BAB 14 - MENEMBUS BAYANGAN

Elysia berdiri di depan cermin tua itu sekali lagi. Tangannya gemetar saat ia menyentuh permukaannya yang dingin. Bayangannya menatap balik, tetapi ada sesuatu yang aneh—seolah-olah pantulannya tidak hanya meniru gerakannya, tetapi juga mengamatinya.

Satrio berdiri di sampingnya, membawa senter dan pisau kecil yang ia selipkan di pinggangnya. "Kau yakin ingin melakukan ini?"

Elysia mengangguk pelan. "Jika Edric masih ada di sana, aku harus menemukannya."

Pak Dika sudah memperingatkan mereka—jalan masuk ke dalam dunia di balik cermin tidak akan mudah, dan mereka harus menemukan jalan keluar sebelum terperangkap selamanya.

Elysia menarik napas dalam, lalu meletakkan telapak tangannya di permukaan kaca.

Saat itu juga, ia merasakan tarikan kuat dari dalam.

Begitu matanya terbuka, Elysia merasakan dunia di sekelilingnya berubah. Ia berdiri di ruangan yang sangat mirip dengan rumah tua tadi, tetapi ada sesuatu yang berbeda.

Udara di sini terasa lebih berat, seolah-olah ada sesuatu yang menekan dadanya. Cahaya di sekelilingnya remang-remang, seperti matahari yang selalu tenggelam tetapi tak pernah benar-benar menghilang.

Satrio berdiri di sampingnya, matanya waspada. "Apa ini…?"

Elysia menoleh ke belakang. Tidak ada cermin. Tidak ada jalan keluar yang terlihat.

Mereka benar-benar masuk ke dalam dunia ini.

Mereka mulai berjalan menyusuri lorong yang dipenuhi bayangan. Setiap langkah yang mereka ambil menggema, seolah-olah ada sesuatu yang mengikuti mereka di kejauhan.

Tiba-tiba, Elysia mendengar suara.

"Elysia…"

Ia menoleh cepat. Itu suara Edric!

Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju arah suara itu. Satrio berusaha menghentikannya, tapi terlambat.

Elysia berlari melewati lorong panjang yang semakin gelap. Napasnya memburu, dan bayangannya di lantai tampak terlalu banyak—bukan hanya satu, tetapi dua… tiga… empat…

Kemudian, ia sampai di sebuah ruangan besar yang dikelilingi oleh cermin-cermin raksasa.

Di tengah ruangan, seseorang berdiri dengan punggung menghadapnya.

"Edric?" suara Elysia bergetar.

Pria itu perlahan berbalik. Wajahnya… benar-benar Edric.

Tapi ada sesuatu yang salah.

Matanya kosong. Kulitnya lebih pucat dari yang Elysia ingat. Dan ketika bibirnya bergerak… suaranya terdengar bukan seperti Edric yang ia kenal.

"Kenapa kau datang ke sini, Elysia?"

Elysia mundur selangkah. "Aku mencarimu. Aku tahu kau masih ada di sini!"

Edric—atau sesuatu yang menyerupai Edric—tersenyum tipis. "Kau tidak seharusnya datang."

Satrio akhirnya menyusul, napasnya memburu. Ia langsung menarik Elysia menjauh. "Itu bukan Edric. Jangan dekati dia!"

Elysia menatap wajah pria itu dengan kebingungan. "Tapi—"

Sebelum ia bisa menyelesaikan kata-katanya, semua cermin di sekeliling mereka mulai bergetar.

Dari permukaan cermin, bayangan-bayangan mulai muncul. Wajah mereka gelap, tubuh mereka samar, tapi mata mereka… kosong dan menatap lurus ke arah Elysia.

"Pergi!" bisik Edric dengan nada terdesak.

Elysia tersentak. "Apa?"

"Pergilah sebelum mereka menangkapmu!"

Satrio mencengkeram tangan Elysia erat. "Kita harus keluar dari sini, sekarang!"

Bayangan-bayangan itu mulai bergerak cepat ke arah mereka.

Elysia merasa dadanya sesak. Ia tidak bisa meninggalkan Edric di sini. Tapi jika mereka tetap tinggal…

Mereka mungkin tidak akan pernah keluar.

Dengan berat hati, ia berbalik dan berlari bersama Satrio, meninggalkan Edric yang masih berdiri di tengah ruangan.

Saat mereka melewati lorong, suara Edric terdengar sekali lagi.

"Kembalilah untukku, Elysia…"

Tapi suaranya kini bercampur dengan suara lain—suara yang sama dengan yang ia dengar di dalam kepalanya selama ini.

Elysia tahu, bahwa yang menjadi tujuan mereka belum selesai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!