Evelyne dan Piter berjalan perlahan di sepanjang taman, menghindari tatapan ingin tahu dari para pelayan dan bangsawan yang berkumpul di kediaman Astria malam itu. Cahaya lentera yang tergantung di sepanjang jalan setapak memberikan pendaran lembut pada wajah mereka, menciptakan suasana yang lebih intim dan rahasia.
Piter, atau Duke Zisilus, akhirnya menghentikan langkahnya di dekat paviliun kecil yang terletak di antara semak mawar putih. Dengan sikap seorang pria yang telah matang dalam politik dan pertempuran, ia memandang Evelyne dengan sorot tajam.
"Saya harus memperingatkan Anda, Lady Evelyne," ucapnya dengan suara yang tenang tetapi penuh makna. "Di dalam kediaman ini, ada mata-mata yang bekerja untuk musuh kerajaan. Mereka bukan hanya mengincar keluarga Anda, tetapi juga kestabilan seluruh negeri ini."
Evelyne, yang sejak tadi menatapnya penuh perhatian, mengangkat alisnya dengan sedikit keraguan.
"Saya tidak terkejut," jawabnya, menyandarkan tangannya pada pagar kayu paviliun. "Namun, jika Anda datang hanya untuk memperingatkan sesuatu yang sudah saya ketahui, maka saya khawatir ini adalah percakapan yang sia-sia, Tuan Duke."
Piter tersenyum tipis, seolah mengakui kecerdasan wanita di hadapannya.
"Saya akan langsung ke pokok permasalahan," lanjutnya. "Salah satu mata-mata itu adalah ibu tiri Anda, istri kedua Duke Astria. Ia memiliki hubungan yang sangat erat dengan musuh kita dan telah lama memainkan peran sebagai pengkhianat di dalam rumah ini."
Seketika, Evelyne merasa ada sesuatu yang mencengkeram dadanya. Bukan karena ia terkejut mendengar bahwa wanita itu adalah musuh, tetapi karena fakta bahwa ayahnya mungkin mengetahuinya dan memilih diam.
"Itu tuduhan yang berat, Tuan Duke. Apa Anda memiliki bukti yang cukup?" tanyanya dengan suara datar.
"Saya tidak akan membicarakan ini jika tidak memiliki dasar yang kuat," jawab Piter. "Surat-surat, transaksi rahasia, bahkan beberapa informasi yang mengarah pada sabotase kesehatan Duchess Astria, ibu kandung Anda."
Evelyne menarik napas dalam. Jadi, racun yang ditemukan di dalam teh ibunya bukan hanya kebetulan.
"Jika demikian, apa tujuan Anda memberi tahu saya? Mengapa tidak langsung melaporkan ini kepada Ayah?"
Piter tertawa kecil, seolah menertawakan kepolosan yang masih tersisa dalam diri Evelyne.
"Tuan Duke Astria adalah pria yang cerdas, tetapi ia juga seorang politisi yang penuh pertimbangan. Jika ia memilih untuk diam, maka ada dua alasan utama: pertama, ia belum siap menghadapi konsekuensi dari menyingkirkan wanita itu. Kedua, ia memiliki kepentingan yang lebih besar yang belum bisa diganggu oleh isu internal rumah tangganya."
Evelyne menatapnya dalam-dalam, berusaha membaca lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkannya.
"Jadi, Anda ingin saya yang bertindak?" Piter menggeleng pelan.
"Tidak. Saya hanya ingin Anda waspada dan tidak terjerat dalam permainan mereka. Anda adalah penerus keluarga Astria, seorang yang memegang pengaruh dalam kerajaan ini. Mereka ingin Anda jatuh sebelum Anda sempat berkembang."
Evelyne terdiam sejenak sebelum akhirnya menyandarkan tubuhnya pada pagar kayu.
"Politik selalu seperti ini, bukan? Intrik, pengkhianatan, negosiasi. Saya kira saya sudah terbiasa, tetapi rupanya saya masih bisa terkejut."
"Jika Anda tidak ingin terkejut lagi, maka belajarlah untuk lebih waspada. Dunia ini bukan milik orang-orang yang baik, Lady Evelyne. Dunia ini dikuasai oleh mereka yang cukup cerdas untuk memanfaatkan keadaan dan cukup kejam untuk tidak ragu dalam bertindak."
Keduanya terdiam dalam keheningan yang sarat makna. Angin musim semi berhembus pelan, membawa aroma mawar yang samar.
Evelyne akhirnya tersenyum tipis.
"Anda berbicara seperti seorang penakluk, Tuan Duke. Seperti seseorang yang tidak pernah kalah dalam permainan ini."
Piter menyeringai, menatapnya dengan tatapan penuh teka-teki.
"Saya bukan penakluk, Lady. Saya hanya seseorang yang tahu kapan harus menyerang dan kapan harus bertahan."
Hari itu, mereka berbicara tentang politik, tentang strategi, dan tentang masa depan kerajaan. Keduanya sadar bahwa perbincangan ini bukan hanya pertukaran kata-kata, tetapi juga awal dari sebuah aliansi yang akan mengubah arah sejarah.
.
.
Evelyne menatap Piter dalam diam, pikirannya melayang jauh ke kehidupan sebelumnya. Ia mengingat dengan jelas bagaimana ia menolak lamaran pria ini dengan penuh keyakinan, menganggap bahwa hatinya hanya milik Laksa Aragont.
Dulu, ia tidak pernah memiliki percakapan seperti ini dengan Duke Zisilus. Tidak pernah ada peringatan, tidak pernah ada diskusi tentang politik, tidak pernah ada pengungkapan rahasia sebesar ini. Saat itu, ia terlalu terbuai oleh cintanya pada Laksa, seorang pria yang akhirnya meninggalkannya dalam kehancuran.
Tapi sekarang, segalanya berbeda. Dia akan mengambil semua hal yang sudah seharusnya dia miliki, dan memberikan timbal balik pada mereka yang telah menyakitinya.
Evelyne menutup matanya sejenak, menyadari betapa berharganya kesempatan kedua yang ia miliki. Di kehidupan ini, ia memiliki waktu untuk memperbaiki kesalahan, untuk melihat dunia dengan lebih jernih, dan untuk tidak terjebak dalam kebodohan yang sama.
Ketika ia membuka matanya, sinar matahari telah menyelinap melalui celah dedaunan, menandakan bahwa siang telah datang dan matahari mulai meninggi.
Piter tampaknya menyadari perubahan ekspresinya, tetapi ia tidak bertanya. Ia hanya mengamati dengan ketajaman seorang pria yang telah lama berada dalam dunia politik.
"Hari sudah siang," ujar Piter akhirnya. "Saya tidak ingin mengambil terlalu banyak waktu Anda, Lady Evelyne."
Evelyne menoleh, lalu mengangguk pelan. "Saya juga harus bersiap untuk malam ini."
Piter tersenyum tipis. "Upacara kedewasaan Anda, tentu saja. Malam ini akan menjadi momen yang menentukan bagi Anda dan keluarga Astria."
Evelyne menatapnya dengan penuh keyakinan. "Dan saya ingin Anda ada di sana, Tuan Duke."
Mata Piter sedikit menyipit, seolah mencoba membaca niat di balik kata-kata Evelyne. Namun, meski dia ada sedikit keraguan akan dirinya sendiri. Piter akhirnya mengangguk, dia tidak yakin akan kepercayaan yang dia miliki pada dirinya sendiri, namun dia lebih percaya pada ucapan Evelyne barusan yang tak akan mengecewakannya.
"Saya tentu tidak akan melewatkan momen sepenting itu," katanya akhirnya, senyumannya yang tertutup kumis lebat itu tak tampak dari luar.
Mereka berdua bertukar tatapan, lalu Evelyne mengulurkan tangannya. Sebuah gestur yang tidak biasa antara seorang wanita dan seorang Duke, tetapi Piter menerimanya dengan elegan, menggenggamnya dengan ringan sebelum melepasnya kembali.
"Sampai bertemu malam ini, Lady Evelyne."
"Sampai bertemu, Duke Zisilus."
Mereka pun berpisah di bawah cahaya siang, membawa rahasia, rencana, dan perjanjian yang akan menentukan masa depan Evelyne dan mungkin, seluruh kerajaan.
Evelyne menghela nafas dalam, memperhatikan langit biru yang menawan. Semilir anjing musim semi masih terasa sejuk namun juga hangat yang nyaman, aroma mawar merasuk pada indra penciuman hingga membuat suasana indah itu memang dihadiahkan langit untuk Evelyne semata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments