Bab 2: Ibu Evelyne

Sebuah kamar yang amat familiar baginya. Itu adalah kamarnya saat berusia 19 tahun. Dia menatap ke arah cermin dan bergegas lari.

Bruk!

Dia terjatuh. Kepalanya berdenyut amat sakit, dan pengelihatannya mengabur. Dengan segenap tenaganya, dia kembali bangkit dan berjalan sempoyongan ke arah cermin.

“A-aku kembali?” gumam Evelyne von Astria.

Tok! Tok! Tok!

“Nak, apa kau sudah bangun?”

Suara dari luar kamar membuat mata Evelyne terbelalak. Dia langsung berjalan ke arah pintu dan perlahan membukanya.

“Ibu…” gumam Evelyne, lalu langsung memeluk wanita di hadapannya dengan berurai air mata. Sang ibu, yang tak lain adalah Duchess Astria, terkejut sesaat sebelum akhirnya mengusap punggung putrinya dengan lembut.

“Nak, kamu tidak apa-apa?” tanya sang ibu. Evelyne mengangguk-angguk, tetapi tangisnya tertahan seketika saat mengingat sesuatu.

Dia segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang ibu yang tampak begitu pucat. Evelyne tahu bahwa kondisi kesehatan ibunya saat ini tidak baik, bukan karena penyakit biasa, tetapi karena racun yang dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa disadari.

"Saya baik-baik saja, Ibu. Namun, saya mengalami kesulitan dalam suatu hal," ucap Evelyne. Tangannya mengepal erat. Kini, dia tak akan membiarkan siapa pun menyakiti orang-orang tercintanya lagi.

Evelyne mempersilakan ibunya masuk ke dalam kamar. Dia tidak langsung menceritakan apa yang terjadi karena di sana, bahkan tembok pun punya telinga. Oleh karena itu, Evelyne akan menyelesaikan semuanya sendiri.

“Ibu, saya ingin sekali jalan-jalan di taman hari ini. Bisakah Anda menemani saya?” tanyanya.

Duchess Astria terdiam sejenak sebelum terkekeh. "Ah, ternyata putriku sedang gugup, rupanya. Tidak apa-apa, Nak. Pertunanganmu malam ini pasti akan baik-baik saja. Ibu akan menemanimu ke taman setelah sarapan."

Sang ibu mengelus rambut Evelyne penuh kasih sayang. Evelyne tersenyum samar. Jadi, dia kembali ke momen ini? Momen yang selalu terngiang dalam benaknya, tangan lembut yang hangat membelai rambutnya, dan senyuman yang teduh itu selalu ada dalam benaknya.

Sosok ibu bagi Evelyne memang sangat berarti, sosok yang dapat menjadikan dirinya kuat dan bahkan berubah dalam hitungan detik. Dan kali ini, kesempatan kedua dia dapati, Evelyne tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja.

Anak yang dulu dia kandung harus segera dia dapatkan kembali, dan pria yang mencintainya dengan tulus harus dia balas ketulusan itu berkali-kali lipat. Sedangkan mereka yang telah Bernai menyingung, dan bermain api di belakangnya maka Evelyne tak akan sungkan untuk melenyapkan mereka.

Jika memang begitu, kali ini dia harus memainkan pertunjukan yang bagus, dan memberi pelajaran pada mereka yang telah membuatnya terluka dahulu.

Laksa Aragont. Dia dikenal sebagai pria kuat dan tangguh, suksesor dari Marquis Aragont. Saat ini, dia adalah tunangan Evelyne, pria yang dulunya dianggap menjanjikan.

Pagi itu, setelah sarapan, Evelyne menemui ibunya dengan mengenakan gaun indah khas musim semi. Gaun itu sedikit terbuka, memperlihatkan keanggunan tubuhnya yang menawan.

"Ayo, Ibu! Kita ke taman!" ajaknya riang.

Di sana, sang ayah, Duke Astria tengah menatapnya. Lelaki itu mengangguk pelan.

“Ah, Ayah rupanya di sini.” Evelyne menatapnya lekat-lekat sebelum berkata dengan tenang, “Apa Ayah berniat membatalkan pertunanganku? Jangan katakan itu pada Ibu, tapi katakan langsung padaku.”

Duke Astria berdehem sebelum akhirnya berkata, “Duke Zisilus mengirimkan surat. Dia akan berkunjung hari ini.”

Evelyne menajamkan tatapannya.

“Mungkin ini memalukan. Tapi Alena saat ini tengah mengandung, dan itu akan menjadi aib bagi kita jika tidak segera dinikahkan.”

Evelyne menggertakkan giginya. Bajingan.

Gerombolan sampah memang seharusnya berada di tempat sampah.

“Siapa ayahnya?” tanyanya, tetap tenang. “Maksud saya, anak di dalam perut Alena, Ayah?”

Ibu Evelyne tampak gelisah, sementara Duke Astria menghela napas. "Laksa Aragont."

Evelyne menahan tawa sinis.

Bagaimana tidak? Selama ini, Laksa adalah tunangannya, tetapi kini dia malah menghamili wanita lain?

"Suamiku… apakah Anda berencana…" Ibu Evelyne berbisik dengan mata berkaca-kaca.

Evelyne menggenggam tangan sang ibu dengan lembut. "Aku kakaknya, Ibu. Jadi, aku yang harus menikah lebih dulu, bukan begitu, Ayah?"

Duke Astria mengangguk. “Benar. Duke Zisilus mengajukan surat pertunangan untuk keluarga kita. Namun, seperti yang beredar dalam rumor, dia memiliki sifat yang kasar dan keras.”

Evelyne mengernyit. Kasar? Yang benar saja. Mana ada pria kasar yang justru memilih bunuh diri karena merasa bersalah pada wanitanya?

“Aku tidak keberatan,” katanya akhirnya. “Demi martabat keluarga kita. Ayah, saya sudah ada janji dengan Ibu untuk jalan-jalan di taman. Bisakah Ayah mengurus sisanya?”

Nada suaranya dibuat sedikit imut, dan sang ayah pun akhirnya mempersilakan.

Alena sendiri tak memiliki gelar Astria karena dia hanyalah anak haram hasil hubungan sang ayah dengan seorang pelayan. Wanita itu selalu berlagak sebagai nyonya saat Duke Astria tak ada di rumah, dan dialah yang telah meracuni ibu Evelyne hingga sakit seperti sekarang.

“Saya pamit, Ayah,” Evelyne menundukkan badan dengan penuh tata krama sebelum pergi bersama ibunya.

Saat mereka hendak keluar kediaman, sebuah kereta kuda memasuki halaman mansion yang luas.

Evelyne dan ibunya terdiam sejenak ketika seorang pria bertubuh tinggi besar keluar dari kereta. Jubah besarnya menutupi tubuhnya, sementara janggut dan kumis tak terawat menutupi wajahnya.

"Salam kepada Duke Zisilus," Evelyne menunduk hormat.

“Hem senang bertemu dengan anda Lady Evelyne, salam kepada Duchess Astria.”

Piter von Zisilus menundukkan kepalanya dengan hormat kepada ibu Evelyne, dan Duchess Astria membalasnya dengan senyuman ramah.

"Senang bertemu dengan Anda, Tuan Duke," ucap Duchess Astria.

Evelyne pun tersenyum dan mengangkat wajahnya dengan anggun, layaknya seorang lady yang terhormat.

“Selamat atas pertunangan Anda, Lady Evelyne,” kata Piter dengan sopan.

Evelyne terkekeh kecil. "Bukankah Anda tunangan saya? Haruskah saya juga memberi selamat pada Anda, Tuan Duke?"

Piter tampak terpaku mendengar ucapannya.

“Maafkan ketidaksopanan saya. Sepertinya pendengaran saya kurang baik akhir-akhir ini,” katanya akhirnya, meminta penjelasan lebih lanjut.

"Benarkah? Sayang sekali. Bukankah malam ini adalah acara pertunangan kita?"

Duchess Astria terdiam, tak dapat berkata-kata melihat sikap Evelyne yang begitu dewasa dan tenang.

"Biar ayahmu yang menjelaskannya nanti, Nak. Tuan Duke, izinkan saya dan putri saya menikmati momen minum teh hari ini," ujar Duchess Astria akhirnya.

“Baik, Duchess. Namun, apakah Lady Astria bersedia meluangkan waktu sejenak setelah minum teh?” Duchess Astria menatap Evelyne, begitu pula Piter.

“Dengan senang hati, Tuan Duke,” jawab Evelyne dengan elegan. Mereka pun akhirnya pergi.

Sementara itu, Alena yang diam-diam memperhatikan mereka terkekeh penuh kemenangan.

"Kamu memang harus berkorban demi keluarga yang kau banggakan itu, Evelyne. Maka, lakukanlah pengorbanan itu sampai akhir," batinnya, merasakan kepuasan dalam hatinya.

Episodes
1 Bab 1: Sang Duchess Kejam
2 Bab 2: Ibu Evelyne
3 Bab 3: Perbedaan Sikap
4 Bab 4: Hadiah Dari Langit
5 Bab 5: Skandal Alena
6 Bab 6: Kesepakatan
7 Bab 7: Meminta Pernikahan
8 Bab 8: Karena Diri Sendiri
9 Bab 9: Pilihan Putriku
10 Bab 10: Pertemuan Rahasia
11 Bab 11: Menuju Pertunangan
12 Bab 12: Intrik Alena
13 Bab 13. Diana Vernhold
14 Bab 14. Pernikahan Alena
15 Bab 15: Permainan Dimulai
16 Bab 16: Tak Berkutik
17 Bab 17: Maafkan Saya
18 Bab 18: Saya Tidak Baik-baik Saja
19 Bab 19: Bertemu Sang Dewi
20 Bab 20: Sejak Saat Itu
21 Bab 21: Penguntit
22 Bab 22: Mendisiplinkan Azura
23 Bab 23: Jodoh Untuk Diana
24 Bab 24: Sifat licik Evelyne
25 Bab 25: Kekejaman Evelyne
26 Bab 26: Tak Ingin Mengubah Sejarah
27 Bab 27: Cium Saya!
28 Bab 28: Pangeran Pelit
29 Bab 29: Wanita Pilihan Andreas
30 Bab 30: Pernikahan Akbar
31 Bab 31: Pesta Malam Mencekam
32 Bab 32: Memasuki Goa
33 Bab 33: Sosok Lain Piter
34 Bab 34: Mendisiplinkan Para Pelayan
35 Bab 35: Kekhawatiran Duchess Astria
36 Bab 36: Menanti Suami
37 Bab 37: Mengambil Keuntungan
38 Bab 38: Fitnah
39 Bab 39: Pesta
40 Bab 40: Kekacauan di Pesta Musim Dingin
41 Bab 41: Siasat Licik Raja Arvis
42 Bab 42: Semangat Juang
43 Bab 43: Perang
44 Bab 44: Bayi Yang Tidak Menangis
45 (S2) Bab 45: Eleanor Roosevelt Astria
46 (S2) Bab 46: Penobatan Kaisar
47 (S2) Bab 47: Pernikahan Sang Kaisar
48 (S2) Bab 48: Jebakan Tidak Mempan
49 (S2) Bab 49: Bertemu Penyihir
50 (S2) Bab 50: Izakel Khorel
51 (S2) Bab 51: Sihir Takdir
52 (S2) Bab 52: Takdir Eleanor
53 (S2) Bab 53: Eleanor Yang Sombong
54 (S2) Bab 54: Sombong?
55 (S2) Bab 55: Debut Elianor
56 TAMAT
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1: Sang Duchess Kejam
2
Bab 2: Ibu Evelyne
3
Bab 3: Perbedaan Sikap
4
Bab 4: Hadiah Dari Langit
5
Bab 5: Skandal Alena
6
Bab 6: Kesepakatan
7
Bab 7: Meminta Pernikahan
8
Bab 8: Karena Diri Sendiri
9
Bab 9: Pilihan Putriku
10
Bab 10: Pertemuan Rahasia
11
Bab 11: Menuju Pertunangan
12
Bab 12: Intrik Alena
13
Bab 13. Diana Vernhold
14
Bab 14. Pernikahan Alena
15
Bab 15: Permainan Dimulai
16
Bab 16: Tak Berkutik
17
Bab 17: Maafkan Saya
18
Bab 18: Saya Tidak Baik-baik Saja
19
Bab 19: Bertemu Sang Dewi
20
Bab 20: Sejak Saat Itu
21
Bab 21: Penguntit
22
Bab 22: Mendisiplinkan Azura
23
Bab 23: Jodoh Untuk Diana
24
Bab 24: Sifat licik Evelyne
25
Bab 25: Kekejaman Evelyne
26
Bab 26: Tak Ingin Mengubah Sejarah
27
Bab 27: Cium Saya!
28
Bab 28: Pangeran Pelit
29
Bab 29: Wanita Pilihan Andreas
30
Bab 30: Pernikahan Akbar
31
Bab 31: Pesta Malam Mencekam
32
Bab 32: Memasuki Goa
33
Bab 33: Sosok Lain Piter
34
Bab 34: Mendisiplinkan Para Pelayan
35
Bab 35: Kekhawatiran Duchess Astria
36
Bab 36: Menanti Suami
37
Bab 37: Mengambil Keuntungan
38
Bab 38: Fitnah
39
Bab 39: Pesta
40
Bab 40: Kekacauan di Pesta Musim Dingin
41
Bab 41: Siasat Licik Raja Arvis
42
Bab 42: Semangat Juang
43
Bab 43: Perang
44
Bab 44: Bayi Yang Tidak Menangis
45
(S2) Bab 45: Eleanor Roosevelt Astria
46
(S2) Bab 46: Penobatan Kaisar
47
(S2) Bab 47: Pernikahan Sang Kaisar
48
(S2) Bab 48: Jebakan Tidak Mempan
49
(S2) Bab 49: Bertemu Penyihir
50
(S2) Bab 50: Izakel Khorel
51
(S2) Bab 51: Sihir Takdir
52
(S2) Bab 52: Takdir Eleanor
53
(S2) Bab 53: Eleanor Yang Sombong
54
(S2) Bab 54: Sombong?
55
(S2) Bab 55: Debut Elianor
56
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!