Chapter 12: valley of death
Suasana di setiap langkah menuju kastil tempat bos gate berada terasa mencekam. Semuanya memasang sikap waspada, karena tidak ada yang tau darimana serangan tiba-tiba akan muncul.
"Kita tidak bisa langsung menuju kastil bos gate ini," ujar Baek Soyeon, matanya tajam memeriksa setiap jalan setapak yang mereka lalui. "Ada penghalang sihir di sekelilingnya. Kita butuh sesuatu untuk menembusnya."
Cha Eunwoo mengangguk. "Ada sebuah artefak di Lembah Kematian yang bisa menetralkan penghalang itu. Tapi jalannya tidak mudah."
Kim Jung-In menghela napas. "Lembah Kematian, ya? Maksudmu tempat yang memiliki gerbang yang agak terlihat mengerikan itu." Ucapnya dengan ekspresi agak jijik, mengingat dia bertemu dengan baek soyeon di dekat gerbang itu bersama ibu nya ketika dia baru masuk ke gate untuk mencari yoon seo.
"Yah tempat itu memang mengerikan. Banyak monster yang saling memangsa disana. Jadi wajar saja. " Timbal han mirae yang membuat kim Jung in mendesah lelah.
Sementara itu, Ahn Se-Hyeon tetap diam, tapi matanya tidak pernah lepas dari Yoon Seo.
Sebagai ibu tiri yang selama ini terlihat bersikap acuh dan tegas, ada sesuatu dalam tatapannya yang tidak bisa Yoon Seo baca.
Apakah itu kekhawatiran?
Atau sesuatu yang lain?
'kurasa dia benar-benar sangat menyayangi 'kim yoon seo'
di dalam novel, pernah ada adegan dimana sang protagonist datang menemui Ahn se-hyeon yang merupakan seorang awakener yang bekerja di laboratorium untuk membuat beberapa ramuan. mereka sesekali membicarakan tentang 'kim yoon seo' yang sudah meninggal. Disana digambarkan bahwa Ahn se-hyeon terlihat sedih dan putus asa. Tidak ada lagi jejak seorang ibu tiri yang acuh dan tegas namun sangat penyayang kepada anak kandung maupun tirinya.
Yang terlihat disana hanyalah sesosok cangkang kosong dari seorang ibu yang telah kehilangan hampir seluruh kebahagiaan nya.
Terlihat kosong dan hampa.
Beralih dari hal itu. Udara di sekitar mereka semakin dingin saat tim mendekati Lembah Kematian. Kabut gelap menyelimuti jalan setapak berbatu, dan suara lolongan makhluk-makhluk tak dikenal menggema dari kejauhan. Pepohonan kering dengan cabang-cabang seperti tangan kurus menjulur ke langit kelabu, seakan mencoba mencengkeram siapa pun yang mendekat.
"Kita benar-benar harus masuk ke sini?" gumam Kim Jung-In, menahan rasa tidak nyaman. "Tempat ini seperti dibuat khusus untuk mimpi buruk."
"Kau takut?" sindir Han Mirae dengan nada bercanda, tapi wajahnya sendiri menunjukkan kewaspadaan.
"Aku tidak takut," Jung-In mendengus, "hanya tidak suka tempat yang terasa seperti jebakan berjalan."
Langkah mereka semakin melambat saat memasuki lembah. Kabut hitam yang pekat membatasi jarak pandang, dan udara di sekitar mereka terasa lebih berat, seolah menyedot energi dari tubuh mereka.
"Ada sesuatu yang aneh," gumam Baek Soyeon, matanya menyapu area sekitar. "Kabut ini bukan kabut biasa… ini kutukan."
Ahn Se-Hyeon mengangguk, lalu merapalkan mantra perlindungan. Cahaya hijau samar menyelimuti tubuh mereka, mengurangi efek dari kabut kutukan.
"Tetap waspada," ucap Cha Eunwoo dengan suara rendah. "Tempat ini pasti dijaga oleh sesuatu."
Baru saja ia selesai berbicara, tanah di bawah mereka bergetar. Dari dalam kabut, muncul sosok humanoid dengan kulit hitam retak seperti arang. Mata mereka bercahaya merah, dan setiap gerakan mereka meninggalkan jejak kabut kelam di udara.
Wraith Soldiers.
Makhluk-makhluk itu tidak bersuara, tapi aura haus darah mereka sangat jelas terasa.
"Serahkan yang di depan padaku," ujar Naya, suaranya dingin.
Tanpa menunggu jawaban, ia melesat ke depan. Pedangnya berkilat dalam kabut, menebas salah satu Wraith Soldiers hingga terbelah dua. Namun, tubuh makhluk itu menyatu kembali seketika, seolah-olah serangan tadi tidak berarti apa-apa.
"Sial, mereka tidak bisa dibunuh dengan serangan fisik biasa!" seru Kim Jung-In.
"Tentu saja," ujar Baek Soyeon sambil menyiapkan panah sihirnya. "Mereka hanya bisa dihancurkan dengan energi murni atau sihir eksorsisme."
Ahn Se-Hyeon maju, mengangkat tangannya. Cahaya biru keunguan berkumpul di telapak tangannya sebelum ia meluncurkannya ke arah Wraith Soldiers. Begitu terkena serangan itu, makhluk-makhluk tersebut menjerit tanpa suara sebelum tubuh mereka menghilang sepenuhnya.
Yoon Seo mundur beberapa langkah, berusaha tetap dekat dengan Han Mirae yang melindunginya dari belakang.
"Lagi-lagi aku hanya bisa menjadi beban," gumamnya, merasa frustrasi.
Ia bisa merasakan energinya terkuras dengan cepat. Bukan karena kabut, tetapi karena efek dari kontrak darahnya dengan Eunwoo. Regenerasi cepat yang ia miliki bukanlah anugerah, tetapi harga yang harus dibayar dengan rasa sakit dan kelelahan terus-menerus.
Kemudian, suara berat bergema dari dalam kabut.
DUM… DUM… DUM…
Dari balik bayangan, sesosok raksasa perlahan muncul. Tubuhnya seperti kumpulan mayat yang menyatu, dengan mata hijau menyala yang menatap mereka penuh kebencian.
The Gravekeeper.
Makhluk penjaga lembah ini akhirnya menampakkan diri.
"Aku tidak suka ini," bisik Kim Jung-In.
The Gravekeeper mengangkat tangannya yang besar, dan dalam sekejap, puluhan tangan hitam muncul dari tanah, mencoba menarik mereka masuk ke dalam kegelapan.
"Pisahkan diri dan serang dari berbagai arah!" seru Cha Eunwoo.
Tim segera bergerak. Han Mirae dan Baek Soyeon menembakkan serangan jarak jauh, sementara Naya dan Cha Eunwoo menyerang dari dekat. Ahn Se-Hyeon melemparkan mantra perlindungan ke Yoon Seo, tetapi tubuhnya masih terasa lemah.
Kemudian—
Tangan hitam melesat dari tanah, mencengkeram pergelangan kaki Yoon Seo dan menariknya ke bawah.
"Agh—!"
Ia jatuh tersungkur, jari-jarinya mencakar tanah saat tubuhnya terseret.
"Yoon Seo!" teriak Jung-In.
Semuanya bergerak cepat. Cha Eunwoo melesat lebih dulu, mencengkeram tangan Yoon Seo dan menariknya dengan kekuatan luar biasa. Tapi dalam waktu singkat, luka-luka kecil mulai muncul di kulit Yoon Seo akibat cengkeraman tangan hitam itu—luka yang langsung sembuh beberapa detik kemudian, efek dari kemampuan regenerasinya.
"Lukamu akan cepat sembuh, tapi itu tidak berarti kau tidak akan merasakan sakit," bisik Eunwoo, ekspresinya tajam.
Yoon Seo menggigit bibirnya, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.
"Jangan mendekat," lanjut Eunwoo, matanya bersinar merah samar. "Tetap di belakang. Jika kau terlalu sering terluka, efek regenerasimu bisa menguras tenagamu sampai kau benar-benar kehilangan kesadaran."
Yoon Seo terengah-engah, tetapi ia mengangguk.
Sementara itu, pertarungan semakin sengit. The Gravekeeper mulai bergerak lebih agresif, memanggil lebih banyak Wraith Soldiers untuk mengganggu tim mereka.
"Kita tidak bisa terus seperti ini!" seru Baek Soyeon. "Kita harus menemukan inti dari makhluk itu dan menghancurkannya!"
"Inti?" Yoon Seo terkejut, lalu ingat sesuatu. Dalam novel, The Gravekeeper tidak bisa dibunuh kecuali inti energinya dihancurkan.
Tapi masalahnya adalah… inti itu tersembunyi di dalam tubuhnya.
"Kita harus memancingnya membuka tubuhnya!" seru Yoon Seo.
Jung-In menoleh. "Apa maksudmu?!"
"Makhluk ini melindungi intinya di dalam dadanya! Kita harus membuatnya membuka pertahanannya sendiri!"
Eunwoo menyeringai. "Kalau begitu, kita buat dia marah."
Dengan kecepatan luar biasa, Eunwoo menghilang dari tempatnya berdiri dan muncul di atas bahu The Gravekeeper. Dengan belati yang terbuat dari hasil manipulasi darah-Nya sendiri, ia kemudian menikam leher the gravekeeper.
Raungan kemarahan mengguncang lembah.
The Gravekeeper mengangkat tangannya, mencoba mencengkeram Eunwoo, tetapi pria itu sudah menghindar. Di saat yang sama, tubuh raksasa itu bergetar, retakan mulai muncul di dadanya.
Ini saatnya.
"Naya! Hancurkan bagian tengah dadanya sekarang!" seru Baek Soyeon.
Tanpa ragu, Naya berlari maju, pedangnya bersinar terang sebelum ia menusukkannya tepat ke celah yang terbuka.
CRACK!
Raungan terakhir The Gravekeeper menggema di seluruh lembah, sebelum tubuhnya perlahan runtuh dan berubah menjadi debu hitam.
Keheningan menyelimuti mereka.
Semua orang terengah-engah, tubuh mereka dipenuhi luka.
Tapi mereka berhasil.
Baek Soyeon mendekati sisa debu The Gravekeeper dan menarik keluar sebuah benda bercahaya.
"Artefaknya," katanya, memperlihatkan sebuah kristal hitam berdenyut pelan. "Dengan ini, kita bisa menghancurkan penghalang kastil."
Yoon Seo merosot ke tanah, tubuhnya masih terasa lemas. Tubuhnya memang bisa pulih, tetapi kelelahan tidak bisa dihindari.
Eunwoo berjongkok di hadapannya, menyentuhkan jari ke dahinya. "Jangan mau mati terlalu cepat, Yoon Seo."
Ia hanya bisa tersenyum lemah.
Mereka berhasil melewati lembah ini.
Tapi masih ada tantangan yang lebih besar menanti di depan.
Yaitu bos gate.
To be continued~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments