Malam itu di kediaman Duke Astria terasa lebih sunyi dari biasanya. Setelah pesta kedewasaan Evelyne, berbagai isu mulai bergulir di kalangan bangsawan, terutama mengenai skandal Alena yang kini tersebar luas. Namun, ini hanyalah awal dari badai yang akan melanda keluarga Astria.
Di dalam ruang kerja Duke Astria, keheningan terasa mencekam. Cahaya dari lampu minyak memantulkan bayangan panjang di dinding, menciptakan suasana yang semakin berat. Alena berdiri di tengah ruangan, wajahnya tegang, tangannya saling meremas di depan perutnya.
Duke Astria menatap putrinya dengan ekspresi tak terbaca. Di belakang Alena, Lady Miranda berdiri dengan wajah pucat, matanya berulang kali melirik putrinya dengan cemas.
"A-ayah," suara Alena akhirnya terdengar, meski lirih dan bergetar.
Duke Astria mengangkat satu alis. "Apa yang ingin kau katakan, Alena?"
Alena menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. "A-aku ingin ayah mengatur pernikahanku dengan Laksa Aragont."
Keheningan yang menyusul permintaan itu terasa begitu pekat. Duke Astria tidak langsung menjawab. Ia hanya duduk tegak di kursinya, kedua tangannya saling bertaut di atas meja, pandangannya menusuk langsung ke mata Alena.
"Dan atas dasar apa aku harus mengatur pernikahanmu?" tanyanya dengan nada dingin.
Alena mengepalkan tangannya erat-erat, lalu dengan hati-hati, ia menurunkan kedua tangannya ke perutnya yang masih rata, namun mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan.
"Karena… aku mengandung anaknya," bisiknya.
Suara Lady Miranda tercekat, sementara Duke Astria tetap tidak menunjukkan ekspresi. Keheningan semakin menekan ruangan itu.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti seabad, Duke Astria akhirnya menghela napas panjang. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menutup matanya sejenak, lalu kembali menatap Alena.
"Kau ingin aku mengatur pernikahan untuk menutupi aib ini?"
Alena menggigit bibirnya. "Bukan hanya untuk menutupibya ayah, aku mencintainya. Aku yakin bahwa pernikahan ini adalah yang terbaik untukku dan keluarga kita."
Duke Astria tertawa kecil, tetapi bukan tawa bahagia. "Cinta? Kau pikir pernikahan bangsawan didasarkan pada cinta, Alena?"
Alena terdiam. Ia tahu bahwa kehidupan bangsawan penuh dengan perjanjian politik dan kepentingan keluarga, tetapi tetap saja.
"Anak ini, dan saya juga tak memiliki gelar bangsawan bukan ayah? T-tapi anak ini adalah darah keluarga Astria," lanjut Alena dengan suara lebih tegas. "Jika aku tidak menikah, reputasi keluarga kita akan semakin hancur."
Duke Astria menatapnya dalam diam, lalu bergumam, "Reputasi, ya?"
Lady Miranda akhirnya angkat bicara, suaranya bergetar. "Suamiku, ini bukan saatnya untuk menghukum Alena lebih jauh. Kita harus segera bertindak sebelum berita ini menyebar lebih luas."
Duke Astria menghela napas lagi, lalu berdiri dari kursinya. "Dan kau pikir aku akan membiarkan keluarga Astria jatuh karena kebodohan ini?"
Alena tersentak. "Jadi, ayah tidak mau mengizinkan pernikahan ini?"
Duke Astria berjalan mendekatinya, menatapnya dengan tajam. "Jika kau pikir aku akan dengan mudah mengizinkan seorang pria seperti Laksa Aragont masuk ke dalam keluarga ini hanya karena kau membuat kesalahan, maka kau salah besar."
Alena merasakan tubuhnya melemas. "Tapi ayah-"
"Aku belum selesai."
Duke Astria memotongnya dengan suara tegas. "Dengar baik-baik, Alena. Aku tidak akan membiarkan anak dari keluarga Astria lahir tanpa status. Namun, aku juga tidak akan membiarkanmu menikah tanpa memastikan bahwa laki-laki itu layak menjadi bagian dari keluarga kita."
Alena menatap ayahnya dengan bingung. "Maksud ayah?"
Duke Astria menoleh ke arah salah satu pelayan yang berdiri di sudut ruangan. "Panggil Laksa Aragont. Katakan padanya bahwa aku ingin berbicara dengannya segera."
