2

Chapter 2: Who is She....?

Kim Yoon Seo perlahan mulai mendapatkan kesadarannya ketika seseorang berteriak keras. tubuhnya terasa begitu berat, seolah-olah tertahan oleh sesuatu yang tak kasat mata.

dalam kebingungan, ia merasakan pelukan erat yang memberinya sedikit kehangatan. ayahnya, Kim Ha jin, memeluknya dengan cemas.

Suara dengungan di telinganya begitu nyaring, membuat pikirannya sulit untuk fokus. dengan susah payah, ia membuka matanya.

Kelopak matanya yang terasa sangat berat berusaha melawan rada kantuk yang menghantuinya.

saat penglihatan nya akhirnya mulai jelas, wajah wajah penuh kecemasan menyambutnya- keluarga, Teman-teman, dan bahkan orang-orang yang hanya sekedar di acara wisuda itu.

'Ah... tubuh lemah ini...'

dia terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri. seharusnya dirinya lebih pintar untuk mengelola stres.

sejak awal dia seharusnya lebih berhati-hati.

Sebelum Yoon Seo sempat mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, ibu tirinya, Ahn se-hyeon, dengan tenang memeriksa keadaannya.

wanita itu, dengan segala keanggunan dan ketenangannya, berdiri tegak sambil menatapnya. Sorot matanya tajam, penuh pertimbangan, dan nada suaranya tak bisa dibantah.

"kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang."

seolah-olah itu adalah satu-satunya keputusan yang masuk akal.

"Aku tidak apa-apa," suara Yoon Seo terdengar serak, nyaris tak terdengar. Tenggorokannya masih terasa terbakar, dan rasa logam dari darah yang sempat ia batukkan masih melekat di lidahnya.

namun, tak ada seorang pun yang mendengarkan.

Ayahnya sudah memberi isyarat kepada salah satu temannya untuk membantu mengangkatnya, sementara ibu tirinya sibuk menghubungi seseorang— mungkin dokter keluarga atau mungkin saja ambulans.

"seo-ah," suara ayahnya terdengar lebih lembut kali ini. "Kita ke rumah sakit, ya?"

Yoon Seo ingin menolak. namun, tatapan semua orang tertuju padanya. teman-temannya, keluarga, bahkan orang-orang asing yang menghadiri acara itu menatapnya dengan berbagai ekspresi— khawatir, penasaran, atau sekedar kasihan.

Ia benci perhatian seperti ini.

Seharusnya, dia hanyalah figuran.

Seharusnya, dia tidak penting.

jadi mengapa semua ini terasa begitu nyata?

di dalam novel yang ia baca, 'Kim Yoon seo' hanya disebutkan dalam beberapa paragraf dalam penyebutan latar belakang dari snack protagonist, sebelum akhirnya menghilang dari cerita.

Namun sekarang, dia ada di sini. Hidup. Merasakan setiap detik penderitaan yang seharusnya bukan miliknya.

dia mengingat kembali ekspresi wajah dari keluarga 'Kim Yoon seo' ketika melihat bahwa nya sadar setelah di diagnosa akan meninggal dalam koma, terlihat sangat bahagia, sehingga ia merasa tidak enak untuk menghancurkan ekspresi yang terpancar dari wajah mereka.

tapi aku bukan dia...

dan aku tidak ingin berpura-pura menjadi dirinya.

alhasil ia memutuskan untuk memainkan peran amnesia. hal itu membuat keluarga nya sedih, namun menerimanya dengan lapang dada. bahkan, ibu tiri dari 'Kim Yoon seo' yang terbilang dingin dan tegas, menampilkan ekspresi sedih dan terlihat menyakitkan, walaupun hanya sekilas.

Dan yang lebih membuatnya bingung adalah ingatan sosok gadis kecil yang perlahan mulai samar di ingatan nya.

Sosok adik perempuannya yang pernah memaksanya membaca novel tentang dunia ini. Sosok yang sering muncul dalam mimpinya—bayangan yang samar, wajah yang tak pernah jelas, tetapi kehadirannya terasa begitu kuat.

'Lihat aku, Kak…'

Suara itu bergema di benaknya. Begitu nyata. Begitu familiar.

Tapi siapa dia?

Ingatan tentang gadis itu semakin kabur. Setiap kali ia mencoba mengingatnya, detail-detail penting terasa menghilang begitu saja. namun, yang ia tahu pasti adalah bahwa gadis itu selalu ada disana, dalam mimpinya, menangis dan meraih tangannya seolah-olah takut kehilangan dirinya.

Ia ingin menenangkannya.

ia ingin memanggil namanya

Namun…

Siapa namanya?

Tiba-tiba, sebuah tangan kecil menggenggam jemarinya dengan erat.

Yoon Seo tersentak, pikirannya yang melayang langsung ditarik kembali kedunia nyata. saat ia mengangkat pandangannya, seorang anak laki-laki berdiri di dekatnya, menatapnya dengan mata rusa betina yang berkaca-kaca.

Adik bungsunya, Kim Seokjin.

Ia bukan gadis dalam mimpinya, tetapi tetap saja… melihat kekhawatiran yang begitu dalam di wajah anak itu membuat Yoon Seo merasakan sesuatu yang aneh di dadanya.

"kakak tidak apa-apa, kan?" tanya Seokjin dengan suara pelan.

Yoon Seo mengerjap, mencoba mengumpulkan sisa kesadarannya yang masih berantakan. akhirnya, dengan suara yang lirih, ia berbisik, "aku baik-baik saja. "

namun, seokjin masih menatapnya dengan penuh keraguan. Anak itu menggenggam jemarinya lebih erat, seolah takut jika ia melepaskannya, Yoon Seo akan menghilang begitu saja.

Di sisi lain, ibu tirinya sudah menyelesaikan panggilannya. Dengan nada tegas, ia berkata, "Ambulans akan segera datang. untuk saat ini, lebih baik kita tidak memindahkannya terlalu banyak. "

ayahnya mengangguk, sementara ibu kandungnya, Clara, berlutut disampingnya, menatapnya dengan penuh kecemasan."Seo-ie, kau benar-benar tidak apa-apa?"

"aku baik-baik saja... "

namun, saat ia hendak menguatkan tubuhnya untuk duduk tegak, rasa sakit yang menusuk dadanya begitu dalam membuatnya terhuyung. Napasnya terputus, dan batuk yang ia tahan kembali meledak. Kali ini, lebih banyak darah mengalir dari bibirnya.

Seokjin terkejut dan langsung berusaha menyeka darah itu dengan tangannya yang kecil. "Kakak… jangan mati…"

Yoon Seo membeku.

Kata-kata itu begitu familiar.

'Jangan mati, Kak…'

Sekali lagi, suara dalam mimpinya menggema di kepalanya.

Ia menoleh perlahan, matanya menatap lurus ke arah Seokjin. namun, yang ia lihat bukanlah wajah adik bungsunya, melainkan sosok gadis dengan rambut hitam pendek, berdiri di belakang seokjin dengan wajah yang kabut. seolah ia hanyalah bayangan dari ingatan yang terlupakan.

'Lihat aku, Kak…'

Yoon Seo tersentak keras. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi saat ia mencoba berbicara, dunia di sekelilingnya mulai berputar.

'...Aku... Ingin pulang... '

Dan begitulah, Suara-suara menjadi terdengar semakin jauh, samar, sebelum akhirnya kegelapan kembali menyelimuti kesadarannya.

...----------------...

Saat ia membuka matanya, langit-langit putih rumah sakit menyambutnya. Aroma antiseptik menusuk hidungnya, dan suara alat medis berdenting pelan di sekitar.

'Aku masih hidup. '

Perlahan, ia menggerakkan jemarinya, memastikan bahwa dirinya masih ada di dunia ini.

Sebuah suara membuatnya menoleh.

"Kau sudah sadar?"

Seorang pria paruh baya dengan jas dokter berdiri di samping tempat tidurnya, memegang clipboard. Di belakangnya, keluarga Yoon Seo tampak duduk dengan wajah penuh kecemasan.

"Kau mengalami anemia parah akibat kehilangan banyak darah," lanjut dokter itu. "Tubuhmu juga menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem. Kau harus lebih banyak beristirahat."

Yoon Seo mengangguk pelan. Ia tidak terkejut. Tubuh ini memang lemah sejak awal.

Namun ada hal lain yang lebih mengganggunya.

ia menoleh ke jendela, dimana pantulan kaca memperlihatkan bayangannya sendiri.

Tapi sisi lain pantulan itu, ada seseorang berdiri di belakangnya.

Seorang gadis yang setinggi dirinya.

Ia tersenyum padanya.

Namun kali ini, Yoon Seo bisa melihatnya lebih jelas.

Dan yang lebih mengejutkan—gadis itu memiliki wajah yang sangat familiar.

Karena dia… terlihat persis seperti dirinya.

To be continued~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!