salah satu gambar print yang tergeletak di meja.
‘ gambar ini? Idenya sangat orisinil dan ciri khasnya entah mengapa mengingatkan aku pada MV.’ batin Rafael memegang gambar yang baru saja di lihatnya.
“ tuan, ini gambar- gambar design yang mendaftar ikut beasiswa.” ucap Andy, memperlihatkan setumpuk gambar design buatan tangan itu.
Rafael menatap satu persatu gambar buatan yang di sodorkan kepadanya, memang dalam segi kerapian mereka sangat rapi namun dalam segi ide, Rafael lebih tertarik kepada gambar pertama yang di lihatnya.
“ apakah pemilik design ini tak ikut serta dalam daftar beasiswa?” tanya Rafael menyerahkan gambar desin yang di lihatnya pertama kali.
“ tidak, tuan.” ucap Andy jujur.
“ siapa pemilik gambar ini?”
“ maksud anda, Em, tuan?” tanya Andy.
“ Em?”
‘ apakah Emily? Tapi pemilik nama Emily tak hanya satu dua orang saja.’ batin Rafael.
“ ya, Emerald, dia mahasiswi tahun ke dua.” ucap Andy, karena memang Emily mendaftarkan namanya dengan nama Emerald itu adalah nama asli Emily yang di berikan ibunya, satu- satunya yang tidak di ketahui Rafael, karena semua keluarganya selalu memanggilnya dengan sebutan Emily. Emerald berarti batu permata, orang tua Emily berharap Emily menjadi pribadi yang sama berharganya dengan batu berharga berwarna hijau tersebut, sedangkan mereka memanggil nama dengan Emily karena teman- temannya waktu kecil tak bisa mengeja nama Emerald. Dan nama Emily akhirnya telah melekat sampai dia dewasa.
“ o.., oh namanya Emerald.” ucap Rafael, dengan nada putus asa.
“ apakah anda mau bertemu dengannya.” ucap Andy lagi.
“ tidak usah, dia tak mendaftar sebagai mahasiswa beasiswa, ada baiknya memberi kesempatan kepada mahasiswa lain.” ucap Rafael mengerti arti tatapan Andy.
Akhirnya dengan beberapa kali melihat Rafael menentukan 3 kandidat penerima Mahasiswa yang akan terikat kontrak kerja setelah mereka lulus. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju mobil yang akan mengantarnya ke penginapan dan langsung menyuruh sopir kembali ketempat ia menginap. Sampai ia melihat siluet punggung Emily.
“ stop!” peintah Rafael pada sopir yang mengantarnya.
“ ada apa tuan?” ucap sopir yang mengantar Rafael. Rafael tak menjawab dan langsung berlari ke arah wanita yang di yakini adalah Emily.
“ Emily!” teriak Rafael menaik wanita itu.
“ eng.., tuan?” ucap wanita itu. Bingung karena tiba- tiba, Rafael menariknya.
“ a.., ah. Maaf saya kira anda keponakan saya.” ucap Rafael, merasa bersalah telah menarik orang yang tak di kenalnya.
Dengan nafas berat Rafael menuju mobilnya yang terpakir di jalan karena tiba- tiba Rafael berhenti dan mengejar sosok yang dikiranya Emily.
“ maaf, ayo jalan lagi.” ucap Rafael masuk ke mobilnya. Sopir hanya mengangguk tak banyak bertanya melihat wajah sendu Rafael dan tetap melajukan mobilnya ke tempat Rafael menginap.
‘ mungkin memang tak semudah itu menemukan Emily, ini salahku membiarkan Emily tetap tinggal dengan Edward meski tahu Edward memperlakukan Emily dengan semena- mena, jika bukan karena Julie dan cemburunya itu aku akan memilih membawa Emily kerumahku dulu.’ batin Rafael selama dalam perjalanan menuju tempat ia menginap.
Setelah sampai di kamar tempatnya menginap ia memilih langsung merebahkan dirinya, memijit pelipisnya yang terasa sakit.
‘ Emily, aku merindukanmu.’ ucap batin Rafael sebelum akhirnya tertidur dalam dunia mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Nia
btw... umur emily, Ed dan Rafael bener ya? 22, 34, 27? di masa yg sama kan? jadi Ken seumuran dg Rafael ya...
2021-03-05
1