Alena terkejut. "Ayah, apa yang ingin kau lakukan?"
Duke Astria menatap putrinya dengan mata dingin. "Aku ingin memastikan apakah dia benar-benar memiliki kehormatan dan tanggung jawab untuk menerima konsekuensi dari perbuatannya."
Lady Miranda menatap suaminya dengan ragu. "Dan jika dia tidak bisa membuktikan dirinya?"
Duke Astria tersenyum dingin. "Maka dia tidak pantas menikahi putri keluarga Astria."
Alena membelalak. "Ayah!"
Duke Astria mengangkat satu tangan, menandakan bahwa pembicaraan telah selesai. "Aku sudah memutuskan, Alena. Kau bisa keluar sekarang dan tunggu keputusan selanjutnya."
Alena ingin membantah, tetapi ia tahu itu tidak ada gunanya. Ia hanya bisa menggigit bibirnya, membungkuk sedikit, lalu keluar dari ruangan dengan wajah penuh kegelisahan.
Sementara itu, Evelyne dan Piter Von Zisilus sedang duduk di sebuah balkon yang menghadap taman. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma bunga yang khas.
Sejak upacara kedewasaan Evelyne, Piter jadi sering berkunjung. Dan desas dusus tentang hubungan romantis keduanya mulai menyebar, baik di kalangan bangsawan atau di kalangan masyarakat biasa.
"Evelyne," Piter memanggilnya dengan suara pelan.
Evelyne menoleh, melihat ekspresi pria itu yang tampak lebih serius dari sebelumnya. "Ada apa?"
Piter menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. "Aku mendengar desas-desus tentang Alena."
Evelyne menghela napas, tidak terkejut sama sekali. "Aku sudah menduganya sejak lama. Laksa Aragont bukan pria yang bisa dipercaya, dan Alena terlalu bodoh untuk menyadarinya."
Piter menyipitkan matanya. "Duke Astria pasti akan menghadapinya dengan kebijaksanaan, tetapi masalah ini bisa menjadi lebih rumit dari yang kau kira."
Evelyne tersenyum miring. "Aku tahu. Tapi biarkan ayah yang menanganinya. Aku sudah melakukan tugasku dengan membuka skandal Alena di depan umum. Sekarang, saatnya kita menunggu bagaimana langkah berikutnya."
Piter mengangguk, tetapi tatapannya tetap tajam. "Kau tidak khawatir?"
Evelyne menatap langit berbintang. "Tidak. Aku sudah siap menghadapi konsekuensi dari pilihanku. Karena kali ini, aku tidak akan membiarkan hidupku dihancurkan oleh kebodohan orang lain."
"Kali ini? entah mengapa aku terlalu sering mendengar kata itu akhir-akhir ini." Duke Zisilus menatap Evelyne tajam, mata merahnya itu bertanya akan apa yang ada di kepala Evelyne saat ini.
"Ya, kesempatan tak pernah datang dua kali. Namun saat seseorang memiliki kesempatan kedua, maka dia akan memperbaiki kesalahannya dan memperbaiki apa yang sudah sepatutnya." Ucap Evelyne, Duke Zisilus terdiam seribu bahasa.
"Adakah hal yang membuat anda menyesali masa lalu Lady?" Duke Zisilus berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya, dan pada akhirnya di terima oleh Evelyne.
"Banyak yang saya sesali dan saya ingin memperbaiki kesalahan-kesalahan yang saya buat, Tuan Duke anda tak pernah bicara tentang waktu atau tempat. Anda akan melakukan apa yang menurut anda benar, adakah penyesalan yang pernah anda lakukan selama ini?" Evelyne berusaha mengalihkan pembicaraan saat waktu menunjukan kian larut.
"Bagaimana ya, saya akan menjawabnya di pertemuan mendatang. Selamat malam Lady," Duke Zisilus mengecup punggung tangan Evelyne sebagai tanpa perpisahan sementara.
"Anda selalu menemukan celah untuk bertemu Tuan Duke, saya akan melakukan pesta teh pertama saya Minggu depan. Saya harap anda memberikan kehormatan pada saya untuk menjadi salah satu tamu terhormat saya?" Evelyne menyerahkan sebuah undangan pada Piter.
"Saya akan membawakan hadiah untuk acara minum teh pertama anda Lady Evelyne." Evelyne menunduk memberikan hormat layaknya bangsawan saat Duke Zisilus meninggalkan tempat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments